SKK Migas Menepis Klaim Piutang Lapindo

Kamis, 27 Juni 2019 | 07:45 WIB
SKK Migas Menepis Klaim Piutang Lapindo
[]
Reporter: Abdul Basith, Grace Olivia, Vendi Yhulia Susanto | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menepis klaim piutang Lapindo Brantas Inc dan Minarak Lapindo Jaya senilai sekitar Rp 1,9 triliun kepada pemerintah.

SKK Migas menilai, biaya yang dikeluarkan dua perusahaan terafiliasi Grup Bakrie itu bukan biaya operasional produksi minyak dan gas yang bisa diklaim kembali (cost recovery).

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa menegaskan, angka yang diklaim LBI dan MLJ merupakan unrecovered cost atau biaya investasi yang belum dapat dikembalikan.

Sesuai mekanisme production sharing contract Wilayah Kerja (PSC WK) Brantas, mekanisme pengembalian dilakukan berdasarkan produksi selama jangka waktu wilayah kerja tersebut. "Pendapatan dari WK yang diperoleh ini dapat digunakan untuk bayar unrecover cost itu," tandas Wisnu saat dihubungi KONTAN, Rabu (26/6).

Alhasil, pembayaran unrecovered cost bukan berasal dari keuangan pemerintah namun dibayar dari hasil pendapatan operasi dalam jangka waktu sesuai kontrak. Nilainya pun masih belum ditentukan karena WK Brantas saat ini masih berstatus subjek yang akan diaudit.

Sebagai catatan, tahun 2015, pemerintah mengguyurkan duit talangan ganti rugi untuk warga terdampak Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Dana ini tercatat sebagai utang bagi Lapindo Brantas dan Minarak. Adapun jatuh tempo utang ini pada 10 Juli 2019.

Atas tagihan utang itu, Lapindo Brantas dan Minarak justru mengklaim memiliki piutang ke pemerintah dari cost recovery. Bahkan tagihan itu kabarnya sudah diverifikasi SKK Migas melalui surat SKK Migas No SRT-0761/SKKMA000/2018/S4 pada 10 September 2018. Total nilainya sekitar US$ 128,24 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun.

Piutang inilah yang akan disandingkan dengan utang dana talangan dari pemerintah. Dengan kata lain, dua perusahaan Grup Bakrie itu justru mengklaim masih memiliki piutang sekitar Rp 1,13 triliun ke pemerintah.

Presiden Lapindo Brantas Faruq Adi Nugroho menyatakan siap bertemu dengan Kementerian Keuangan (Kemkeu) terkait klaim piutang tersebut. "Kami tengah menunggu panggilan dari Kemkeu ini," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (26/6).

Faruq juga menyatakan, pemerintah bisa mengambil jaminan aset senilai Rp 2,7 triliun jika mereka tak bisa membayar utang. "Aset akan diambil, status kami wanprestasi," ujarnya.

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemkeu Isa Rachmatarwata menyatakan sedang meneliti kualitas jaminan aset tanah yang diserahkan oleh Lapindo Brantas dan Minarak. Termasuk status kepemilikan lahan jaminan itu.

Bagikan

Berita Terbaru

Agresi Israel-AS Terhadap Iran dan Retorika Kosong Para Pemimpin Negara Timur Tengah
| Minggu, 22 Juni 2025 | 17:46 WIB

Agresi Israel-AS Terhadap Iran dan Retorika Kosong Para Pemimpin Negara Timur Tengah

Dengan kekuatan uang yang dimilikinya, negara-negara di Timur Tengah sejatinya bisa memainkan peran untuk meredakan konflik di kawasan tersebut.

IHSG Turun 3,61% Sepekan Diikuti Net Sell Asing pada 16-20 Juni 2025
| Minggu, 22 Juni 2025 | 12:01 WIB

IHSG Turun 3,61% Sepekan Diikuti Net Sell Asing pada 16-20 Juni 2025

IHSG melemah 3,61% untuk periode 16-20 Juni 2025. Di akhir perdagangan, IHSG ditutup pada 6.907,14. 

Profit 31,63% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (22 Juni 2025)
| Minggu, 22 Juni 2025 | 11:53 WIB

Profit 31,63% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (22 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (22 Juni 2025) Rp 1.942.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,63% jika menjual hari ini.

Prospek Saham NCKL Diklaim Masih Cerah, Tetap Ekspansif Meski Harga Nikel Redup
| Minggu, 22 Juni 2025 | 09:58 WIB

Prospek Saham NCKL Diklaim Masih Cerah, Tetap Ekspansif Meski Harga Nikel Redup

Kenaikan volume produksi menjadi strategi PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) untuk mengimbangi efek melandainya harga nikel.

Kehadiran BYD di Subang Smartpolitan Milik SSIA Berpotensi Hadirkan Ekosistem EV
| Minggu, 22 Juni 2025 | 09:07 WIB

Kehadiran BYD di Subang Smartpolitan Milik SSIA Berpotensi Hadirkan Ekosistem EV

Samuel Sekuritas memproyeksi harga lahan di Subang, Jawa Barat bakal naik 15% hingga 20% secara tahunan.​

Libur Telah Tiba, Jangan Sampai Kantong Jebol
| Minggu, 22 Juni 2025 | 08:40 WIB

Libur Telah Tiba, Jangan Sampai Kantong Jebol

Penting menyusun anggaran liburan sebagai bagian dari perencanaan keuangan tahunan.                 

Adu Misil di Timur Tengah, Harga Minyak Wajar Menguji US$ 80 sebarel
| Minggu, 22 Juni 2025 | 08:00 WIB

Adu Misil di Timur Tengah, Harga Minyak Wajar Menguji US$ 80 sebarel

Minyak mentah menyala di tengah eskalasi konflik Israel-Iran. Harganya berisiko liar saat pasar menanti titah Trump.

Sambut Calon Investor, ENRG Bakal Geber Pengembangan Blok Malacca Strait
| Minggu, 22 Juni 2025 | 08:00 WIB

Sambut Calon Investor, ENRG Bakal Geber Pengembangan Blok Malacca Strait

Realisasi produksi minyak dan kontriibusi Blok Malacca Strait terhadap kinerja keuangan ENRG sepanjang 2024 menyusut.  

Titian Panjang Unilever Melaju di Lintasan Keberlanjutan
| Minggu, 22 Juni 2025 | 06:10 WIB

Titian Panjang Unilever Melaju di Lintasan Keberlanjutan

PT Unilever Indonesia Tbk menyusun aksi keberlanjutan dari hulu ke hilir. Salah satu prioritasnya adalah, memangkas pemakaian plastik baru. 

 
Melongok Usaha Resto yang Tak Sekadar Bikin Kenyang Tapi Bisa Bikin Senang
| Minggu, 22 Juni 2025 | 05:05 WIB

Melongok Usaha Resto yang Tak Sekadar Bikin Kenyang Tapi Bisa Bikin Senang

Tak cukup bikin kenyang, restoran bisa bikin anak senang. Pelanggannya kaum urban yang mencari alternatif makan sambil melihat anak senang. 

INDEKS BERITA

Terpopuler