Perjalanan Romulus Sutanto Memimpin SRCIS, Dorong Kemajuan UMKM Toko Kelontong

Sabtu, 14 Desember 2024 | 09:00 WIB
Perjalanan Romulus Sutanto Memimpin SRCIS, Dorong Kemajuan UMKM Toko Kelontong
[ILUSTRASI. Romulus Sutanto,  Direktur Utama PT SRC Indonesia Sembilan, anak usaha PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).]
Reporter: Filemon Agung | Editor: Fahriyadi .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesuksesan bisa datang berkat ketekunan dalam menjalani proses dari bawah. Hal inilah yang terjadi pada Romulus Sutanto.

Dua dekade telah dilewati Romulus untuk meniti kariernya sejak menjadi seorang Management Trainee pada tahun 2003 silam. Kini pria yang akrab disapa Rommy itu menempati posisi sebagai Direktur Utama PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS).

SRCIS adalah sebuah perusahaan yang mendukung pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) nasional, khususnya pengembangan usaha toko kelontong, sehingga sektor ini dapat semakin berkontribusi bagi perekonomian Indonesia di tengah upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

"Saya sangat bangga dapat mendedikasikan karya dan inovasi selama lebih dari 20 tahun. Sepanjang karier, saya diberi kepercayaan dan kesempatan belajar di berbagai departemen dengan tanggung jawab yang semakin meningkat dalam beragam bidang, hingga akhirnya dipercaya menjadi seorang pemimpin," ungkap Rommy saat berbincang dengan KONTAN, belum lama ini.

Tidak hanya di Indonesia, ia juga menjalani penugasan hingga ke berbagai negara lain. Rommy sempat menimba pengalaman di Swiss pada tahun 2012 dan Pakistan pada 2013 saat ditempatkan di Philip Morris Limited sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 2015. Sepulang ke Indonesia, tanggung jawab yang ia emban pun semakin besar.

"Saya diberi  kesempatan mengepalai sejumlah kantor wilayah. Dari sini saya pun jadi belajar lebih banyak lagi. Salah satu yang saya pelajari adalah bahwa di setiap penugasan itu selalu harus ada inovasi yang dilakukan. Inovasi itu juga harus berkelanjutan," kenangnya.

Per Januari 2024 yang lalu, Rommy mendapatkan amanah baru untuk memimpin perusahaan ini menjalankan program Sampoerna Retail Community (SRC). Posisi ini membuat karier Rommy seolah jadi sebuah perjalanan yang utuh. Dahulu, Rommy punya peran dalam masa awal SRC di Medan, Sumatra Utara pada tahun 2009.

Adapun, mayoritas karier Rommy dijalani di bagian sales atau penjualan dan dianggap cukup berhasil, sehingga tak berlebihan apabila Rommy diberi tanggung jawab mengurus SRCIS.

Sekarang ia menjadi nahkoda baru SRCIS dengan visi mendorong peran toko-toko kelontong anggota SRC, sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia. SRC sendiri kini telah berkembang hingga memiliki jaringan yang mencapai lebih dari 250.000 toko kelontong di seluruh Indonesia yang tergabung dalam 8.200 Paguyuban dan bermitra dengan lebih dari 6.300 toko grosir Mitra SRC.

"Kontribusi 250.000 Toko SRC ke perekonomian itu sangat besar. Pada tahun 2022, omzet Toko SRC secara keseluruhan diperkirakan mencapai Rp 236 triliun atau setara dengan 11,4% dari PDB ritel nasional," ujar Rommy mengutip hasil riset yang dilakukan oleh Kompas Gramedia (KG) Media tahun 2023 lalu.

Bagi Rommy, SRC bukan hanya tentang kontribusi secara makro. Lebih dari itu, ia ingin ekosistem SRC dapat menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan hingga ke level mikro, mulai dari para pemilik toko kelontong, karyawannya, UMKM lain, hingga pelanggan dan masyarakat luas. Harapan Rommy, melalui program SRC ini, SRCIS dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan dampak nyata pada perekonomian nasional.

Dimulai dari para pemilik toko kelontong anggota SRC, SRCIS membekali mereka dengan pelatihan dan bimbingan untuk meningkatkan layanannya mulai dari penataan toko menjadi rapi, bersih, terang hingga pengelolaan stok barang.

"Pelatihan dan bimbingan ini juga kami berikan kepada para karyawan di toko-toko SRC. Sehingga di situ ada peningkatan kapasitas sumber daya manusia juga," kata Rommy.

Digitalisasi dan inovasi

Kini, di bawah kendali Rommy, SRCIS memahami pentingnya digitalisasi bagi UMKM toko kelontong seiring perkembangan zaman. Perusahaan ini pun menghadirkan ekosistem digital AYO by SRC sebagai solusi digitalisasi bagi ekosistem SRC. Para pemilik toko kelontong pun memberikan sambutan baik atas inovasi ini.

Tingkat adopsi digitalisasi Toko SRC sangat tinggi. Mayoritas diantaranya telah memanfaatkan berbagai aplikasi dalam AYO by SRC. Mereka mendapatkan manfaat dalam hal efisiensi biaya dan waktu dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu, sudah tersedia opsi pembayaran nontunai dan layanan pesan antar di Toko-Toko SRC yang memudahkan pengalaman berbelanja pelanggan.

Rommy mengatakan, adopsi digitalisasi ini adalah cerminan semangat terus maju yang mendorong pertumbuhan SRCIS selama lebih dari 16 tahun sejak program ini dimulai pada tahun 2008.

Para pemilik toko kelontong anggota SRC memiliki spirit yang tinggi untuk dapat kian tumbuh dan #JadiLebihBaik, termasuk dengan terus berinovasi.

Bahkan, inovasi-inovasi yang dijalankan oleh SRCIS pun banyak berasal dari masukan toko-toko SRC.  "Banyak ide bagus yang berasal dari Toko SRC. Saat diimplementasikan, ide itu pun berhasil membuat usaha mereka berkembang," jelas Rommy.

Inovasi lain yang SRCIS lakukan untuk mendukung perkembangan bisnis toko kelontong, adalah beragam kerjasama yang dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan-perusahaan lain.

Menurut Rommy, kolaborasi ini berawal dari kesamaan visi mitra strategis dengan SRCIS untuk mendorong UMKM naik kelas. "Kami melihat masih ada peluang besar menggandeng lebih banyak UMKM," ujarnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Siasat Jababeka (KIJA) Memacu Kawasan Industri Terintegrasi
| Jumat, 19 September 2025 | 08:25 WIB

Siasat Jababeka (KIJA) Memacu Kawasan Industri Terintegrasi

Kehadiran dry port terbukti memberikan kemudahan arus logistik dengan memangkas biaya distribusi, mempercepat proses, dan meningkatkan efisiensi.

Pemulihan Harga Komoditas di Semester Kedua Mendorong Saham Emiten Energi
| Jumat, 19 September 2025 | 08:06 WIB

Pemulihan Harga Komoditas di Semester Kedua Mendorong Saham Emiten Energi

Kenaikan harga saham emiten di sektor energi lebih merepresentasikan ekspektasi investor terhadap prospek jangka menengah-panjang,

Paperocks Indonesia (PPRI) Prediksi Kinerja Tahun Ini Tak Sesuai Target Awal
| Jumat, 19 September 2025 | 08:05 WIB

Paperocks Indonesia (PPRI) Prediksi Kinerja Tahun Ini Tak Sesuai Target Awal

Faktor utama yang menekan laju industri kemasan adalah melemahnya daya beli akibat penurunan permintaan, ditambah maraknya pemain baru.

Permintaan Masih Lesu, Pemulihan Kinerja Semen Indonesia (SMGR) Diproyeksi Lambat
| Jumat, 19 September 2025 | 08:02 WIB

Permintaan Masih Lesu, Pemulihan Kinerja Semen Indonesia (SMGR) Diproyeksi Lambat

Efek berbagai stimulus di sektor properti yang digelontorkan pemerintah tidak akan instan ke industri semen.

Aturan TKDN Baru Berpotensi Mendongkrak Investasi Motor Listrik
| Jumat, 19 September 2025 | 07:45 WIB

Aturan TKDN Baru Berpotensi Mendongkrak Investasi Motor Listrik

Regulasi ini memberikan insentif berupa tambahan nilai TKDN minimal 25% bagi perusahaan yang membenamkan investasi di dalam negeri.

Pasar Obligasi Menyambut Penurunan Suku Bunga Bank Sentral
| Jumat, 19 September 2025 | 07:43 WIB

Pasar Obligasi Menyambut Penurunan Suku Bunga Bank Sentral

Pelaku pasar fokus mencermati sejauh mana pelonggaran moneter akan mempengaruhi likuiditas dan harga obligasi dalam beberapa minggu mendatang.

The Fed Pangkas Suku Bunga, Indonesia Bukan Tujuan Prioritas Aliran Modal Asing
| Jumat, 19 September 2025 | 07:41 WIB

The Fed Pangkas Suku Bunga, Indonesia Bukan Tujuan Prioritas Aliran Modal Asing

Sejak Juli 2025 sampai pertengahan September 2025 sudah tercatat arus masuk dana asing bersih ke SBN.

Sektor Pertambangan Melicinkan Bisnis Pelumas
| Jumat, 19 September 2025 | 07:20 WIB

Sektor Pertambangan Melicinkan Bisnis Pelumas

Potensi pasar pelumas di Indonesia masih menjanjikan. Maka tak heran apabila sejumlah produsen terus melicinkan ekspansi bisnis pelumas.

Profit Taking  di Bursa Saham Berpotensi Berlanjut
| Jumat, 19 September 2025 | 07:14 WIB

Profit Taking di Bursa Saham Berpotensi Berlanjut

Pemicu pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah aksi sell on news tentang pemangkasan bunga acuan The Fed. 

DSSA Terbitkan Surat Utang Rp 1,5 Triliun untuk Bayar Utang dan Ekspansi Data Center
| Jumat, 19 September 2025 | 07:08 WIB

DSSA Terbitkan Surat Utang Rp 1,5 Triliun untuk Bayar Utang dan Ekspansi Data Center

Sebagian dana sukuk akan digunakan untuk ekspansi bisnis yang berfokus pada pengembangan pusat data (data center) SSDP.

INDEKS BERITA

Terpopuler