Penerbitan Obligasi Baidu Bukti Minat Pasar atas Sektor Digital China Masih Tinggi

Kamis, 19 Agustus 2021 | 11:29 WIB
Penerbitan Obligasi Baidu Bukti Minat Pasar atas Sektor Digital China Masih Tinggi
[ILUSTRASI. Logo Baidu terpajang di event World Internet Conference (WIC) di Wuzhen, Provinsi Zhejiang, China, 20 Oktober 2019. REUTERS/Aly Song]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONGKONG. Baidu Inc mengumpulkan dana US$ 1 miliar dari penerbitan obligasi dua tahap bertema lingkungan sosial dan tata kelola (ESG), dalam denominasi dolar Amerika Serikat (AS).

Dari penerbitan obligasi dengan tenor 5,5 tahun dan 10 tahun, Baidu menjaring dana masing-masing US$ 300 juta dan US$ 700 juta, demikian pernyataan perusahaan.

Obligasi dengan tenor lebih pendek dihargai setara US Treasuries plus 83 basis poin. Sementara surat utang dengan jangka lebih panjang disetarakan dengan US Treasuries plus 113 basis poin.

Dibandingkan dengan harga paduan yang diungkap ke investor, Rabu (18/8), harga final yang harus ditanggung raksasa internet China itu jauh lebih rendah.

Baca Juga: Tawarkan Obligasi, Baidu Uji Minat Pasar atas Efek yang Diterbitkan Emiten China

Panduan harga awal yang diberikan kepada investor adalah U.S. Treasuries ditambah 115 basis poin untuk obligasi 5,5 tahun. Dan U.S. Treasuries plus 150 basis poin untuk tenor 10 tahun, menurut term sheet yang ditinjau oleh Reuters.

Baidu mengatakan akan menggunakan dana tersebut untuk membayar utang dan mendanai proyek-proyek terkait LST di dalam perusahaan.

Perusahaan-perusahaan China telah mengumpulkan dana hingga US$ 121,2 miliar melalui penerbitan efek utang dalam dolar AS, menurut data Dealogic. Angka itu sedikit di bawah total dana yang dikumpulkan selama periode yang sama tahun lalu, yaitu $126,6 miliar.

Baca Juga: Saham-saham Global Selasa (17/8) Terguncang Rilis Rancangan Aturan Teknologi China

Dalam prospektus penerbitan obligasi yang diajukan ke komisi sekuritas dan bursa AS (SEC), Baidu mengakui belum mengetahui sepenuhnya dampak dari tindakan keras regulator di Chinai.

Pada bulan Juli, China mengatakan, rencana pencatatan efek perusahaan yang memiliki lebih dari satu juta pelanggan harus ditinjau oleh Cyberspace Administration of China (CAC).

"Implementasi dari rancangan aturan itu masih belum jelas. Apakah persyaratan itu akan berlaku untuk perusahaan yang telah terdaftar di AS, dan berniat untuk melakukan penawaran ekuitas atau utang lebih lanjut, seperti kami. Kami tidak dapat memprediksi dampak dari rancangan tindakan tersebut,” demikian pernyataan Baidu dalam prospektus.

Pada hari Selasa, regulator di China menerbitkan aturan baru yang ditujukan untuk sektor teknologi China untuk bertujuan mengatasi perilaku anti-persaingan dan penanganan data perusahaan.

Selanjutnya: Binance Kembali Tersandung Masalah Regulasi, Kali Ini di Belanda

 

Bagikan

Berita Terbaru

Kilau Harga Emas, Tak Sejalan Besaran Cuan di Saham Antam (ANTM)
| Senin, 24 Februari 2025 | 21:12 WIB

Kilau Harga Emas, Tak Sejalan Besaran Cuan di Saham Antam (ANTM)

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan dan Wilbert Arifin menetapkan target harga ANTM di Rp 1.900 per saham.

Transaksi Jumbo di Pasar Negosiasi, GIC Jual Seluruh Kepemilikannya di EMTK & BUKA
| Senin, 24 Februari 2025 | 20:49 WIB

Transaksi Jumbo di Pasar Negosiasi, GIC Jual Seluruh Kepemilikannya di EMTK & BUKA

Merujuk data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 31 Januari 2025, kepemilikan GIC di EMTK berjumlah 4.290.909.100 saham (6,99%).

Transaksi IIMS 2025 Meningkat, Ini Penjualan Mobil Nasional Dalam 8 Tahun Terakhir
| Senin, 24 Februari 2025 | 15:02 WIB

Transaksi IIMS 2025 Meningkat, Ini Penjualan Mobil Nasional Dalam 8 Tahun Terakhir

Nilai transaksi pada IIMS 2025 naik 3,2% menjadi Rp 6,91 triliun dari Rp 6,7 triliun pada tahun lalu.

Jadi Tujuan Ekspor CPO Utama, Rencana Kenaikan Pajak Impor India Bisa Menyusahkan
| Senin, 24 Februari 2025 | 13:07 WIB

Jadi Tujuan Ekspor CPO Utama, Rencana Kenaikan Pajak Impor India Bisa Menyusahkan

Berdasarkan data BPS, India telah menjadi importir utama minyak sawit atau CPO Indonesia sejak tahun 2012.

Paling Moncer di LQ45 Pekan Lalu, Ini 10 Besar Investor Asing Pemilik Saham AMMN
| Senin, 24 Februari 2025 | 11:28 WIB

Paling Moncer di LQ45 Pekan Lalu, Ini 10 Besar Investor Asing Pemilik Saham AMMN

Vanguar Group menjadi investor institusi asing yang paling banyak mendekap saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

Realisasi Penyaluran KUR Mencapai Rp 7 Triliun
| Senin, 24 Februari 2025 | 09:21 WIB

Realisasi Penyaluran KUR Mencapai Rp 7 Triliun

Pemerintah menargetkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat atau KUR sebesar Rp 300 triliun pada tahun ini

Asing Masuk Rp 7,58 Triliun di Pekan Ketiga Februari
| Senin, 24 Februari 2025 | 09:01 WIB

Asing Masuk Rp 7,58 Triliun di Pekan Ketiga Februari

Aliran modal asing masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) dan ke Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Dana Pensiun Guru AS dan JP Morgan Paling Banyak Borong Saham TLKM, Intip Prospeknya
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:27 WIB

Dana Pensiun Guru AS dan JP Morgan Paling Banyak Borong Saham TLKM, Intip Prospeknya

Salah satu tantangan yang dihadapi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) adalah pertumbuhan average revenue per user (ARPU).

Jangan Tebang Pilih Efisiensi Anggaran
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:16 WIB

Jangan Tebang Pilih Efisiensi Anggaran

Pemerintah berencana mengembalikan dana sebesar Rp 58 triliun kepada 17 kementerian dan lembaga (K/L)

Kepemilikan SBN oleh BI Bakal Makin Besar
| Senin, 24 Februari 2025 | 08:07 WIB

Kepemilikan SBN oleh BI Bakal Makin Besar

Menilik efek dari rencana Bank Indonesia menjadi pembeli surat berharga negara (SBN) untuk mendanai program 3 juta rumah

INDEKS BERITA

Terpopuler