Risiko Investasi Dalam Negeri Naik Lagi Jelang Rapat The Fed

Selasa, 07 Juni 2022 | 08:28 WIB
Risiko Investasi Dalam Negeri Naik Lagi Jelang Rapat The Fed
[ILUSTRASI. Credit Default Swap.]
Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di instrumen dalam negeri kembali meningkat. Ini terlihat dari credit default swap (CDS) Indonesia yang naik cukup tinggi.

Kemarin, CDS Indonesia tenor 5 tahun bertengger di level 94,18. Buat perbandingan, sepekan sebelumnya, CDS Indonesia masih berada di level 87,29. Meski begitu, CDS tenor 5 tahun ini masih jauh dari level tertinggi tahun ini di 130,50, yang tercapai pada Senin (9/5) silam.

CDS Indonesia tenor 10 tahun juga naik. Akhir pekan lalu (3/6) CDS ini bertengger di level 173,71. Sepekan sebelumnya, posisinya masih di 168,83. Level tertinggi CDS 10 tahun untuk tahun ini adalah 208,53, yang tercapai pada 12 Mei silam.

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana menuturkan, kenaikan CDS tersebut merupakan respons dari pelaku pasar seiring rilis data non farm payroll (NFP) Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari proyeksi. NFP AS di Mei tercatat mencapai 390.000, lebih tinggi dari proyeksi 325.000.

Alhasil, ada kekhawatiran laju inflasi AS masih akan tetap tinggi. "Kondisi ini pada akhirnya memicu kembali kekhawatiran investor global mengenai keputusan The Fed terkait kenaikan suku bunga acuan. Tak pelak, persepsi berinvestasi di emerging market seperti Indonesia pun mengalami kenaikan," jelas Fikri, Senin (6/6).

Indeks Fear & Greed juga menunjukkan pelak pasar saat ini berada di posisi fear. Indeks tersebut berada di posisi 32. "Kekhawatiran karena belum adanya kepastian soal suku bunga ini membuat risiko masih cenderung naik-turun, apalagi jelang pertemuan The Fed pada Juni ini," cetus Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas.

Sekadar mengingatkan, rapat Federal Open Market Committe (FOMC) dijadwalkan akan kembali digelar pada 14-15 Juni mendatang.

Kendati begitu, bukan berarti fundamental pasar surat utang Indonesia memburuk. Buktinya, kemarin, yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun berada di 6,95%. Tahun ini, yield SUN acuan tersebut sempat mencapai level tertinggi 7,39% di 10 Mei.

Ramdhan menyebut, bila sikap The Fed soal kenaikan suku bunga acuan sudah lebih jelas, akan ada titik ekuilibrium baru. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia pun akan membaik. “Pada titik tersebut, investor asing akan kembali masuk ke pasar obligasi,” terang dia.

Fikri menambahkan, harga komoditas yang masih tinggi juga memperkuat fundamental Indonesia. Investor bisa memanfaatkan penurunan harga untuk masuk.

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Korupsi Taspen, KPK Tahan Ekiawan Direktur Utama Insight Investment Management
| Selasa, 14 Januari 2025 | 19:46 WIB

Korupsi Taspen, KPK Tahan Ekiawan Direktur Utama Insight Investment Management

Penahanan tersangka EHP, terkait dugaan tindak pidana korupsi kegiatan investasi PT Taspen (Persero) tahun anggaran 2019.

Laris Manis, Retno Marsudi Diangkat Jadi Komisaris dan Direktur di Sejumlah Korporasi
| Selasa, 14 Januari 2025 | 12:12 WIB

Laris Manis, Retno Marsudi Diangkat Jadi Komisaris dan Direktur di Sejumlah Korporasi

Terbaru, mantan Menteri Luar Negeri di masa pemerintahan Jokowi, Retno Marsudi didapuk sebagai Komisaris Independen INCO.

Coretax System Masih Dikeluhkan Wajib Pajak
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:38 WIB

Coretax System Masih Dikeluhkan Wajib Pajak

Tak hanya masalah sertifikat digital dan faktur pajak, tetapi juga pembuatan nomor pokok wajib pajak (NPWP)

Bank Indonesia Berpotensi Menahan Bunga Acuan 6%
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:35 WIB

Bank Indonesia Berpotensi Menahan Bunga Acuan 6%

BI-Rate diperkirakan tetap di level 6%, setelah penurunan terakhir sebesar 25 basis poin (bps) pada September 2024

Penerimaan Cukai 2025 Sulit Tembus Target
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:29 WIB

Penerimaan Cukai 2025 Sulit Tembus Target

Pelemahan daya beli masyarakat menjadi salah satu batu sandungan pemerintah untuk mencapai target penerimaan cukai

Faktor AS dan China Mengusik Surplus Dagang
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:24 WIB

Faktor AS dan China Mengusik Surplus Dagang

Surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2024 diramal mencapai US$ 3 miliar hingga US$ 4,77 miliar

Tuntaskan IPO, Delta Giri (DGWG) Bidik Laba Tumbuh Dua Digit
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:17 WIB

Tuntaskan IPO, Delta Giri (DGWG) Bidik Laba Tumbuh Dua Digit

Usai saham DGWG tercatat di BEI, David menargetkan penjualan DGWG bisa tumbuh 15%-20% secara tahunan di tahun 2025.

Hashim Djojohadikusumo, Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid Mendongkrak Pamor Saham WIFI
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:11 WIB

Hashim Djojohadikusumo, Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid Mendongkrak Pamor Saham WIFI

WIFI masih mengantongi rencana mengggelar rights issue maksimal 4,71 miliar saham biasa dengan nominal Rp 100 setiap saham.

Tunjuk Kontraktor, Indika Energy (INDY) Memacu Proyek Awak Mas
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:10 WIB

Tunjuk Kontraktor, Indika Energy (INDY) Memacu Proyek Awak Mas

PT Indika Energy Tbk (INDY) segera memacu proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan, melalui anak usahanya, PT Masmindo Dwi Area.

Saham Keping Biru Kalah Pamor
| Selasa, 14 Januari 2025 | 08:07 WIB

Saham Keping Biru Kalah Pamor

Saat aksi jual investor asing berlanjut, investor memilih saham yang bisa memberi cuan dalam jangka pendek

INDEKS BERITA

Terpopuler