Prediksi Kurs Rupiah: Menuju Level Terburuk Sepanjang Masa

Selasa, 24 Maret 2020 | 05:33 WIB
Prediksi Kurs Rupiah: Menuju Level Terburuk Sepanjang Masa
[ILUSTRASI. Petugas memperlihatkan pecahan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu money changer di Jakarta, Senin (9/3). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 0,08% ke level Rp 14.255 per dolar US di perdagangan hari Senin ]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah mengawali pekan ini dengan lesu. Data Bloomberg, Senin (23/3), nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 3,85% menjadi Rp 16.575 per dollar Amerika Serikat (AS).

Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah kemarin melemah 3,29% menjadi Rp 16.608 per dollar AS.

Rupiah terakhir kali berada di level ini pada saat krisis moneter melanda di tahun 1998. Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah paling lemah sepanjang masa berada di posisi Rp 16.650 per dolar AS yang tercapai pada 17 Juni 1998 

Baca Juga: Selama rupiah anjlok dan corona mewabah, penyesuaian harga BBM tidak berefek

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan, saat ini banyak orang lebih percaya diri memegang uang tunai. Tak heran, indeks dollar naik lagi ke 103.

Permintaan terhadap dollar AS juga tengah naik karena kebutuhan membayar utang valas. "Wabah virus korona dan kenaikan permintaan dollar AS menyebabkan rupiah terus berada dalam tren negatif," tutur Reny, kemarin (23/3).

Baca Juga: Rupiah terkapar, BI wajibkan penggunaan rekening rupiah bagi investor asing

Analis Monex Investindo Futures Faisyal menambahkan, efek corona akan membuat ekonomi melambat. Apalagi sejumlah perusahaan sudah meliburkan pekerjanya sehingga bisa menekan aktivitas ekonomi.

Kondisi saat ini, menurut para analis, masih akan membuat rupiah kembali tertekan. Menurut Faisyal, rupiah akan menguat jika ada perkembangan positif atas penanggulangan virus corona. Kendati ada wacana UU Pendanaan Darurat dari AS, dampak rencana ini pada rupiah minim saja.

Baca Juga: Corona Mewabah, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bakal Merevisi Target Premi

Faisyal menyebutkan,  level terburuk rupiah sepanjang masa berpotensi terlewati dalam waktu dekat jika belum ada tanda-tanda keadaan akan membaik.

"Efek sentimen rencana itu hanya sementara seperti stimulus yang sudah-sudah. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah ditemukannya vaksin, bukan subsidi dalam bentuk uang," terang Faisyal.

Baca Juga: Proyeksi IHSG: Menguji Support Baru

Bank Mandiri juga sudah melakukan apa yang disebut Reny sebagai stress test. Dengan asumsi kondisi saat ini berlangsung selama tiga bulan, rupiah bisa menembus Rp 17.000 per dollar AS. Reny bilang, level rupiah secara fundamental di Rp 14.200-Rp 14.300 tanpa efek virus corona.

Reny memprediksi, kurs rupiah hari ini berada di rentang Rp 16.150-Rp 16.700 per dollar AS. Sementara Faisyal memproyeksikan kurs rupiah hari ini di rentang Rp 16.400-Rp 16.800 per dollar AS.

 

Bagikan

Berita Terbaru

MSCI Terbaru Efektif Mulai Selasa (25/11), Masih Ada Peluang Beli di Saham-Saham Ini
| Minggu, 23 November 2025 | 22:47 WIB

MSCI Terbaru Efektif Mulai Selasa (25/11), Masih Ada Peluang Beli di Saham-Saham Ini

Kendati mayoritas saham yang baru masuk indeks MSCI ini sudah menguat signifkan, masih ada peluang beli saat harga cenderung koreksi.

Isu Merger dengan Grab Kian Menguat, Diawali dengan Mundurnya Patrick Waluyo
| Minggu, 23 November 2025 | 21:58 WIB

Isu Merger dengan Grab Kian Menguat, Diawali dengan Mundurnya Patrick Waluyo

Rencana perubahan manajemen telah mendapatkan restu dari investor kunci dan berpotensi diumumkan kepada karyawan, secepatnya pada Senin (24/11).

Menakar Pinjaman Sindikatif Terhadap Fundamental dan Prospek Sawit Sumbermas (SSMS)
| Minggu, 23 November 2025 | 14:00 WIB

Menakar Pinjaman Sindikatif Terhadap Fundamental dan Prospek Sawit Sumbermas (SSMS)

Dalam jangka panjang aset baru ini SSMS itu bersifat volume accretive, mendorong produksi TBS dan CPO konsolidasi.

Ekspansi Sawit vs. Intensifikasi, Mana Solusi Terbaik?
| Minggu, 23 November 2025 | 13:00 WIB

Ekspansi Sawit vs. Intensifikasi, Mana Solusi Terbaik?

Prioritaskan intensifikasi dan PSR untuk tingkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan.               

Menakar Antara Ekspansi Lahan atau Peremajaan Sawit
| Minggu, 23 November 2025 | 11:00 WIB

Menakar Antara Ekspansi Lahan atau Peremajaan Sawit

Pemerintah berencana membuka lahan baru 600.000 hektare (ha) untuk menanam kelapa sawit. Kebijakan ini memantik kritik.

Prospek Saham AUTO ditengah Tantangan Industri Otomotif Nasional
| Minggu, 23 November 2025 | 10:00 WIB

Prospek Saham AUTO ditengah Tantangan Industri Otomotif Nasional

Selain memperkuat penetrasi pasar, AUTO juga berfokus pada diversifikasi produk guna memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin berkembang.

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol
| Minggu, 23 November 2025 | 09:10 WIB

Jangan Gegabah Ikut-ikutan Ajakan Galbay Pinjol

Ajakan gagal bayar pinjol makin marak. Pahami risikonya agar tak ikut terjebak.                     

Meski Valuasi Sudah Mulai Premium, Namun Dividen IPCC Masih Menggoda
| Minggu, 23 November 2025 | 09:00 WIB

Meski Valuasi Sudah Mulai Premium, Namun Dividen IPCC Masih Menggoda

Analis menilai penguatan harga PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) lebih banyak didorong momentum dan sentimen musiman.

INDEKS BERITA

Terpopuler