Perusahaan China Berminat Beli Lahan di Kawasan Industri Bekasi Fajar (BEST)

Selasa, 16 Juli 2019 | 06:33 WIB
Perusahaan China Berminat Beli Lahan di Kawasan Industri Bekasi Fajar (BEST)
[]
Reporter: Aloysius Brama | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST) kembali sukses menjual lahan di kawasan industri yang mereka kelola. Manajemen BEST memastikan ada perusahaan asing yang berminat membeli lahan di kawasan milik BEST.

Berdasarkan informasi yang diterima KONTAN, perusahaan baterai asal China dikabarkan meminati lahan yang dikelola BEST. Sinyal tersebut kian kuat setelah muncul rencana penerapan super deduction tax oleh pemerintah.

Tanpa menyebut nama, Head of Investor Relations BEST Seri membenarkan hal itu. "Benar ada perusahaan yang akan membeli lahan kami," terang dia kepada KONTAN, Senin (15/7). Namun, proses penjualannya saat ini masih dalam tahap penjajakan.

Alhasil, manajemen BEST masih belum bisa memberikan detail terkait rencana transaksi tersebut. "Tahapnya masih inquiry, kami belum bisa buka sebelum ada kesepakatan," kata Seri.

Target penjualan

Tahun ini, BEST menargetkan penjualan lahan mencapai 40 hektare (ha). Adapun rentang harga yang ditawarkan sebesar Rp 2,6 juta hingga Rp 3,2 juta per meter persegi (m2). Dengan demikian, target penjualan perusahaan tersebut hingga akhir tahun berkisar antara Rp 1,04 triliun hingga Rp 1,28 triliun.

Target tersebut meningkat dibanding realisasi tahun lalu. Sepanjang 2018, BEST menjual 35 ha lahan. Adapun nilai penjualannya Rp 828 miliar.

Secara konsolidasi, BEST menargetkan pertumbuhan pendapatan 15% lebih besar dibanding tahun lalu, Rp 962,8 miliar. Sebagai upaya mempertahankan cadangan lahan (landbank), BEST tahun ini menyiapkan Rp 600 miliar untuk membeli lahan seluas 100 ha.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, fundamental BEST masih terbilang baik. Emiten ini masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan.

Laba bersih kuartal pertama juga masih naik 2% secara tahunan menjadi Rp 95,42 miliar. Meski laba bersih hanya naik tipis, hal ini masih dikompensasi oleh rasio utang atau debt to equity ratio yang rendah, yakni 0,49 kali.

Price to earning ratio (PER) saham BEST menurut Nafan juga masih menarik. "PER sebesar 8,2 kali, ini cukup terjangkau," kata Nafan. Secara teknikal, saham BEST masih berpotensi mencapai Rp 364 per saham dalam jangka pendek.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 19:34 WIB

Imbal Hasil SBN Naik: Beban Utang APBN Meningkat, Bagaimana Dampaknya?

Kenaikan imbal hasil SBN menjadi salah satu tanda perubahan sentimen pasar terhadap risiko fiskal dan arah ekonomi domestik.

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari
| Kamis, 25 Desember 2025 | 13:43 WIB

IHSG Paling Bapuk di Asia Tenggara Pekan Ini, Turun 0,83% Dalam 3 Hari

IHSG melemah 0,83% untuk periode 22-24 Desember 2025. IHSG ditutup pada level 8.537,91 di perdagangan terakhir, Rabu (24/12).

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 11:05 WIB

Saham Terafiliasi Grup Bakrie Terbang, Kini Tersisa Jebakan atau Masih Ada Peluang?

Potensi kenaikan harga saham terafiliasi Bakrie boleh jadi sudah terbatas lantaran sentimen-sentimen positif sudah priced in.

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:08 WIB

Imbal Hasil SRBI Naik di Akhir Tahun Meski BI Rate Stabil

Imbal hasil instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang turun sejak awal tahun, berbalik naik dalam dua bulan terakhir tahun 2025.

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham
| Kamis, 25 Desember 2025 | 10:05 WIB

Laba Diprediksi Tergerus, PTBA Terjepit Bea Keluar Batubara dan Downtrend Harga Saham

Sebagai pelopor, PTBA berpeluang menikmati insentif royalti khusus untuk batubara yang dihilirisasi.

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena
| Kamis, 25 Desember 2025 | 09:05 WIB

Prospek Batubara 2026 Menantang, Indonesia di Posisi Maju Kena Mundur Juga Kena

Harga batubara Australia, yang menjadi acuan global, diproyeksikan lanjut melemah 7% pada 2026, setelah anjlok 21% di 2025. 

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam
| Kamis, 25 Desember 2025 | 08:10 WIB

Bisnis Blue Bird Diprediksi Masih Kuat di 2026, Tidak Digoyah Taksi Listrik Vietnam

Fitur Fixed Price di aplikasi MyBluebird mencatatkan pertumbuhan penggunaan tertinggi, menandakan preferensi konsumen terhadap kepastian harga.

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026
| Kamis, 25 Desember 2025 | 07:10 WIB

Meski Cuaca Ekstrem Gerus Okupansi Nataru, Santika Hotels Tetap Pede Tatap 2026

Santika Hotels & Resorts menyiapkan rebranding logo agar lebih relevan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan generasi.

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:37 WIB

Kebijakan Nikel 2026 Dongkrak Saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL)

Pemerintah rem produksi nikel ke 250 juta ton 2026 untuk atasi surplus 209 juta ton. NCKL proyeksi laba Rp 10,03 triliun, rekomendasi buy TP 1.500

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?
| Kamis, 25 Desember 2025 | 06:00 WIB

KRAS Dapat Suntikan Rp 4,93 Triliun dari Danantara, Tanda Kebangkitan Baja Nasional?

Kenaikan harga saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belakangan ini dinilai lebih bersifat spekulatif jangka pendek.

INDEKS BERITA

Terpopuler