Pergerakan Kurs Rupiah Pekan Depan Diselimuti Kekhawatiran Perang Dunia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah mulai terhenti.
Pada perdagangan kemarin, Jumat (3/1), kurs rupiah kembali merosot akibat memanasnya kondisi politik global.
Meski begitu, kurs rupiah masih bertahan di bawah Rp 14.000 per dollar AS.
Meski kemarin melemah 0,27% menjadi Rp 13.930 per dollar AS, bila dihitung dalam sepekan, kurs rupiah masih menguat 0,16%.
Baca Juga: Tomy Winata di Pusaran Kuta Paradiso
Sementara, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) dalam sepekan menguat 0,41%.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, akhir tahun lalu kurs rupiah cenderung menguat karena mendapat katalis positif kesepakatan fase satu AS dan China. Namun, di akhir pekan ini, kekhawatiran para pelaku pasar meningkat sehingga menekan kurs rupiah.
Baca Juga: Akhirnya bersuara, Trump: Soleimani berencana membunuh lebih banyak lagi orang AS
Pelaku pasar mengkhawatirkan memanasnya hubungan antara AS dan Iran. Ini terjadi setelah AS melakukan serangan udara ke Iran dan menewaskan salah satu pemimpin Iran. Bahkan, pelaku pasar mulai mengkhawatirkan potensi terjadinya perang dunia ketiga.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan sentimen memanasnya hubungan AS dan Iran ini akan mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu ke depan. Hal ini antara lain akan mengerek naik harga minyak. "Harga minyak naik akan menekan pergerakan rupiah," kata Josua, Jumat (3/1).
Baca Juga: Pekan Ini Lesu, IHSG Bakal Lebih Bergairah Pekan Depan
Namun, Josua optimistis kurs rupiah masih bisa stabil karena intervensi BI. Selain itu, Josua memperkirakan, cadangan devisa di Desember 2019 bisa membaik sehingga membawa katalis positif bagi rupiah.
Baik Josua dan Lukman memperkirakan rentang pergerakan rupiah pekan depan berada di Rp 13.900 per dollar AS hingga Rp 14.000 per dollar AS.