Peluang Bisnis Camping Ground, yang Makin Banyak Dicari Orang Selama Pandemi

Minggu, 23 Mei 2021 | 08:05 WIB
Peluang Bisnis Camping Ground, yang Makin Banyak Dicari Orang Selama Pandemi
[]
Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Hendrika

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rekreasi di tempat terbuka, belakangan ini menjadi pilihan, karena alasan penyebaran virus korona. Jenis wisata alam yang booming selama pandemi adalah trekking dan kemping.

Alhasil, belakangan bisnis area perkemahan atau camping ground ikut booming. "Sekarang, hampir setiap destinasi wisata punya area kemping," kata Kholik Widianto, Ketua Pengelola Taman Tebing Breksi yang mengelola Watu Tapak Camp Hill.

Watu Tapak Camp Hill dibuka untuk kemping tahun 2018. Lokasinya di komplek Taman Tebing Breksi, di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang sejak tahun 2014 dikelola warga setempat untuk wisata.

Tren juga mendorong warga di Dusun Ampelgading, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang untuk membuka usaha area kemping. Tahun 2017, Ampelgading Homeland hanya menawarkan tempat wisata biasa. "Lalu seiring waktu kami buka layanan kemping untuk pengunjung," kata Yulianto, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Podarwis) yang mengelola Ampelgading Homeland.

Pengelola Camping Gayatri tak mau ketinggalan. Sudah dibuka tahun 2014, area ini awalnya lebih banyak untuk aktivitas offroad. "Pas pandemi, kami menangkap peluang untuk sewakan lahan kemping, tepatnya Juni 2020 kami buka untuk aktivitas kemping," ujar Supriyatna alias Kang Unyil, bagian pemasaran Camping Gayatri.

Kang Unyil menyebut dalam sebulan setidaknya ada 1000 pengunjung yang datang ke Camping Gayatri. "Kapasitas sebenarnya 400 orang, tapi karena pandemi kami batasi hanya 150," kata Kang Unyil. Karena itu, Camping Gayatri lebih mengutamakan pengunjung yang sudah booking.

Camping Gayatri menerapkan tarif Rp 25.000 per malam per orang. Sementara sewa tenda mulai Rp 80.000 hingga Rp 260.000. Untuk harga sewa perlengkapan kemping lain seperti matras, lampu, alat masak, sleeping bag, kompor mulai Rp 10.000-Rp 25.000.

Pengunjung Ampelgading Homeland pun tak kalah meledak kala PSBB dibuka. Bila sebelumnya hanya 10 orang hingga 15 orang per minggu, pertengahan tahun lalu pengunjungnya sampai 500 orang per minggu. "Kalau sekarang per minggu di kisaran 100 - 150 orang," kata Yulianto.

Pengunjung Ampelgading Homeland dikenai tarif Rp 15.000 per orang. Sementara untuk kemah tarifnya Rp 20.000 per malam. "Pas pertengahan tahun lalu, kami bisa mengantongi Rp 80 juta dan langsung kami investasikan untuk memperbaiki jalan," kata Yulianto.

Sementara itu, Watu Tapak Camp Hill setiap akhir pekan bisa kedatangan pengunjung 50 sampai 60 orang. Harga tiket masuknya Rp 35.000 per orang. Adapun harga paket kemping mulai Rp 260.000. Selain menyewakan tenda dome, Watu Tapak Camp Hill juga menyewakan campervan, Rp 1 juta untuk empat orang.

Menurut ketiga pengelola area kemping, potensi bisnis ini masih sangat terbuka ke depan. Wisata alam akan menjadi pilihan untuk sarana pelepas rutinitas. Dengan makin banyaknya area kemping yang dibuka makin besar minat untuk membuat agenda kemping, sampai orang akan terbiasa. Karena orang yang sekali kemping, pasti akan mencari lokasi-lokasi yang baru untuk mendirikan tenda.

Kholiq menambahkan, belakangan banyak orang ingin menikmati panorama alam tanpa harus naik gunung. Jadi berkemah di alam dengan pemandangan pantai atau lereng gunung dengan ketinggian wajar, jadi pilihan. "Nikmati alam tanpa capek, kendaraan bisa langsung ke area, tenda sudah disiapkan, kata Kholiq.

Cari mitra

Makanya, lahan tak perlu luas, tapi harus bisa diakses mobil. "Yang penting, tawaran pemandangan dan sensasi alamnya," kata Kang Unyil.

Yulianto mengungkapkan, Ampelgading Homeland hanya menempati area seluas 4000 meter persegi. Lahan itu mampu menampung 500 pengunjung. Sedang, Watu Tapak Camp Hill menempati area seluas 1 hektare, bisa menampung sekitar 100 tenda dome.

Jika tertarik berbisnis area kemping, Anda bisa memanfaatkan lahan pribadi. Terlebih kalau Anda punya lahan di lereng gunung atau pantai.

Untuk beli lahan sendiri, investasinya relatif besar. Kalau dirasa modal yang dikeluarkan terlalu besar, Anda bisa memanfaatkan lahan milik pemerintah seperti PTPN atau Perhutani yang punya potensi untuk dimanfaatkan sebagai area kemping.

Ini dilakukan oleh pengelola Camping Gayatri. "Kami sewa lahan milik PTPN VIII, view kami kebun teh dan Gunung Salak dengan latar belakang Gunung Gede Pangrango. Kalau malam dapat pemandangan City Lake, Bogor dan Sukabumi, jelas Kang Unyil. Biasanya, pemanfaatan lahan seperti ini menerapkan cara bagi hasil.

Atau, Anda bisa mencontoh langkah Watu Tapak Camp Hill dan Ampelgading Homeland. Yulianto menceritakan, pihaknya memanfaatkan lahan milik warga desa. Lalu dikelola secara bersama. "Kebetulan kami ada 5 RT, kami bikin kelompok sadar wisata yang jadi tim pengurus," kata Yulianto.

Bila melihat ada potensi yang seperti di dusun Ampelgading ini, Anda bisa hadir sebagai pemodal. Tentu saja, Anda perlu pendekatan dengan masyarakat setempat.

"Hingga saat ini, Ampelgading Homeland masih murni dikelola dan dibiayai oleh warga, belum ada andil dari manapun," jelas Yulianto.

Sementara, Watu Tapak Camp Hill berdiri di tanah milik desa. Kemudian dikelolah oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). "Watu Tapak ini jadi bagian unit usaha Bumdes," jelas Kholiq.

Setelah menemukan lahan, Anda harus membangun fasilitas, seperti penerangan, air bersih, toilet, kamar mandi, penanda tenda, dan lahan parkir. Modal yang harus Anda sediakan, berkisar Rp 25 juta.

Nah, selain itu, Anda harus menyediakan perlengkapan kemping. Tujuannya untuk disewakan pada konsumen. Untuk investasi awal, setidaknya Anda membutuhkan 10 tenda. Harga tenda dome biasa di kisaran Rp 200.000. Jadi paling tidak untuk membeli tenda dan perlengkapannya total membutuhkan anggaran Rp 5 juta. "Kalau kami, saat ini, ada sekitar 45 tenda," jelas Kang Unyil.

Fasilitas pendukung lain, misalnya gazebo, pendopo, dan musholla, anggarannya bisa sampai Rp 15 juta. Itu di luar pembangunan spot lain.

"Kami bikin gardu pandang saja habis Rp 15 juta. Fasilitas pendukung ini penting karena memberikan pengunjung spot terbaik di sini," kata Yulianto.

Menurut Yulianto, untuk efisiensi, fasilitas tenda dan perangkatnya sebaiknya tak usah investasi alias beli sendiri. "Selain mahal, perlu perawatan. Supaya praktis cukup kerjasama dengan usaha penyewaan peralatan outdoor," jelasnya. Dengan kerjasama ini, selain bisa menekan ongkos, pengelola tak pusing dengan perawatannya.

Jangan lupa, Anda juga perlu pekerja untuk membersihkan lahan, toilet, memastikan fasilitas air bersih dan penerangan. Sistem pembayaran bisa diterapkan per kedatangan, jadi bukan gaji bulanan. "Kalau di sini, kru dibayar Rp 300.000 sampai Rp 350.000 per minggu," kata Yulianto. Sementara untuk tim manajemennya, dibayar sekitar Rp 500.000 sampai Rp 600.000 per minggu.

Jangan lupa untuk mempromosikan area kemping Anda, pakai foto yang keren. "Mengingat makin banyak pemain, kami harus makin gencar promosi di media sosial, kata Yulianto.

Bagaimana, tertarik untuk mendalami bisnis ini?

Bagikan

Berita Terbaru

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:55 WIB

Investor Lokal Ambil Alih Gerai GS Supermarket

Produk-produk yang akan dijual pada merek baru ritel GS Supermarket setelah diambil alih akan sama yakni tetap berhubungan Korea Selatan.

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:26 WIB

ESG SSMS: Menjaga Biaya Sekaligus Menjaga Lingkungan

Strategi PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) untuk mengendalikan cost berlanjut di tahun 2025. Akankah berimbas pada investasi ESG?

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar
| Senin, 19 Mei 2025 | 10:21 WIB

ESG TLKM: Semakin Lincah Terapkan ESG dengan Strategi Anyar

PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) lebih lincah menerapkan ESG untuk bisnis berkelanjutan. Simak implementasi brand ESG barunya.

Profit 28,74%  Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:59 WIB

Profit 28,74% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik (19 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (19 Mei 2025) 1 gram Rp 1.894.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 28,74% jika menjual hari ini.

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:45 WIB

Diversifikasi Bisnis ke Sektor Logam hingga Kuasi Reorganisasi akan Dorong Saham BUMI

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah mengincar tambang bauksit dan pabrik alumina di Kalimantan Barat, dan tambang emas di Australia

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:21 WIB

Usai Bangun Bandara, Gudang Garam (GGRM) Suntik Dana ke Proyek Tol Kediri-Tulungagung

Jalan Tol Kediri-Tulungagung yang dibangun anak usaha GGRM memiliki total panjang 44,17 km dengan masa konsesi 50 tahun.

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?
| Senin, 19 Mei 2025 | 08:10 WIB

Kinerja Laba Bersih Emiten di Kuartal I-2025 Bervariasi, Sektor Mana yang Unggul?

Tekanan yang mulai berkurang, terutama dari global sebagai efek perang dagang berpotensi membantu kinerja emiten.

Menanti Jatah Dividen PGAS, Dividend Payout Ratio bisa 50%-70% dari Laba Bersih 2024
| Senin, 19 Mei 2025 | 07:44 WIB

Menanti Jatah Dividen PGAS, Dividend Payout Ratio bisa 50%-70% dari Laba Bersih 2024

PGAS merupakan salah satu emiten yang rajin membagikan dividen saban tahun dengan dividen payout ratio di atas 60%.

Rayuan Insentif Buat Hilirisasi Batubara
| Senin, 19 Mei 2025 | 07:36 WIB

Rayuan Insentif Buat Hilirisasi Batubara

Pemerintah akan memberikan sejumlah insentif untuk memuluskan agenda hilirisasi komoditas batubara. Hal ini jadi katalis positif emiten batubara

Strategi Diversifikasi Portofolio Melalui Reksadana Campuran
| Senin, 19 Mei 2025 | 07:25 WIB

Strategi Diversifikasi Portofolio Melalui Reksadana Campuran

Fleksibilitas ini memungkinkan manajer investasi meracik portofolio seimbang, menyesuaikan dengan dinamika pasar.

INDEKS BERITA

Terpopuler