Siasat Pebisnis Properti di Era Bunga Tinggi

Kamis, 22 November 2018 | 06:52 WIB
Siasat Pebisnis Properti di Era Bunga Tinggi
[ILUSTRASI. Harga properti ]
Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum apa-apa, pebisnis properti kembali menghadapi tantangan berat pada tahun depan. Belum pulih daya beli masyarakat, Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga suku bunga acuan atau BI 7-Day Repo Rate ke level 6%. Alhasil, dalam setahun bank sentral telah mengerek suku bunga acuan sebanyak empat kali.

Kenaikan suku bunga acuan biasanya langsung direspons cepat oleh perbankan dengan mengerek bunga kredit, termasuk kredit properti. Ini berarti bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA) bakal terangkat.

Padahal sejak awal 2018, ketika suku bunga masih melandai, penjualan properti pun tidak bergairah. Lihat saja pencapaian marketing sales sebagian besar pengembang hingga kuartal III 2018 yang menyusut.

Pakuwon Jati (PWON), misalnya baru memenuhi 65,3% dari target marketing sales 2018 yang sebesar Rp 2,6 triliun. Kemudian marketing sales Intiland Development (DILD) baru 48,4% dari target Rp 3,3 triliun, Summarecon Agung (SMRA) setara 55% dari target Rp 4 triliun, Ciputra Development (CTRA) memenuhi 68% dari target Rp 7,7 triliun, serta Agung Podomoro Land (APLN) 39,3% dari target Rp 4,9 triliun. Rendahnya daya serap marketing sales juga tergambar dalam pergerakan indeks saham properti di Bursa Efek Indonesia. Sejak awal tahun hingga kemarin, indeks properti sudah menyusut 14%, melampaui penurunan IHSG sebesar 6% (lihat grafik).

Jika saat suku bunga menguncup saja penjualan properti masih berat, bagaimana ketika suku bunga semakin merekah? Bagaimana pengembang mengantisipasi kenaikan bunga kredit properti pada tahun depan?

Direktur Penanaman Modal dan Investasi Intiland Development, Archied Noto Pradono, menilai kenaikan suku bunga akan membuat penjualan properti kian berat. Padahal saat ini kondisi pasar masih lemah.

Untuk mengantisipasi itu, produk Intiland yang biasa menggunakan skema pembiayaan KPR atau KPA harus disubsidi agar tetap menarik konsumen. "Pengembang harus inovatif dalam pemasaran dan produk," kata Archied kepada KONTAN, Rabu (21/11).

Selain bunga, tantangan bisnis di tahun depan adalah daya beli masyarakat dan sikap wait and see konsumen.

Indaryanto, Direktur Keuangan PP Properti (PPRO) juga melihat bisnis properti tahun depan lebih menantang. Faktor suku bunga dan tahun politik membuat pengembang harus mencari strategi sehingga tetap bisa meraih pertumbuhan. PP Properti akan banyak menjalin kerjasama dengan perbankan terutama bank BUMN yang menawarkan program pembiayaan menarik seperti uang muka rendah dan tenor panjang. Dengan kondisi itu, PP Properti akan lebih banyak meluncurkan proyek hunian yang akan menyasar end user seperti apartemen di dekat kampus. Menurut Indaryanto, prospek apartemen mahasiswa masih bagus. Meski tantangan masih berat, PP Properti tetap menargetkan penjualan tumbuh di 2019.

Sementara Presiden Direktur PT Grahabuana Cikarang, Sutedja Darmono, menilai kenaikan suku bunga tak terlalu berdampak besar ke pasar properti jika ekonomi tetap bertumbuh. Menurut dia, suku bunga acuan bukan akibat fundamental makro ekonomi Indonesia yang buruk, melainkan karena faktor eksternal.

"Suku bunga baru naik empat kali. Kita bahkan pernah mengalami suku bunga naik delapan kali dan properti justru tumbuh karena ekonomi tumbuh stabil. Sekarang kondisi ekonomi kita masih baik, yang mencekam hanya di luar sana, ada trade warantara AS dan China. " jelas Sutedja.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan.

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000
Business Insight

Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi bisnis dan investasi pilihan

-
Bagikan

Berita Terbaru

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)
| Minggu, 08 Juni 2025 | 09:23 WIB

Profit 31,63%% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (8 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (8 Juni 2025) Rp 1.904.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:35 WIB

Dari Kamar Murah ke Pemberdayaan Komunitas

Di balik reputasinya sebagai penyedia kamar murah dan layanan check-in kilat, OYO punya ambisi lebih besar. Apa itu?

 
Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang
| Minggu, 08 Juni 2025 | 06:20 WIB

Tak Sekadar Batal Haji, Layanan Furoda Berbuntut Panjang

Ribuan calon jemaah haji furoda gagal berangkat ke Tanah Suci. Tak hanya calon jemaah yang gundah gulana, agen travel juga pusing alang kepalang. 

 
Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:50 WIB

Yuk, Menikmati Cuan dari Permainan untuk Mantan Anak Kecil

Bermain kini bukan hanya urusan anak-anak. Playground kini menjadi ruang pelepas penat bagi orang dewasa. Apa peluang bisnisnya?

 
Kopdes Melaju Buat Siapa?
| Minggu, 08 Juni 2025 | 05:10 WIB

Kopdes Melaju Buat Siapa?

​Hingga awal Juni, sebanyak 78.000 lembaga Kopdes Merah Putih sudah terbentuk melalui musyawarah desa khusus.

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:32 WIB

Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing

Beberapa saham yang terkena aksi jual asing dalam sepekan terakhir ini, masih dapat dicermati untuk trading jangka pendek

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:25 WIB

Emiten Memperluas Diversifikasi Bisnis

 Sejumlah emiten mulai dari sektor teknologi, kesehatan, hingga energi, memperluas bisnis dengan membentuk anak usaha baru.

Prospek Saham DSNG yang Siap  Menebar Dividen Rp 24 Per Saham
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:23 WIB

Prospek Saham DSNG yang Siap Menebar Dividen Rp 24 Per Saham

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 254,39 miliar dari buku tahun 2024.

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:19 WIB

Strategi Mega Perintis (ZONE) Bertahan di Bisnis Fesyen

Mengupas rencana bisnis perusahaan ritel fesyen, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) di tengah persaingan industri yang ketat

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini
| Sabtu, 07 Juni 2025 | 09:00 WIB

PMI yang Terkontraksi Tampaknya Tak Berpengaruh ke Emiten-Emiten Ini

Potensi kontraksi PMI masih dapat berlanjut, terlebih jika pasca negosiasi tarif dalam 90 hari tidak mendapatkan keputusan win-win.

INDEKS BERITA

Terpopuler