Perbesar Pasar Ekspor, Delta Djakarta (DLTA) Menargetkan Kinerja Tumbuh 10%

Senin, 28 Januari 2019 | 07:32 WIB
Perbesar Pasar Ekspor, Delta Djakarta (DLTA) Menargetkan Kinerja Tumbuh 10%
[]
Reporter: Auriga Agustina | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) telah melewati masa-masa sulit akibat pelarangan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Perusahaan ini optimistis kinerja keuangan tetap tumbuh positif tahun ini.

Direktur Pemasaran DLTA Rony Titheruw bilang, pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan double digit. "Targetnya sekitar 10%," ujar dia kepada KONTAN akhir pekan lalu, Jumat (25/1).

Target tersebut dua kali lipat lebih besar dibanding target pertumbuhan pada tahun lalu. Adapun target penjualan tahun lalu sebesar Rp 816,16 miliar. Ini dengan asumsi target pertumbuhan 5% di periode 2018 tercapai. Dengan asumsi ini, DLTA mengincar penjualan bersih Rp 897,78 miliar tahun ini.

Rony menuturkan, fokus ke pasar ekspor menjadi salah satu strategi perusahaan mengejar target tersebut. "Tujuannya Vietnam dan Thailand," imbuh Rony.

Kedua negara tersebut dinilai memiliki potensi pasar bir yang besar. Rony menambahkan, hal tersebut juga membantu pemerintah untuk memperkuat pasar ekspor.

Pasar ekspor

Sejatinya, DLTA sudah memiliki pangsa pasar ekspor. Namun, masih terbatas ke Timor Leste dan Taiwan. Kontribusinya juga masih kecil.

Sepanjang sembilan bulan 2018, penjualan ekspor perusahaan ini Rp 2,79 miliar. Angka ini baru setara sekitar 0,44% dari penjualan bersih secara konsolidasi, Rp 627,78 miliar. Sayang, Rony belum bersedia merinci berapa target penjualan ekspor mulai tahun ini, terutama jika pasar Vietnam dan Thailand sudah mulai digarap.

Dia hanya memastikan, produsen Anker Bir ini juga tetap akan menjaga pasar domestik. Caranya, dengan melakukan inovasi.

DLTA telah meluncurkan bir dengan cita rasa buah leci akhir tahun lalu. "Penjualannya akan mulai dicatat dalam pembukuan tahun ini," kata Rony. Diharapkan, inovasi ini turut membantu perusahaan merealisasikan target.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, target penjualan perusahaan ini sepertinya bukan hal yang sulit untuk terealisasi. Pasalnya, sejak 2017, rata-rata pertumbuhan penjualan DLTA bisa mencapai 70%.

Hitungan sederhananya, penjualan hingga kuartal ketiga tahun lalu mencapai angka Rp 627,76 miliar. Jika disetahunkan, penjualannya bisa mencapai Rp 816,18 miliar. "Bahkan, bisa melampaui itu," imbuh Sukarno.

Hal ini menjadi salah satu alasan saham DLTA layak dikoleksi untuk jangka panjang. Alasan tambahan lainnya adalah kemampuan DLTA untuk mencetak laba.

Margin laba bersih DLTA rata-rata sekitar 37%. Angka ini lebih besar dibanding pesaingnya, PT Multi Bintang Indonesia. Margin laba bersih perusahaan ini sekitar 32%. Perlu diingat, selisih margin 1% saja artinya bisa miliaran. Price to earning ratio (PER) DLTA juga sekitar 14 kali. Ini lebih murah dibanding PER industri sekitar 18 kali.

Hingga satu tahun ke depan, Sukarno memprediksi harga saham DLTA bisa menyentuh Rp 6.400 per saham. Akhir pekan lalu (25/1), harga saham DLTA naik 75 poin menjadi Rp 5.675 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Emiten Saham EBT Menggeber Ekspansi
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:16 WIB

Emiten Saham EBT Menggeber Ekspansi

Perusahaan di bidang industri energi baru dan terbarukan (EBT) berlomba menangkap peluang dari misi transisi energi

Masih Ada Kado Dividen Akhir Tahun
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:13 WIB

Masih Ada Kado Dividen Akhir Tahun

Menjelang pergantian tahun, pelaku pasar masih bisa memburu cuan dari emiten yang menebar dividen interim ataupun saham bonus. 

KSEI Bidik Dua Juta Investor Baru di 2025
| Selasa, 24 Desember 2024 | 08:08 WIB

KSEI Bidik Dua Juta Investor Baru di 2025

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik pertumbuhan investor pasar modal sebanyak 2 juta SID pada tahun 2025. 

Saham Berkapitalisasi Jumbo Tak Selalu Memberikan Cuan Yang Besar
| Selasa, 24 Desember 2024 | 07:17 WIB

Saham Berkapitalisasi Jumbo Tak Selalu Memberikan Cuan Yang Besar

Dari 30 saham berkapitalisasi besar, ada beberapa emiten yang memberikan hasil negatif dalam tiga tahun. 

Indonesia Masih Impor Jagung hingga 1,3 Juta Ton
| Selasa, 24 Desember 2024 | 07:15 WIB

Indonesia Masih Impor Jagung hingga 1,3 Juta Ton

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor komoditas jagung sepanjang tahun ini sampai November melonjak cukup tinggi.

Kisruh Upah Sektoral 2025 Hampir Selesai
| Selasa, 24 Desember 2024 | 07:05 WIB

Kisruh Upah Sektoral 2025 Hampir Selesai

Serikat pekerja membatalkan aksi demo menuntut kejelasan kenaikan upah sektoral lantaran sudah ada titik temu.

Pemodal Asing Masih Melirik Investasi di IKN
| Selasa, 24 Desember 2024 | 07:00 WIB

Pemodal Asing Masih Melirik Investasi di IKN

Otorita IKN mengklaim masih banyak surat minat investasi di IKN yang berasal dari sejumah investor manca negara.

Menjelang Libur Natal, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini dari Para Analis
| Selasa, 24 Desember 2024 | 06:55 WIB

Menjelang Libur Natal, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini dari Para Analis

Sebelum Hari Natal di awal pekan, investor asing mencatatkan aksi jual asing atau net sell Rp 395,28 miliar.

Simpan Duit di Bank Digital Masih Menggiurkan
| Selasa, 24 Desember 2024 | 06:35 WIB

Simpan Duit di Bank Digital Masih Menggiurkan

Rata-rata bunga deposito bank digital saat ini masih di kisaran 6%-8%. Sedangkan bunga deposito bank umum konvensional hanya 3%-4%​

Prospek Mata Uang Utama Tergantung Kondisi Ekonomi
| Selasa, 24 Desember 2024 | 05:00 WIB

Prospek Mata Uang Utama Tergantung Kondisi Ekonomi

Dolar AS masih terlalu perkasa. Sikap hawkish Federal Reserve alias The Fed merupakan katalis positif bagi gerak dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler