Pasar Mobil Listrik Tumbuh Pesat, ABB Rancang IPO untuk Unit E-Mobilitas

Kamis, 01 Juli 2021 | 23:26 WIB
Pasar Mobil Listrik Tumbuh Pesat, ABB Rancang IPO untuk Unit E-Mobilitas
[ILUSTRASI. Ilustrasi fasilitas pengisi daya baterai mobil listrik di Plaza Senayan, Jakarta (26/11). KONTAN/Muradi/26/11/2019]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. ABB berencana mencatatkan saham lini usaha mobilitas listrik miliknya di bursa. Dalam pencatatan saham perdana (IPO) yang dijadwalkan tahun depan, valuasi unit milik grup teknologi asal Swiss itu diperkirakan mencapai US$ 3 miliar, tutur tiga sumber yang mengetahui masal tersebut.

Lini usaha e-mobilitas milik ABB yang membuat pengisi daya cepat untuk mobil dan bus listrik, diuntungkan oleh pesatnya pertumbuhan pasar mobil listrik. ABB pernah mengungkapkan rencana IPO, tanpa merinci timeline serta valuasi.

CEO ABB, Bjorn Rosengren, April lalu, menyatakan grup tersebut kemungkinan akan mempertahankan kepemilikan saham mayoritas seusai IPO. Dana hasil IPO dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan unit ABB melakukan akuisisi.

Baca Juga: Hepsiburada, E-commerce Turki Akan Resmi Tercatat di Nasdaq dan Kantongi US$ 470 Juta

Perusahaan bekerja sama dengan bank investasi Lilja dalam menyiapkan IPO e-mobilitas, kata sumber tersebut. Ia menambahkan bahwa UBS dan Morgan Stanley terlihat memimpin untuk mengambil mandat koordinator global dari flotasi 2022. ABB dan ketiga bank menolak berkomentar.

Rencana penawaran saham unit yang memiliki kegiatan di 85 negara itu, sedang berlangsung, menurut sumber. Mereka mengatakan kesepakatan bisa terjadi pada paruh pertama 2022. Namun, target waktu juga bisa mundur.

Permintaan untuk perangkat e-mobilitas ABB tinggi karena banyak negara beralih dari mobil berbahan bakar bensin ke kendaraan listrik, dan perlu membangun infrastruktur pengisian daya.

Baca Juga: Nissan dan Envision China Akan Membangun Pabrik Baterai US$ 1,4 Miliar di Inggris

Uni Eropa mengatakan ingin 1 juta titik pengisian dipasang pada tahun 2025 dan 3 juta pada tahun 2030. Angka itu naik dari 225.000 titik yang beroperasi pada tahun 2020.

Bisnis e-mobilitas ABB mempekerjakan 850 staf dan membukukan pendapatan sebesar US$ 220 juta pada tahun 2020. Bisnis tersebut telah mencatat tingkat pertumbuhan rata-rata 50% selama lima tahun terakhir, meskipun laju tersebut diperkirakan akan melambat di tahun-tahun mendatang.

Analis di Goldman Sachs memperkirakan pada bulan Mei bahwa penjualan unit akan tumbuh menjadi $ 495 juta tahun depan.

Investor menempatkan penilaian tinggi pada perusahaan yang membuat peralatan untuk mengisi daya kendaraan listrik, dan rekan-rekan A.S. seperti ChargePoint dan Blink Charging diperdagangkan lebih dari 30 kali penjualan 2023 yang diharapkan.

Selanjutnya: Hasil IPO di Kawasan Asia Mencapai Rekor

 

Bagikan

Berita Terbaru

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 09:13 WIB

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026

Saham TLKM tertekan jelang tutup tahun, namun analis melihat harapan dari FMC dan disiplin biaya untuk kinerja positif di 2026.

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:43 WIB

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis

Simak wawancara KONTAN dengan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani soal siklon tropis yang kerap terjadi di Indonesia dan perubahan iklim.

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:19 WIB

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue

Menjelang tutup tahun 2025, sejumlah emiten gencar mencari pendanaan lewat rights issue. Pada 2026, aksi rights issue diperkirakan semakin ramai.

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:11 WIB

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi

Menjelang libur akhir tahun 2025, transaksi perdagangan saham di BEI diproyeksi cenderung sepi. Volatilitas IHSG pun diperkirakan akan rendah. 

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:05 WIB

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic

Bagi yang tidak setuju merger, MORA menyediakan mekanisme pembelian kembali (buyback) dengan harga Rp 432 per saham.

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:58 WIB

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026

Restitusi pajak yang tinggi, menekan penerimaan negara pada awal tahun mendatang.                          

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:53 WIB

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban

Mandiri Business Survey 2025 ungkap mayoritas UKM alami omzet stagnan atau memburuk. Tantangan persaingan dan daya beli jadi penyebab. 

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:43 WIB

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap

Pola serapan belanja daerah yang tertahan mencerminkan lemahnya tatakelola fiskal daerah.                          

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:41 WIB

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara

Target penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) untuk tahun fiskal 2026 dipatok di angka 4.300 unit.

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:32 WIB

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan

kendaraan dengan trailer atau gandengan, serta angkutan yang membawa hasil galian, tambang, dan bahan bangunan.

INDEKS BERITA