Tidak Leluasa Melakukan Akuisisi, Pemilik Google Gunakan Uangnya untuk Buyback

Kamis, 29 April 2021 | 11:05 WIB
Tidak Leluasa Melakukan Akuisisi, Pemilik Google Gunakan Uangnya untuk Buyback
[ILUSTRASI. Seorang pria berjalan melewati logo Google di depan gedung perkantoran di Zurich, Swiss, Rabu (1/7/2020). REUTERS/Arnd Wiegmann]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Berlimpah uang, namun tidak punya banyak pilihan untuk belanja. Paradoks semacam itu yang dialami Alphabet Inc. Pemilik Google itu, Selasa (27/4), mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai US$ 50 miliar.

Pengumuman itu menegaskan keterbatasan pilihan belanja yang dihadapi Alphabet. Padahal, Alphabet sedang berkelimpahan likuiditas berkat bisnis iklan digitalnya. Per akhir kuartal I-2021, Alphabet mengantongi uang tunai sekitar US$ 135 miliar, naik US$ 18 miliar dibanding posisi di periode sama tahun lalu.

Pendapatan Alphabet di kuartal I-2021 melonjak 34% year-on-year menjadi US$ 55,31 miliar. Penggunaan internet yang naik tajam selama pandemi menaikkan penggunaan mesin pencari Google dan bisnis periklanan YouTube yang menyumbang sebagian besar pendapatan dan keuntungannya.

Baca Juga: Penjualan Microsoft pada kuartal I tumbuh berkat layanan komputasi awan

Namun lembaga penyelidik antimonopoli di Amerika Serikat (AS), maupun negara lain menilai Google meperoleh dominasi dalam bisnis iklan digital melalui praktik anti-persaingan. Gugatan hukum pun tak pernah lepas membayangi Google. Ancaman ini yang menjadi alasan Google untuk berhati-hati membelanjakan uangnya untuk akuisisi bernilai besar. Karena, rencana akuisisi yang terkait dengan bisnisnya terkini, sangat mungkin dihambat oleh semangat persaingan usaha.

"Kekhawatiran akan peningkatan peraturan yang ketat membuat Alphabet melangkah lebih hati-hati ketika memutuskan apa yang harus dilakukan dengan tumpukan kas mereka," kata Samuel Indyk, analis di uk.Investing.com.

Namun, Chief Financial Officer Alphabet, Ruth Porat, Selasa (27/4), tidak menutup kemungkinan membuat kesepakatan. “Penggunaan modal utama kami terus untuk mendukung pertumbuhan organik dalam bisnis kami diikuti dengan mempertahankan fleksibilitas untuk akuisisi dan investasi,” kata Porat kepada para analis.

Baca Juga: Jumlah pengguna naik, induk Google catatkan rekor laba di kuartal I-2021

Bertaruh pada bisnis yang tidak terkait, meskipun lebih mudah dari sudut pandang peraturan, tidak akan menghasilkan apa pun yang mendekati keuntungan yang dinikmati oleh Google. Dan pengeluaran untuk proyek internal juga memiliki batasan.

Alphabet pernah membenamkan puluhan miliar dollar AS ke dalam berbagai pertaruhan, seperti proyek kendaraan otonom Waymo dan proyek layanan internet yang gagal Loon. Dari banyak proyek yang pernah dikembangkan Alphabet, hanya sedikit yang mampu memenuhi kelayakan bisnis.

Seperti banyak perusahaan teknologi yang berkembang pesat, Alphabet tidak pernah membayar dividen, dan memilih mengembalikan uang tunai kepada pemegang saham melalui pembelian kembali.

Alphabet melakukan buyback senilai US$ 31 miliar pada tahun 2020. Nilai buyback di tahun ini 69% lebih tinggi daripada nilai program serupa di tahun sebelumnya, menurut analis Jefferies Brent Thill.  Nilai pembelian kembali saham di tahun 2020 itu setara dengan 73% dari arus kas bebasnya. Sedangkan ongkos buyback di 2019 setara 59% dari kas bebas di periode itu, tutur Thill.

Tidak seperti dividen, yang bisa menimbulkan semacam komitmen perusahaan ke pemegang saham untuk melakukan pembayaran dalam jangka panjang, pembelian kembali menawarkan fleksibilitas. Perusahaan dapat menawarkan program itu, sesuai dengan kondisi arus kasnya.

Beberapa analis mengatakan saham Alphabet dihargai rendah dibandingkan dengan rekan-rekannya. Saham Alphabet diperdagangkan delapan kali  dari penjualan selama setahun terakhir. Sementara saham Facebook Inc 10 kali lipat dan Microsoft Corp 12 kali. Namun penawaran buyback, yang termasuk terbesar di Wall Street, bakal membantu Alphabet mengejar saham para pesaingnya. ]

Baca Juga: Tiga indeks utama Wall Street turun setelah pernyataan The Fed

“Pembelian kembali adalah tanda saham mereka dinilai rendah dan lingkungan peraturan yang lebih ketat untuk M&A," kata Thill. Saham Alphabet naik sebanyak 6,1% menyentuh rekor tertinggi $ 2.431,38 pada hari Rabu.

Alphabet bukanlah satu-satunya perusahaan yang berkelimpahan uang tunai, namun tak leluasa memanfaatkannya karena terkekang oleh aturan antitrust dan kendala lain. Apple Inc, Amazon.com Inc, Microsoft Corp dan Facebook Inc memiliki dana tunai gabungan setara lebih dari $ 300 miliar.

Buyback semakin populer di antara emiten di Wall Street. Sekitar sepertiga dari perusahaan S&P 500 telah mengeluarkan hasil kuartalan pada hari Selasa, dan melaporkan buyback dengan nilai total $ 52 miliar di kuartal pertama, menurut Howard Silverblatt, analis indeks senior di Indeks S&P Dow Jones. Perusahaan-perusahaan tersebut melaporkan pembelian kembali senilai $ 42,8 miliar pada kuartal keempat.

Penghitungan pembelian kembali versus dividen dapat berubah setelah Presiden Joe Biden mengajukan proposal pajak baru. Dalam rancangan aturan itu, tarif pajak penghasilan atas capital gain bakal dikerek, sementara tarif atas dividen dan bunga tidak berubah.

Selanjutnya: Menyelisik Pesta Cuan Ratusan Miliar Rupiah Para Investor Kakap di Saham TAPG

 

Bagikan

Berita Terbaru

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 13:00 WIB

MLBI Jaga Kinerja di Momen Penting Natal 2025 dan Tahun Baru 2026

Manajemen MLBI memastikan, merek-merek mereka berada dalam posisi yang kuat dan tersedia untuk memenuhi permintaan konsumen.

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama
| Selasa, 30 Desember 2025 | 11:00 WIB

Prospek Minyak Dunia 2026 Masih Tertekan, Surplus Pasokan Jadi Tema Utama

Goldman Sachs dalam risetnya menilai pasar minyak global masih akan berada dalam kondisi kelebihan pasokan pada 2026.

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi
| Selasa, 30 Desember 2025 | 09:22 WIB

Richer Versus Faster Richer : Perhitungan Kalkulus di Balik Investasi

Di masa lalu, kekayaan ratusan miliar dolar Amerika Serikat (AS) terdengar mustahil. Hari ini, angka-angka itu menjadi berita rutin. 

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:12 WIB

Menavigasi Jalan Terjal Ekonomi Global 2026

Di sejumlah negara dengan pendekatan populis yang kuat, peran pemerintah melalui jalur fiskal begitu kuat, mengalahkan peran ekonomi swasta.

Bayar Tagihan Ekologis
| Selasa, 30 Desember 2025 | 07:02 WIB

Bayar Tagihan Ekologis

Penerapan kebijakan keberlanjutan di sektor perkebunan dan pertambangan tak cukup bersifat sukarela (voluntary compliance).

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:06 WIB

Mengejar Investasi untuk Mencapai Target Lifting

ESDM mencatat, realisasi lifting minyak hingga akhir November 2025 berada di kisaran 610.000 bph, naik dari capaian 2024 yang sekitar 580.000 bph.

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:05 WIB

Laju Saham Properti Masih Bisa Mendaki

Di sepanjang tahun 2025, kinerja saham emiten properti terus melaju. Alhasil, indeks saham emiten properti ikut terdongkrak.

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:01 WIB

Beragam Tantangan Mengadang Emas Hitam di Tahun Depan

Sektor mineral dan batubara turut menopang anggaran negara melalui setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Prodia Widyahusada (PRDA) akan Ekspansi Jaringan ke Asia Tenggara

Fokus utama PRDA diarahkan pada pengembangan layanan kesehatan masa depan, terutama di bidang terapi regeneratif 

Strategi Telkom (TLKM): ARPU Stabil, Restrukturisasi Aset Demi Pertumbuhan
| Selasa, 30 Desember 2025 | 06:00 WIB

Strategi Telkom (TLKM): ARPU Stabil, Restrukturisasi Aset Demi Pertumbuhan

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) berfokus pada restrukturisasi bisnis dan efisiensi untuk menggenjot kinerja

INDEKS BERITA

Terpopuler