TIdak Percaya Facebook dan Instagram Berdampak Buruk? Ini Kesaksian Mantan Manajernya

Senin, 04 Oktober 2021 | 11:21 WIB
TIdak Percaya Facebook dan Instagram Berdampak Buruk? Ini Kesaksian Mantan Manajernya
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Ilustrasi logo Facebook terlihat di layar ponsel, 2 Desember 2019. REUTERS/Johanna Geron/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - DALLAS. Seorang whistleblower, Minggu (3/10), mengungkap raksasa media sosial Facebook Inc berulang kali memprioritaskan keuntungan daripada menekan ujaran kebencian dan penyebaran informasi yang salah. Pernah bekerja sebagai manajer produk misinformasi sipil, si pengungkap menyatakan pengacaranya telah mengajukan sedikitnya delapan gugatan terhadap Facebook ke Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS).

Frances Haugen, sang whistleblower, mengungkap identitasnya dalam program televisi CBS 60 Minutes yang ditayangkan Minggu (3/10). Haugen ini yang dikutip oleh harian Wall Street Journal sebagai whistleblower dalam serangkaian artikel yang menyoroti dampak buruk  Instagram, aplikasi berbagi foto dan video yang dimiliki Facebook, terhadap kehidupan mental gadis remaja.

Artikel-artikel yang disusun berdasarkan presentasi internal dan email di internal Facebook, menunjukkan perusahaan media sosial itu berkontribusi terhadap peningkatan polarisasi di dunia maya. Pengaruh buruk itu muncul ketika perusahaan mengubah algoritma kontennya, atau di saat perusahaan gagal mengambil langkah untuk mengurangi keraguan terhadap  vaksin Covid-19, atau ketika Facebook menyadari bahwa Instagram merugikan kesehatan mental remaja putri.

Baca Juga: Raih pendaanaan US$ 153 juta, Ajaib kini jadi unicorn fintech investasi

Haugen akan memberi kesaksian di depan subkomite Senat tentang penelitian yang dilakukan Facebook atas efek Instagram terhadap pengguna muda. Pertemuan bertajuk “Melindungi Anak-Anak Online” dijadwalkan berlangsung pada Selasa (5/10).

“Ada konflik kepentingan antara apa yang baik untuk publik dan apa yang baik untuk Facebook. Dan, Facebook berulang kali memilih untuk mengoptimalkan kepentingannya sendiri seperti menghasilkan lebih banyak uang,” tutur Haugen selama wawancara.

Haugen, yang sebelum bekerja di Facebook, pernah berkarir di Google dan Pinterest, mengatakan Facebook telah berbohong kepada publik tentang kemajuan yang dibuatnya untuk menekan penyebaran ujaran kebencian dan informasi yang keliru di platformnya.

Baca Juga: Jurus Bank Melindungi Data Pribadi agar Nasabah Tidak Merugi

Dia menambahkan bahwa Facebook digunakan untuk membantu mengatur kerusuhan di Capitol Hill pada 6 Januari lalu, setelah perusahaan mematikan sistem keamanan setelah pemilihan presiden AS.

Namun Haugen menilai, tidak ada seorang pun di Facebook yang memiiki niat jahat. Hanya saja, imbuh Haugen, Facebook memberlakukan insentif yang menimbulkan berbagai dampak buruk.

Facebook menerbitkan pernyataan tertulis yang membantah poin-poin yang dibuat Haugen setelah wawancara yang disiarkan televisi.

“Kami terus melakukan perbaikan signifikan untuk mengatasi penyebaran misinformasi dan konten berbahaya,” kata juru bicara Facebook, Lena Pietsch. “Menyatakan bahwa kami mendorong konten yang buruk dan tidak melakukan apa-apa, itu tidak benar.”

Menjelang wawancara 60 Menit, Wakil Presiden Facebook urusan global Nick Clegg mengatakan di CNN bahwa hal yang menggelikan untuk menyatakan bahwa kerusuhan yang terjadi pada 6 Januari dipicu media sosial.

John Tye, pengacara Haugen yang juga merupakan pendiri lembaga nirlaba hukum, Whistleblower Aid, Minggu (4/10), mengkonfirmasi laporan New York Times bahwa beberapa dokumen internal telah dibagikan dengan jaksa dari beberapa negara bagian termasuk California, Vermont dan Tennessee.

Tye mengatakan pengaduan diajukan ke SEC atas dasar bahwa sebagai perusahaan publik, Facebook diharuskan untuk tidak berbohong kepada investornya, atau bahkan menahan informasi material.

Baca Juga: Donald Trump minta hakim Florida untuk paksa Twitter kembalikan akun pribadinya lagi

Keluhan tersebut membandingkan penelitian internal Facebook dengan pernyataan publiknya tentang masalah yang ditelitinya, menurut wawancara 60 Minutes.

Tye mengatakan Haugen juga telah berbicara dengan anggota parlemen di Eropa dan dijadwalkan muncul di hadapan parlemen Inggris akhir bulan ini, dengan harapan memacu tindakan regulasi.

Dia dan Haugen juga tertarik untuk berbicara dengan anggota parlemen dari negara-negara di Asia. Karena banyak isu dari Asia, seperti kekerasan etnis di Myanmar, yang memotivasi Haugen untuk menjadi whistleblower, ujar dia.

Whistleblower Aid, yang mewakili Haugen secara gratis alias pro-bono, telah meluncurkan pengumpulan dana untuk menutup kebutuhan biaya hukum hingga US$ 50.000 melalui platform GoFundMe.

Selanjutnya: Boeing Dikabarkan Siap Merilis Pesawat Berbadan Lebar 787 Dreamliner

 

Bagikan

Berita Terbaru

 GNI Terancam Tutup, Waspada Efek ke Bank
| Senin, 24 Februari 2025 | 06:10 WIB

GNI Terancam Tutup, Waspada Efek ke Bank

GNI tercatat pernah memperoleh kesepakatan kredit sindikasi hingga Rp 19,32 triliun, atau setara US$ 1,29 miliar pada 26 Mei 2023 lalu.​

Investor China Merangsek Potensi Pasar Indonesia
| Senin, 24 Februari 2025 | 06:00 WIB

Investor China Merangsek Potensi Pasar Indonesia

Bukan hanya investasi langsung saja, pemodal asal Tiongkok juga mulai melirik pasar modal Indonesia.

Dapen Harus Kerja Ekstra Keras Untuk Memupuk Aset
| Senin, 24 Februari 2025 | 05:50 WIB

Dapen Harus Kerja Ekstra Keras Untuk Memupuk Aset

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan aset industri dana pensiun (dapen) bisa tumbuh sebesar 9%-11% sepanjang tahun 2025. 

ASSA Mengebut Lini Bisnis Logistik pada Tahun Ini
| Senin, 24 Februari 2025 | 05:45 WIB

ASSA Mengebut Lini Bisnis Logistik pada Tahun Ini

Adi Sarana Armada (ASSA) mampu menjalani bisnis logistik dengan baik berkat keberadaan kendaraan yang melimpah.

Awal Pekan di Akhir Februari 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (24/2)
| Senin, 24 Februari 2025 | 05:42 WIB

Awal Pekan di Akhir Februari 2025, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini, Senin (24/2)

Jumat lalu asing membukukan aksi jual bersih alias net sell jumbo Rp 705,07 miliar. Akumulasi net sell asing  sepekan mencapai Rp 1,04 triliun.  

Menghadirkan Kesempatan Kerja Berkualitas
| Senin, 24 Februari 2025 | 05:15 WIB

Menghadirkan Kesempatan Kerja Berkualitas

Kebijakan hilirisasi harus disempurnakan dan diperluas, misalnya ke sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.

Danantara Pendatang Baru di Panggung Ekonomi
| Senin, 24 Februari 2025 | 05:05 WIB

Danantara Pendatang Baru di Panggung Ekonomi

Masuk 10 besar SWF bermodal jumbo, Danantara diharapkan bisa menjadi game changer ekonomi Indonesia.

Pameran IIMS 2025 Bisa Menjadi Bahan Bakar Penggerak Bisnis Otomotif Tahun Ini
| Senin, 24 Februari 2025 | 04:32 WIB

Pameran IIMS 2025 Bisa Menjadi Bahan Bakar Penggerak Bisnis Otomotif Tahun Ini

Kendaraan konvensional tetap mendominasi penjualan IIMS 2025, kendati banyak mobil listrik baru yang diperkenalkan.

Trade Expo Indonesia Bidik Transaksi US$ 25 Miliar
| Senin, 24 Februari 2025 | 00:02 WIB

Trade Expo Indonesia Bidik Transaksi US$ 25 Miliar

Pameran Trade Expo Indonesia bakal digelar pada 15 Oktober sampai 19 Oktober 2025 di ICE BSD Tangerang.

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO
| Minggu, 23 Februari 2025 | 15:01 WIB

Prabowo Tunjuk Rosan Jadi Nakhoda Danantara, Pandu & Dony Oskaria Jabat CIO & COO

Kabar yang masuk KONTAN, Menteri Investasi dan BKPM Rosan Roslani akan menjadi nakhoda BPI Danantara.

INDEKS BERITA

Terpopuler