Strategi Reksadana Infovesta: Melakukan Diversifikasi Saham

Senin, 25 Juli 2022 | 07:05 WIB
Strategi Reksadana Infovesta: Melakukan Diversifikasi Saham
[]
Wawan Hendrayana | Vice President Infovesta Utama

KONTAN.CO.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak fluktuatif di saat harapan pertumbuhan ekonomi yang moncer dibayangi oleh harga bahan baku dan energi yang meningkat, sehingga mengakibatkan inflasi. Kondisi ini membuat investor merasa khawatir ketinggalan kereta saat harga-harga saham bergerak naik. 

Namun di sisi lain investor juga khawatir bila terjadi koreksi. Karena itu investor perlu suatu strategi untuk menghindari berbagai kemungkinan buruk yang dapat saja terjadi. Salah satunya adalah dengan melakukan diversifikasi.  

Diversifikasi sering diartikan sebagai tindakan memperkecil risiko investasi dengan cara mengalokasikan dana pada lebih dari satu aset investasi. Dengan demikian, jika salah satu aset mengalami kerugian, setidaknya kerugian tersebut tidak terlalu besar, karena masih ditutupi oleh keuntungan pada aset lainnya.

Diversifikasi sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang efektif dan sederhana. Di samping itu, diversifikasi tidak hanya berlaku pada saham, namun bisa dikombinasikan dengan aset-aset lain, seperti surat utang dan deposito. Karena yang terpenting adalah memperkecil risiko investasi. 

Ada cara diversifikasi sederhana pada pasar saham melalui korelasi. Korelasi diterjemahkan sebagai hubungan dari arah pergerakan antara dua indeks sektor saham. Jika kedua indeks sektoral sama-sama bergerak naik, maka dikatakan keduanya berkorelasi positif atau searah. Sedangkan jika salah satu indeks sektoral bergerak naik dan yang lainnya bergerak turun, maka dikatakan berkorelasi negatif atau berlawanan arah. 

Baca Juga: Terancam Resesi, Prospek Logam Mulia Masih Suram di Kuartal III

Sehubungan dengan banyaknya saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka di kesempatan ini hanya menggunakan sebelas sektor saham yang terdapat di BEI. Sektor saham yang bisa menjadi pilihan investor adalah yang mempunyai korelasi negatif atau korelasi positif yang paling kecil. 

Periode perhitungan korelasi menggunakan return harian dari 21 Juli 2021 hingga 21 Juli 2022. Hasil perhitungan bisa dilihat di tabel matriks korelasi antar sektor saham berikut ini.

Matriks Korelasi Antar Sektor Saham
Korelasi
Sektor
Saham
Barang
Baku
Konsumen
Non-Primer
Konsumen
Primer
Energi Infrastruktur Kesehatan Keuangan Perindustrian Properti &
Real Estate
Teknologi Transportasi
& Logistik
Barang Baku 1,00 0,84 -0,05 0,80 0,32 0,59 0,60 0,77 -0,55 -0,54 0,82
Konsumen
Non-Primer
0,84 1,00 -0,18 0,78 0,45 0,50 0,77 0,63 -0,54 -0,70 0,83
Konsumen
Primer
-0,05 -0,18 1,00 0,17 0,00 0,34 -0,32 0,36 0,10 -0,09 0,06
Energi 0,80 0,78 0,17 1,00 0,24 0,80 0,41 0,90 -0,82 -0,84 0,96
Infrastruktur 0,32 0,45 0,00 0,24 1,00 0,09 0,52 0,32 0,13 -0,25 0,19
Kesehatan 0,59 0,50 0,34 0,80 0,09 1,00 0,24 0,69 -0,68 -0,64 0,79
Keuangan 0,60 0,77 -0,32 0,41 0,52 0,24 1,00 0,26 -0,16 -0,50 0,50
Perindustrian  0,77 0,63 0,36 0,90 0,32 0,69 0,26 1,00 -0,58 -0,70 0,81
Properti &
Real Estate
-0,55 -0,54 0,10 -0,82 0,13 -0,68 -0,16 -0,58 1,00 0,68 -0,82
Teknologi -0,54 -0,70 -0,09 -0,84 -0,25 -0,64 -0,50 -0,70 0,68 1,00 -0,83
Transportasi
& Logistik
0,82 0,83 0,06 0,96 0,19 0,79 0,50 0,81 -0,82 -0,83 1,00
Sumber: www.infovesta.com
 

Dari hasil pengamatan, dalam satu tahun terakhir, sektor teknologi memiliki korelasi negatif dengan hampir semua sektor lain, kecuali properti. Ini karena dalam 1 tahun terakhir 2 sektor ini sama-sama mengalami kinerja negatif. 

Baca Juga: Bunga Naik, Prospek Euro Dianggap Belum Menarik

Sementara sektor yang korelasinya paling kuat adalah energi dan transportasi. Dari sisi kinerja kedua sektor ini membukukan kinerja tertinggi dalam periode yang sama.

Sektor energi dan transportasi juga terlihat memiliki korelasi yang kuat dengan sektor sektor lainnya, kecuali konsumen primer. Sehingga dalam kaidah diversifikasi, bila investor memiliki saham energi seperti ADRO, PGAS atau PTBA, maka akan ideal bila investor tersebut juga memiliki saham konsumen primer, seperti ICBP, INDF atau AMRT.

Sektor yang setahun terakhir kinerjanya baik namun memiliki korelasi kecil dengan sektor lain adalah infrastruktur, di mana isinya adalah saham telekomunikasi dan konstruksi serta sektor konsumen primer. Kedua sektor ini bahkan tidak pernah searah pergerakannya, terlihat dari angka korelasi 0.

Tentu saja, setelah melihat sektornya, investor tetap harus memilih saham yang ada di sektor tersebut. Pemilihan saham ini sebaiknya didasarkan paling tidak tiga faktor. Pertama, fundamental kinerja emiten seperti pertumbuhan penjualan dan profit.

Kedua, melihat prospek bisnis seperti rencana ekspansi. Ketiga, likuiditas perdagangan di bursa, misalnya dengan memilih saham yang masuk dalam indeks LQ45.

Jadi, jika investor ingin melakukan diversifikasi pada investasi saham dan telah memilih salah satu sektor, maka ada baiknya melakukan diversifikasi dengan mencari saham dari sektor lain yang korelasinya paling kecil, dengan tetap memperhatikan analisa emiten. Harap diingat bahwa kesimpulan ini didapat dari kinerja historis dan hasilnya dapat berbeda bila periode pengamatan diubah. 

Bagikan

Berita Terbaru

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025
| Rabu, 02 April 2025 | 16:44 WIB

Volume Turun, Nilai Aset Saham Investor Asing Justru Naik pada Maret 2025

Investor asing mencatat net sell 2,59 miliar saham di BEI sepanjang bulan Maret 2025. Dari sisi nilai, aset saham asing justru naik.

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global
| Rabu, 02 April 2025 | 13:00 WIB

Potensi Kinerja Indah Kiat (INKP) di Tengah Fluktuasi Harga Pulp Global

Kontributor pendapatan masih didominasi dari ekspor pihak ketiga senilai US$1,76 miliar, denan ekspor berelasi menyumbang US$ 42,11 juta.

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia
| Rabu, 02 April 2025 | 11:00 WIB

Menengok Prospek Pasar DME di Indonesia

Penggunaan DME di Indonesia pada 2023 masih didominasi untuk kebutuhan aerosol propellant dengan pangsa pasar mencapai 24%.

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump
| Rabu, 02 April 2025 | 10:30 WIB

Penjualan Mobil Meningkat Sebelum Harga Naik Akibat Tarif Trump

Produsen mobil termasuk General Motors Co. dan Hyundai Motor Co. melaporkan kenaikan penjualan mobil di Amerika Serikat (AS) 

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kinerja Komoditas Emas Masih Merajai Sepanjang Maret, Aset Kripto Paling Keok

Permintaan safe haven yang semakin tinggi seiring ketidakpastian ekonomi di tengah tarif Trump membuat harga emas terus menanjak. 

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian
| Rabu, 02 April 2025 | 09:00 WIB

Kasus Robot Trading Net89 dan Beda Pendapat Korban & Kejaksaan soal Cara Penyelesaian

Pihak korban yang diwakili oleh Onny menuntut agar penyelesaian kasus Net89 tetap diselesaikan menggunakan pendekatan restorative justice (RJ).

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)
| Rabu, 02 April 2025 | 08:33 WIB

Profit 33,04% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Mengkerut (2 April 2025)

Harga emas Antam (2 April 2025) ukuran 1 gram masih Rp 1.819.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 33,04% jika menjual hari ini.

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi
| Rabu, 02 April 2025 | 08:14 WIB

Ramadan dan Idulfitri Tak Kuat Angkat Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025, berpotensi berada di bawah angka 5% year on year (yoy)

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya
| Rabu, 02 April 2025 | 08:00 WIB

Tiga Tahun Beruntun Bisnis Ketenagalistrikan MEDC Bukukan Rugi, Begini Ceritanya

Pada segmen IPP Hidro dan Energi Terbarukan, di saat pendapatannya melonjak justru rugi bersihnya malah membengkak.

Inilah Saham-Saham Favorit Goldman Sach dan Fil Ltd di bursa IDX30
| Rabu, 02 April 2025 | 07:00 WIB

Inilah Saham-Saham Favorit Goldman Sach dan Fil Ltd di bursa IDX30

Goldman Sach mendekap saham BBCA sebanyak 885,66 juta pada 7 Maret 2025 dengan cost average basis di harga Rp 7.141 per saham.

INDEKS BERITA

Terpopuler