Pasokan Diprediksi Semakin Seret, Kontrak Batubara Sentuh Rekor Tertinggi yang Baru

Rabu, 13 Oktober 2021 | 13:13 WIB
Pasokan Diprediksi Semakin Seret, Kontrak Batubara Sentuh Rekor Tertinggi yang Baru
[ILUSTRASI. Terminal batubara impor di Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 5 Desember 2019. REUTERS/Stringer.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Harga batubara termal di pasar China, Rabu (11/10), melonjak hingga rekor tertinggi yang baru, mencerminkan krisis pasokan yang semakin parah. Situasi itu terjadi menyusul musibah banjir yang melanda Shanxi, provinsi penghasil utama batubara di China baru-baru ini. Di saat yang sama, pembangkit listrik justru menaikkan permintaan, mengantisipasi rencana Beijing meliberalisasi tarif listrik.

China, konsumen batubara terbesar di dunia, telah bergulat dengan krisis energi yang berkembang akibat keterbatasan pasokan dan kenaikan harga komoditas energi. Beijing telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan produksi batubara dan mengelola permintaan listrik di pembangkit industri, sementara produsen listrik dan pengguna batubara lainnya meningkatkan impor.

Pemerintah daerah di produsen batu bara terkemuka Shanxi dan Mongolia Dalam telah memerintahkan sekitar 200 tambang untuk meningkatkan produksi. Namun hujan deras tanpa henti membanjiri 60 tambang di Shanxi. Empat tambang dengan kapasitas produksi tahunan gabungan 4,8 juta ton pun harus ditutup, kata seorang pejabat daerah Shanxi pada konferensi pers, Selasa (10/10).

Baca Juga: Harga minyak turun tipis dari kisaran level tertinggi pada Rabu (13/10)

Kontrak berjangka batubara termal Zhengzhou untuk pengiriman Januari, yang paling aktif diperdagangkan, menyentuh rekor tertingginya 1.640 yuan, atau setara US$ 254,44) per ton pada awal perdagangan Rabu. Harga itu hampir tiga kali lipat lebih tinggi daripada harga di awal tahun.

Data perdagangan yang dirilis pada Rabu (11/10) ini, menunjukkan volume impor batubara untuk September naik hingga 76% dibanding periode yang sama tahun lalu. Lonjakan itu terjadi seiring dengan upaya pengguna batubara mengatasi kendala pasokan. 

China mengimpor 32,88 juta ton batubara selama September, meningkat 76% dalam basis year-on-year, demikian data yang dipublikasikan lembaga kepabeanan, Rabu. Angka itu merupakan volume impor bulanan yang kelima terbesar dalam catatan Reuters.

Reuters, pekan lalu, memberitakan China telah melepas stok cadangan batubara Australia dari gudang berikat. Namun hingga kini China belum mencabut larangan impor tidak resmi yang sudah berjalan hampir setahun.

Pasokan batubara dari negara supplier utama China yang lain, seperti Rusia dan Mongolia, dibatasi oleh kapasitas pengangkutan kereta api. Sementara pengiriman dari Indonesia terhambat oleh cuaca hujan, kata para pedagang.

Pembangkit listrik juga berupaya mendiversifikasi sumber batubara dari negara lain seperti Kazakhstan.

Baca Juga: China's exports beat forecast amid power shortages

Dalam pertemuan virtual, Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan ke Perdana Menteri Mongolia Oyun-Erdene Luvsannamsrai, bahwa dia akan “senang melihat” kenaikan volume batubara yang diperdagangkan di antara kedua negara, demikian pemberitaan kantor berita Pemerintah China, Xinhua, Selasa (12/10) malam.

Kenaikan harga dan data impor batu bara terjadi sehari setelah Beijing mengumumkan akan mengizinkan pembangkit listrik untuk mengenakan harga listrik berbasis pasar kepada pelanggan komersial. Ini merupakan perubahan signifikan dari kebijakan sebelumnya yang memungkinkan industri untuk mengunci harga listrik di tingkat yang tetap dengan pemasok.

Perubahan kebijakan itu diperkirakan akan memacu pembangkit listrik berbahan bakar batubara untuk mengerek produksi listriknya. Perubahan aturan penetapan harga listrik itu merupakan upaya terbaru dari serangkaian tindakan yang dirancang China untuk meredakan krisis pasokan listrik, yang telah memaksa beberapa sektor industri di negeri itu mengekang kegiatan produksinya.

Selanjutnya: Kemenkeu sebut Indonesia menjadi negara penggerak pertama pajak karbon di dunia

 

Bagikan

Berita Terbaru

Akan dapat Tambahan Pendanaan Rp 829,4 Miliar, CENT Berencana Tambah Menara
| Senin, 27 Oktober 2025 | 14:54 WIB

Akan dapat Tambahan Pendanaan Rp 829,4 Miliar, CENT Berencana Tambah Menara

PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) masih memasang mode agresif, dengan berencana menambah menara dalam beberapa tahun ke depan.

CENT Berkolaborasi dengan WIFI dan Terbitkan Obligasi Rp 829,4 Miliar Untuk Ekspansi
| Senin, 27 Oktober 2025 | 08:45 WIB

CENT Berkolaborasi dengan WIFI dan Terbitkan Obligasi Rp 829,4 Miliar Untuk Ekspansi

Obligasi yang diterbitkan PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk dibeli induknya dengan bunga 5,16% per tahun.

Beban Meningkat, Laba Bersih Medikaloka Hermina Tertekan
| Senin, 27 Oktober 2025 | 07:54 WIB

Beban Meningkat, Laba Bersih Medikaloka Hermina Tertekan

Emiten pengelola Rumah Sakit Hermina itu mengantongi laba Rp 356,01 miliar, turun 23,95% secara tahunan atau year on year (yoy).

Waspada, Modus Penipuan Investasi Saham
| Senin, 27 Oktober 2025 | 07:42 WIB

Waspada, Modus Penipuan Investasi Saham

Dana langsung ditransfer ke rekening atas nama suatu PT. Padahal seharusnya ke rekening Rekening Dana Nasabah (RDN) atas nama nasabah.

Sektor Konsumsi Membaik, Meski Sudah Naik Saham UNVR, KLBF, & AMRT Masih bisa Dilirik
| Senin, 27 Oktober 2025 | 07:37 WIB

Sektor Konsumsi Membaik, Meski Sudah Naik Saham UNVR, KLBF, & AMRT Masih bisa Dilirik

Rotasi masih selektif karena investor masih menunggu kepastian arah inflasi dan konsumsi rumah tangga di kuartal IV.

Surya Semesta Internusa (SSIA) Bersiap Lakukan Restrukturisasi Anak Usaha
| Senin, 27 Oktober 2025 | 07:18 WIB

Surya Semesta Internusa (SSIA) Bersiap Lakukan Restrukturisasi Anak Usaha

Pelaksanaannya akan mengakibatkan beralihnya pengendalian atas SAM, SIH, BHM dan SSR dari yang semula berada di bawah perseroan.

Antara Gebrakan Kebijakan dengan Risiko Tatakelola
| Senin, 27 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Antara Gebrakan Kebijakan dengan Risiko Tatakelola

Sejumlah kebijakan yang digulirkan Purbaya Yudhi Sadewa, kurang dari dua bulan masa jabatannya sebagai Menteri Keuangan, menyedot perhatian

Saham Sektor Tertentu dan Emas Masih Prospektif di Tahun 2026
| Senin, 27 Oktober 2025 | 06:30 WIB

Saham Sektor Tertentu dan Emas Masih Prospektif di Tahun 2026

Pasar modal di Indonesia masih cukup volatil. Hal itu tidak lepas dari sentimen global yang mempengaruhi pasar modal.  

ESG Adi Sarana Armada (ASSA): Aplikasi ESG Dalam Ekspansi di Setiap Lini
| Senin, 27 Oktober 2025 | 06:24 WIB

ESG Adi Sarana Armada (ASSA): Aplikasi ESG Dalam Ekspansi di Setiap Lini

Perusahaan bisnis rental mobil dan logistik, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) tetap ekspansif di tahun ini. Lihat penerapan aksi ESG perusahaan.

Tutup Celah, Cara Pungut PPN Emas Perhiasan Diubah
| Senin, 27 Oktober 2025 | 06:19 WIB

Tutup Celah, Cara Pungut PPN Emas Perhiasan Diubah

Transaksi emas perhiasan dari produsen ke pedagang emas maupun konsumen kena PPN 3%                 

INDEKS BERITA

Terpopuler