KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan negosiasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta data ekonomi AS yang positif masih menjadi penghalang pergerakan rupiah di tengah pekan ini.
Kemarin, di pasar spot, kurs rupiah melemah 0,39% menjadi Rp 14.023 per dollar AS. Namun, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) justru menguat 0,28% menjadi Rp 13.992 per dollar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, meredanya tensi perang dagang antara AS dan China berhasil mengangkat pergerakan the greenback. Optimisme pasar kembali muncul setelah Presiden China Xi Jinping menyatakan, kedua negara adikuasa tersebut siap memberikan solusi lebih jelas untuk mengakhiri perang dagang yang sudah berjalan lebih dari satu tahun.
Baca Juga: Tidak mudah bagi pemerintah genjot pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan investasi
Sebelum adanya kepastian dagang antara AS dan China, aset safe haven lainnya seperti yen Jepang, franc Swiss serta harga emas berhasil melaju. Sedangkan kurs the greenback tak bertenaga.
Tetapi di pekan ini, kekuatan dollar AS kian bertambah karena data ISM Non Manufacturing PMI AS periode Oktober berhasil melonjak ke level 54,7. Angka tersebut sudah lebih tinggi dari hasil konsensus yang sebesar 53,5 serta pencapaian di periode September yang hanya 52,6.
"Selain itu, harga minyak dunia yang kembali naik turut membuat mata uang negara yang bergantung pada komoditas, seperti rupee, ringgit, dollar Australia dan tak terkecuali rupiah, mengalami pelemahan," jelas Josua. Memang, pada Selasa (5/11), harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,22% menjadi US$ 57,23 per barel.
Sentimen perang dagang diprediksi masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini. Terlebih, kini Negeri Paman Sam mulai membuka pintu dagang untuk penjualan Huawei di AS. Ini merupakan respons atas kesanggupan China membeli produk pertanian dari AS.
Baca Juga: Tak jadi prioritas, DPK valas perbankan kian melandai
Karena itu, Josua melihat kemungkinan mata uang Garuda melanjutkan pelemahannya akibat penguatan dollar AS yang terus berlanjut. Padahal sebelumnya, kurs dollar AS cenderung tertekan akibat data tenaga kerja yang dirilis akhir pekan lalu kurang memuaskan.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan, data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal ketiga yang sebesar 5,02% diharapkan mampu menahan pelemahan rupiah lebih lanjut. Apalagi hari ini belum ada data positif lainnya yang dapat mendorong nilai tukar mata uang Garuda tersebut.
Karena itu, Lukman memperkirakan, kurs rupiah bergerak dalam kisaran Rp 14.000-Rp 14.050 per dollar AS. Sedangkan Josua memperkirakan, rupiah hari ini bergerak di rentang Rp 13.990-Rp 14.050 per dollar AS.
Baca Juga: Rupiah melemah 0,26% di level Rp 14.006 per dolar AS