Perang Dagang Menghantam Harga Minyak

Sabtu, 03 Agustus 2019 | 07:58 WIB
Perang Dagang Menghantam Harga Minyak
[]
Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat ambruk, harga minyak mentah kembali rebound. Tapi para analis memperkirakan, harga emas hitam ini masih tertekan setelah perang dagang AS vs China kembali memanas.

Kemarin, harga minyak mentah jenis west texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman September di New York Mercantile Exchange menguat 2,32% menjadi US$ 55,2 per barel. Namun, pada hari sebelumnya, harganya sudah ambruk 7,9%.

Hal yang sama juga terjadi pada harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Oktober 2019 yang melesat 3,65% ke kisaran US$ 62 per barel. Pada Kamis (1/8), harganya terkoreksi 6,99% ke US$ 60,50 per barel.

Baca Juga: Timah (TINS) Segera Membangun Pabrik Pengolahan Mineral Tanah Jarang

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo menjelaskan, sentimen utama yang membuat harga minyak melempem adalah pernyataan Donald Trump. Presiden Amerika Serikat (AS) ini bakal mengenakan bea masuk 10% untuk barang asal China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September mendatang.

Trump mengancam lantaran tak puas terhadap pembahasan perang dagang yang dilakukan kedua negara. Terlebih menurut Trump, Tiongkok tak menjalankan kewajiban dari kesepakatan sebelumnya.

Ancaman Trump mengerek potensi memanasnya perang dagang meningkat. Jika perang dagang kembali bergejolak, maka kekhawatiran terhadap dampaknya pun kembali naik, salah satunya adalah masalah perlambatan ekonomi global.

 

Padahal di satu sisi, permintaan minyak global mulai turun. Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) pun sudah berusaha membuat harga minyak mentah tidak melemah terlalu dalam dengan melakukan pemangkasan.

Mengutip Bloomberg, pada Juli lalu, produksi minyak OPEC turun ke level terendahnya dalam lima tahun terakhir. Ini terjadi karena adanya sanksi AS terhadap Iran terkait ekspor dari Negara di Teluk Persia tersebut.

Baca Juga: Kicauan Trump membuat merah bursa Asia di akhir perdagangan

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, pelaku pasar cenderung pesimistis melihat arah kenaikan harga minyak selanjutnya. Terlebih ada risiko resesi global yang makin terasa. Kondisi ini otomatis dapat menekan permintaan emas hitam ini.

Produksi berkurang

Pidato Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell yang menyatakan bank sentral AS tak perlu memangkas suku bunga acuan lagi tahun ini juga turut memberikan tekanan pada harga minyak. Pelaku pasar melihat, pernyataan Powell kali ini bernada hawkish.

Meski begitu, di sisi lain, The Fed juga telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. "Ke depan, sentimen yang mungkin menekan harga minyak adalah pemangkasan suku bunga lanjutan dari The Fed di semester akhir, yang bisa satu atau dua kali lagi, sebelum penutupan tahun," kata Sutopo, Jumat (2/8).

Baca Juga: Mulai naik, harga minyak masih dalam tekanan turun

Sebenarnya, harga minyak bisa sedikit bernapas setelah data cadangan minyak AS turun. Kamis (1/8), Energy Information Administration (EIA) mengumumkan, stok minyak di AS turun 8,5 juta barel untuk pekan yang berakhir 26 Juli lalu.

Angka ini lebih tinggi ketimbang konsensus proyeksi analis yang memperkirakan cadangan minyak AS cuma berkurang 2,5 juta. Biasanya, cadangan minyak di negeri Paman Sam tersebut berkurang banyak saat musim panas. Penyebabnya, penggunaan kendaraan bermotor cukup besar di musim ini.

Secara teknikal, Wahyu melihat harga minyak berada dalam tren konsolidasi rebound dari area bawah untuk jangka panjang. Namun, potensi harga bahan bakar fosil ini kembali ke atas US$ 70 per barel sulit tejadi. Dia pun memperkirakan, harga minyak dalam sepekan ke depan akan bergerak dalam kisaran US$ 50-US$ 58 per barel.

Baca Juga: DJBC: Revisi PMK Ekspor Kembali Barang Impor pertimbangkan aspek lingkungan

Secara teknikal, pergerakan minyak masih berada di bawah moving average (MA) 20, MA 50 dan MA 200 yang menunjukkan potensi pelemahan lebih lanjut. Indikator stochastic memang belum menunjukkan sinyal oversold, sehingga koreksi terbatas bakal tetap terjadi.

Bagikan

Berita Terbaru

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental
| Senin, 15 Desember 2025 | 10:00 WIB

Reli TRIN Mulai Patah, Analis: Kenaikan Masih Didominasi Sentimen Non Fundamental

Reli saham TRIN terpicu kehadiran Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebagai calon pemegang saham strategis dan Komisaris Utama.

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan
| Senin, 15 Desember 2025 | 09:12 WIB

Bencana Sumatra dan Peran Investor Dalam Menjaga Lingkungan

Sebagai investor dan pengelola dana yang rasional maka konsep ESG investing akan sangat penting diperhatikan.

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:49 WIB

Ramai Penerbitan Obligasi ESG Sampai Akhir Tahun

Korporasi getol meluncurkan obligasi bertema ESG di tahun ini. Nilai penerbitannya melampaui tahun 2024 lalu.

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:36 WIB

Mencari Reksadana Terbaik Tahun 2025 dengan Jensen Alpha

Namun dalam pemilihan investasi, investor hendaknya tetap memperhatikan faktor risiko yang harus ditanggung. 

ESG & Keberlanjutan HMSP:  Mengepul Dengan Produk Bebas Asap
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:32 WIB

ESG & Keberlanjutan HMSP: Mengepul Dengan Produk Bebas Asap

Isu kesehatan dan dampak sosial melekat di perusahaan rokok. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) terus bertransisi untuk mengatasi isu tersebut.

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:23 WIB

Cadangan Devisa Akhir Tahun Berpotensi Menguat

BI mencatat, pada periode 8 hingga 11 Desember 2025, nonresiden beli neto sebesar Rp 1,14 triliun di pasar saham dan Rp 2,85 triliun di pasar SBN

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:17 WIB

Nataru Jadi Momentum Bagi Industri Ritel, Cek Target Harga Saham AMRT, ACES, dan MAPI

Kinerja keuangan emiten peritel seperti AMRT, ACES, dan MAPI diprediksi bisa membaik di kuartal IV-2025.

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru
| Senin, 15 Desember 2025 | 08:05 WIB

Panca Anugrah Wisesa (MGLV) Siap Menambah Lini Produk Baru

Perusahaan akan menambah lini produk baru berupa outdoor furnitur dari salah satu nama beken asal Italia.

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:55 WIB

Manuver Keluarga Presiden Prabowo: Arsari Caplok COIN, Rahayu Saraswati Borong TRIN

Ekspansi bisnis keluarga Prabowo diterjemahkan pasar sebagai sinyal arah kebijakan ekonomi masa depan.

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri
| Senin, 15 Desember 2025 | 07:48 WIB

Pajak Bisa Pantau Properti WNI di Luar Negeri

Pertukaran data properti dengan negara-negara OECD ditargetkan mulai berlaku di 2030                

INDEKS BERITA

Terpopuler