Peluang Rezeki dari Saham Penghuni Baru Indeks MSCI
![Peluang Rezeki dari Saham Penghuni Baru Indeks MSCI](https://foto.kontan.co.id/BlAGaDeaEvvrAdxcsf22swO-vBI=/smart/2025/02/12/454500093.jpg)
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) akhirnya resmi mengumumkan hasil rebalancing saham-saham yang masuk dan keluar dari indeks MSCI Global Standard dan MSCI Small Cap pada Selasa (11/2).
Sesuai perkiraan pasar sebelumnya, sejumlah saham emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) didepak keluar dari indeks MSCI.
Berdasarkan keterangan MSCI Indonesia pada Rabu (12/2), saham-saham emiten di BEI yang keluar sebagai penghuni indeks MSCI Global Standard adalah PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Tapi, tidak ada satu pun saham asal BEI yang mampu masuk MSCI Global Standard Indexes.
Meski didepak keluar indeks MSCI Global Standard, saham INKP dan MDKA hanya dirotasi ke indeks MSCI Small Cap atau saham dengan nilai kapitalisasi pasar kecil.
Namun, dewi fortuna belum berpihak pada saham UNVR. Saham emiten konsumer ini tak bisa lagi mejeng di papan saham MSCI, baik MSCI Global Standard maupun Small Cap.
Baca Juga: INKP, MDKA, UNVR Tergusur dari MSCI Global Indeks, CLEO Masuk Small Cap
Di kategori Small Cap, MSCI hanya memilih tiga saham untuk menempati indeks tersebut. Selain INKP dan MDKA, satu pendatang baru di daftar MSCI Small Cap adalah saham PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO).
Di lain sisi, MSCI mendepak empat saham konstituen MSCI Small Cap asal BEI sebelumnya. Yakni ERAA, BJBR, MTDL dan WIKA.
Dari hasil kocok ulang itu, MSCI akan memberlakukan efektif konstituen barunya pada 3 Maret 2025. Sedangkan batas akhir penutupan rebalancing pada 28 Februari 2025.
Sebagai catatan, setiap tahun, MSCI melakukan rebalancing sebanyak empat kali, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyoroti, tiga saham yang tergusur di indeks MSCI menyiratkan kecenderungan investor global belum kembali melirik pasar Indonesia.
"Saham yang keluar berpotensi lebih sulit mendapatkan inflow dari investor asing. Sebab, indeks MSCI jadi salah satu acuan asing," kata Ekky kepada KONTAN, kemarin.
Dampak ke IHSG
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty Hafiya menimpali, dihapusnya INKP, MDKA, dan UNVR dari MSCI Global Standard Index sesuai perkiraan analis.
"Dalam beberapa waktu terakhir kinerja saham-saham ini mengalami tekanan atau kapitalisasi pasarnya melemah," kata Arinda.
Berdasarkan data Bloomberg, market cap saham-saham emiten BEI yang keluar dari indeks MSCI memang terus melorot.
Contohnya saham UNVR. Mengutip Bloomberg, kemarin, market cap UNVR tersisa Rp 54,36 triliun, turun tajam dari Rp 71,91 triliun pada 30 Desember 2024.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai, jika rebalancing sesuai ekspektasi, IHSG dan saham terkait bisa dapat sentimen positif ke depan. Sebab, akan ada investor asing masuk membeli saham tersebut. Sebaliknya begitu.
Direktur Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus melihat, saham yang keluar MSCI kemungkinan dipicu rata-rata transaksi harian tidak memenuhi syarat MSCI.
Baca Juga: Pasar Saham Terkoreksi, Pilih Bertahan atau Perlu Beralih ke Instrumen Non Saham?
Dus, Daniel mengingatkan agar investor mewaspadai potensi tekanan jual saham yang keluar indeks MSCI. Terutama, mendekati berlakunya rebalancing.
Praktisi Pasar Modal, Raden Bagus Bima mengamati, pasar merespons positif saham yang masuk ke indeks MSCI. Tercermin, harga saham CLEO melesat 5,15% ke Rp 1.530 pada perdagangan kemarin.
Untuk saham yang keluar indeks, Bima memperkirakan pada bulan Maret dan setelahnya akan mengalami pengurangan likuiditas dan volatilitas. Ini sejalan dengan berkurangnya faktor keterlibatan investor asing di saham itu.
Saran Bima, cermati saham-saham yang tergusur atau mengalami pengurangan bobot dari indeks MSCI. Koreksi harga bisa menjadi peluang memulai koleksi.
"Kemungkinan saat rebalancing akhir bulan ini bisa dapat harga terbaik, dan memanfaatkan peluang rebound untuk jangka pendek," kata Bima.