Sell In May and Go Away di Bursa, Mitos Atau Fakta?

Minggu, 09 Juni 2024 | 18:11 WIB
Sell In May and Go Away di Bursa, Mitos Atau Fakta?
[ILUSTRASI. Parto Kawito, Direktur PT Infovesta Utama]
Parto Kawito | Direktur PT Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Mei kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan  LQ45 menurun cukup tajam, -2,77% secara bulanan alias month on month (mom) dan  -5,68% mom per saat tulisan ini dibuat pada 30 Mei lalu.

Penulis teringat frasa terkenal di pasar modal yakni Sell in May and Go Away. Artinya, kira-kira anjuran agar investor menjual saham di bulan Mei dan berinvestasi di instrumen lain hingga saat nya tiba kembali ke saham. Dasar dari anjuran ini kemungkinan asumsi atau pengamatan, di  Mei, pasar saham jatuh. 

Untuk mengecek kebenaran itu, ada beberapa pendekatan. Seperti mengamati return bulanan dari Januari-Desember untuk periode beberapa tahun ke belakang. Lalu menghitung probabilitas return positif setiap bulan Mei.  Penelusuran 10 tahun terakhir, terdapat probabilitas 36,4% IHSG naik di bulan Mei dengan return rata-rata per bulan -0,75% mom serta kisaran return -4,08% hingga 2,55% mom. 

Dari sini terlihat, probabilitas turun lebih besar dari naik. Selain menghitung return bulanan, penulis menghitung bagaimana bila investor melakukan Sell in May kemudian memarkir dana di obligasi. Khususnya obligasi negara yang likuid dan harganya lebih transparan dibanding obligasi korporasi. 

Konkretnya, investor menjual seluruh saham di akhir April kemudian keesokan hari bursa seluruh dana tersebut diinvestasikan ke indeks obligasi negara yang diwakili Infovesta Government Bond Index (IGBI), yang menghitung semua obligasi negara di pasar selama enam bulan ke depan hingga akhir Oktober. Kemudian awal November hingga akhir April (6 bulan), investasi lagi di IHSG begitu seterusnya.

Selanjutnya bandingkan dengan strategi di balik urutannya. Istilah penulis, Buy in May and Go Away, yaitu beli saham di awal Mei hingga akhir Oktober (6 bulan) kemudian investasi di IGBI  awal November-akhir April tahun berikutnya (6 bulan). 

Pengertian Go Away bukan berarti tidak investasi, tapi dana diletakkan di IGBI. Tak lupa hitung juga metode investasi strategi Buy and Hold untuk investasi full di IHSG dan Buy and Hold untuk investasi full di IGBI. Dari keempat strategi investasi ini, mana yang unggul? 

Periode pengamatan dari 31 Oktober 2001-30 April 2024. Asumsi nilai awal investasi Rp 100 juta. Hasil penghitungan tersaji di tabel.  Ternyata strategi Sell in May ang Go Away lalu pindah ke IGBI menghasilkan return 2.614,67% atau return tahunan 15,8% hampir 2 kali lipat strategi kebalikannya Buy in May and Go Away hanya menghasilkan 8,28% 

Adapun buy and hold hanya di IHSG memberikan return tahunan 13,71% per tahun masih kalah dibanding Sell in May and Go Away.  Tapi jangan lupa, dividen tidak dihitung pada pengamatan ini. Bila asumsi dividend yield 2%-3% saja,  hasilnya relatif sama. 

Terakhir, strategi Buy and Hold IGBI memberikan ganjaran 10.27%  lebih baik dari Buy in May and Go Away. Artinya,  susah-susah berinvestasi saham Mei-Oktober dmenanggung risiko lebih besar, hasilnya lebih kecil dari 100% investasi di obligasi pemerintah, jauh lebih aman.

Baca Juga: Saat Sell in May, Ada Emiten Bagi Dividen

Penulis mengubah periode pengamatan menjadi 10 tahun terakhir dari 30 April 2014 hingga 30 Apr 2024. Ternyata hasilnya berbeda dengan periode yang lebih panjang. Kali ini strategi Buy in May and Go Away (10,16%) mengungguli strategi Sell in May and Go Away (9,15%) dan keduanya lebih tinggi daripada Buy and Hold IHSG yang menghasilkan 7.40%. Juara dipegang  Buy & Hold IGBI 11,90% per tahun. 

Periode pengamatan diperpendek lagi menjadi 5 tahun dan hasilnya tersaji di tabel 3 yang membantah frasa Sell in May and Go Away sebab hasilnya lebih kecil (2,77%) versus Buy in May and Go Away (3,61%). Namun keduanya masih lebih superior dibanding memegang IHSG saja (1,39%). Juara tetap dipegang oleh Buy and Hold IGBI.

Dari sedikit penelitian ini frasa Sell in May and Go Away belum tentu berlaku. Yang jelas,  investasi di IGBI relatif baik dengan risiko lebih rendah daripada di saham karena kita anggap negara Indonesia tidak akan wanprestasi. 

Untuk investasi di IGBI, investor bisa menggunakan reksadana pendapatan tetap terutama yang mengacu indeks obligasi. Sedangkan investasi di saham yang menyerupai IHSG belum ada produknya, bisa didekati dengan reksadana indeks atau ETF.      

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Menakar Momentum Aliran Dana Triliunan dari China untuk EBT di Indonesia
| Minggu, 09 November 2025 | 14:33 WIB

Menakar Momentum Aliran Dana Triliunan dari China untuk EBT di Indonesia

Aliran uang China ke Indonesia untuk proyek-proyek energi terbarukan tampaknya semakin mengalir deras.

Prospek Logistik Indonesia: Didorong Konsumsi & Kebijakan Pemerintah
| Minggu, 09 November 2025 | 14:00 WIB

Prospek Logistik Indonesia: Didorong Konsumsi & Kebijakan Pemerintah

Prospek logistik Indonesia cerah hingga 2030, capai US$178 miliar. Didukung konsumsi domestik, perdagangan, dan program pemerintah seperti MBG.

Bisnis Logistik Melaju Meski Dibayangi Aturan Zero ODOL
| Minggu, 09 November 2025 | 13:00 WIB

Bisnis Logistik Melaju Meski Dibayangi Aturan Zero ODOL

Meski dibayangi kebijakan zero ODOL alias larangan truk kelebihan dimensi dan volume beroperasi, namun pebisnis logistik yakin tumbuh.

Metrodata Electronics (MTDL) Memperkuat Bisnis Solusi Digital Lewat AI
| Minggu, 09 November 2025 | 06:05 WIB

Metrodata Electronics (MTDL) Memperkuat Bisnis Solusi Digital Lewat AI

Melalui Megarock, MTDL membantu perusahaan mempercepat adopsi AI, dari ide menjadi implementasi nyata.

Direktur Eksekutif CSA Institute Pilih Saham yang Rajin Bagi Dividen
| Minggu, 09 November 2025 | 06:00 WIB

Direktur Eksekutif CSA Institute Pilih Saham yang Rajin Bagi Dividen

Perkenalan David Sutyanto, Direktur Eksekutif CSA Institute dengan dunia pasar modal dimulai dari bangku kuliah.

Baca Pola Dulu, Merajut Cuan Kemudian
| Minggu, 09 November 2025 | 05:45 WIB

Baca Pola Dulu, Merajut Cuan Kemudian

Merajut benang berwarna-warni menjadi tas, syal hingga gantungan kunci kian digemari orang. Kegiatan sederhana yang menu

 
Cuan Mekar Berbisnis Atap Berbahan Limbah Plastik
| Minggu, 09 November 2025 | 05:35 WIB

Cuan Mekar Berbisnis Atap Berbahan Limbah Plastik

Di tengah krisis sampah plastik yang mencemari, PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) berinisiatif mengolah limbah jadi bahan baku.

 
Tumbuh Jangan Timpang
| Minggu, 09 November 2025 | 05:10 WIB

Tumbuh Jangan Timpang

​Konsumsi rumah tangga, yang selama ini berkontribusi paling dominan terhadap perekonomian nasional, hanya tumbuh 4,89% (yoy).

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

INDEKS BERITA

Terpopuler