Regulator di China Hambat Niat Tencent Menggabungkan Dua Anak Usahanya

Sabtu, 10 Juli 2021 | 16:17 WIB
Regulator di China Hambat Niat Tencent Menggabungkan Dua Anak Usahanya
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo perusahaan teknologi China, Tencent, terlihat di Beijing, China 7 Agustus 2020. REUTERS/Thomas Peter/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Regulator persaingan usaha di China, Sabtu (10/7), mengatakan akan memblokir rencana Tencent Holdings Ltd untuk menggabungkan dua situs streaming videogame teratas negara itu, Huya dan DouYu, dengan alasan antimonopoli.

Tencent pertama kali mengumumkan rencana penggabungan Huya dan DouYu tahun lalu, sebagai bagian dari restrukturisasi kepemilikannnya di kedua perusahaan tersebut. MobTech memprediksi Huya dan DouYu menguasai 80% pangsa pasar, dengan nilai lebih dari US$ 3 miliar.

Tencent adalah pemegang saham terbesar Huya, dengan porsi kepemilikan sebesar 36,9%. Di DouYu, Tencent memegang lebih dari sepertiga saham. Kedua perusahaan tersebut terdaftar di Amerika Serikat (AS), dan memiliki nilai pasar gabungan sebesar $5,3 miliar.

Baca Juga: Tencent terapkan sistem pengenalan wajah untuk setop bocah kecanduan main game HP

Reuters pertama kali melaporkan rencana Administrasi Negara Peraturan Pasar (SAMR) untuk memblokir kesepakatan pada hari Senin, yang datang setelah regulator meninjau konsesi tambahan yang diusulkan oleh Tencent untuk merger.

SAMR mengatakan perusahaan hasil penggabungan Huya dan DouYu akan memiliki lebih dari 70% pasar streaming langsung video game. Dan, penggabungan itu akan menguatkan dominasi Tencent di industri game, mengingat di lini game online, Tencent sudah menguasai 40% pangsa pasar.

Huya dan DouYu masing-masing berada di peringkat pertama dan kedua, sebagai situs streaming video game paling populer di China. Di negeri itu, e-sport merupakan turnamen yang bisa mengundang banyak penonton.

Dalam pernyataan tertulis, Tencent mengatakan akan mematuhi keputusan, mematuhi semua persyaratan peraturan, beroperasi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, dan memenuhi tanggung jawab sosial kami.

Baca Juga: Wall Street cetak rekor tertinggi, didukung rebound yang dipimpin sektor keuangan

Penolakan merger dua anak usaha Tencent itu terjadi di saat Pemerintah China mengambil serangkaian tindakan atas raksasa teknologi. Awal tahun ini, regulator anti-monopoli menempatkan rekor denda US$ 2,75 miliar pada raksasa e-commerce Alibaba karena terlibat dalam perilaku anti-persaingan.

DouYu mengatakan sepenuhnya menghormati keputusan peraturan dan secara aktif bekerja sama dengan persyaratan peraturan untuk beroperasi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Sedang  Huya tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Dalam memo dari SAMR yang diterbitkan bersamaan dengan pengumuman tersebut, Zhang Chenying, anggota komite anti-trust dewan negara bagian, berpendapat penggabungan itu, jika jadi, akan mencegah persaingan yang adil.

“Mempertimbangkan faktor-faktor seperti pendapatan, pengguna aktif, sumber daya streaming langsung, dan indeks utama lainnya, kami memperkirakan merger akan menghilangkan atau membatasi persaingan yang adil.”

Selanjutnya: Lanjutkan Penyidikan atas Raksasa Digital, China Minta 25 Aplikasi Didi Dihapus

 

Bagikan

Berita Terbaru

Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?
| Sabtu, 15 November 2025 | 16:54 WIB

Comeback Saham BUMI Sebagai Saham Sejuta Umat Menggeser GOTO?

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kini memimpin volume transaksi BEI, menggeser GOTO. Pahami penyebab lonjakan harga saham BUMI yang fantastis.

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto
| Sabtu, 15 November 2025 | 08:16 WIB

Haji Isam dan Oscar Darmawan Dikabarkan Tertarik Garap Bursa Kripto

Pengelola bursa kripto di Indonesia, PT Central Finansial X (CFX), bakal kedatangan pesaing tangguh.

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:46 WIB

Redenominasi Rupiah dan Kesiapan Sistem

Redenominasi bukan sekadar menghapus nol di atas kertas, melainkan membangun kepercayaan baru terhadap nilai ekonomi Indonesia.

Keadilan Iklim COP30
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:31 WIB

Keadilan Iklim COP30

COP 30 harus kembali ke akarnya, memastikan rakyat yang paling terdampak mendapatkan perlindungan utama.

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:26 WIB

Waspada Lonjakan Inflasi Pangan Berlanjut

BI mewaspadai pergerakan inflasi kelompok pangan alias volatile food yang mulai meningkat beberapa waktu terakhir.

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:15 WIB

Cerita Direktur Sreeya Sewu Indonesia Mengadopsi Strategi Value Investing

Mengupas strategi berinvestasi Natanael Yuyun Suryadi, Direktur PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SPID) 

 Membentuk Ulang Industri Lelang
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:06 WIB

Membentuk Ulang Industri Lelang

Menyusuri perjalanan karier Deny Gunawan hingga menjabat Chief Operating Officer (COO) PT JBA Indonesia

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) Merambah Bisnis Susu Untuk MBG

Mengupas profil dan strategi bisnis baru PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) di sektor susu sapi perah dan turunannya

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara
| Sabtu, 15 November 2025 | 07:00 WIB

KRAS Berpeluang Dapat Suntikan Dana Danantara

Industri baja dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja berkualitas dan berkeahlian tinggi.

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas
| Sabtu, 15 November 2025 | 06:56 WIB

Sanksi Tegas Bagi Importir Pakaian Bekas

Total nilai impor pakai bekas itu sebesar Rp 112,35 miliar atau setara 19.391 balpres yang dimusnahkan.

INDEKS BERITA

Terpopuler