Yen Melemah, Jepang Catat Rekor Pertambahan Aktiva Bersih Luar Negeri

Jumat, 27 Mei 2022 | 12:02 WIB
Yen Melemah, Jepang Catat Rekor Pertambahan Aktiva Bersih Luar Negeri
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Uang kertas dolar AS dan yen, 22 Juni 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Jepang mempertahankan status sebagai kreditur terbesar di dunia selama 31 tahun berturut-turut. Data yang dipublikasikan Kementerian Keuangan negeri itu memperlihatkan, nilai bersih aktiva luar negeri pada akhir 2021 mencapai rekor tertinggi, yaitu 411 triliun yen atau setara Rp 50.622,5 triliun lebih.

Pelemahan yen terhadap dolar AS hingga kisaran 11% sepanjang tahun lalu, turut mendorong nilai aktiva luar negeri yang dipegang pemerintah, bisnis, dan individu Jepang.

Faktor nilai tukar bersama kenaikan investasi langsung di luar negeri, membantu Jepang mencatat rekor kenaikan tahunan sebesar 5,6 miliar yen dalam nilai bersih aktiva luar negeri.

"Yen yang lemah dan kenaikan di pasar saham AS membantu aktiva bersih luar negeri menumpuk," kata Daisaku Ueno, kepala strategi FX di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. Ia menambahkan bahwa data itu tidak memiliki implikasi terhadap pergerakan mata uang dalam jangka pendek.

Baca Juga: Tertekan Lockdown, Industri China Alami Penurunan Laba Terbesar dalam Dua Tahun

Data dapat meredakan beberapa kekhawatiran tentang penurunan tajam mata uang baru-baru ini ke posisi terendah dua dekade di atas 131 yen terhadap dolar, yang telah meningkatkan kekhawatiran tentang daya beli Jepang.

Nilai aktiva bersih luar negeri Jepang 1,3 kali lipat lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh Jerman, kreditur kedua terbesar dunia. Per akhir tahun lalu, kreditur ketiga dan keempat terbesar masing-masing adalah Hong Kong dan China.

Aktiva bruto luar negeri Jepang sebesar 1.249,9 triliun yen dan utang luar negeri mencapai 838,7 triliun yen. Nilai bersih aktiva luar negeri Jepang menjadi 411,2 triliun yen.

Baca Juga: Apple Naikkan Gaji Karyawan Ritel AS Hingga 10% di Tengah Kekhawatiran Inflasi

Data terpisah mengkonfirmasi surplus transaksi berjalan Jepang senilai 15,5 triliun yen pada 2021, melemah 1,2% dibanding posisi di tahun sebelumnya. Kenaikan pendapatan primer senilai 20,5 triliun yen menambah surplus perdagangan 1,7 triliun yen.

Data tersebut menggarisbawahi pandangan bahwa pendapatan besar Jepang yang diperoleh dari investasi luar negeri lebih dari mengimbangi neraca perdagangan yang lemah, membantu menjaga status yen sebagai mata uang safe-haven, untuk saat ini.

"Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, yen tidak akan dianggap sebagai mata uang safe-haven mengingat defisit perdagangan Jepang dan populasinya yang menyusut," kata Ueno.

Bagikan

Berita Terbaru

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:49 WIB

Angkat Hans Patuwo Jadi CEO Baru, Kinerja GOTO Bisa Melaju

Hans Patuwo akhirnya resmi ditunjuk sebagai Direktur Utama dan Group Chief Executive Officer (CEO)  PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:42 WIB

Superbank (SUPA) Listing di BEI, Emiten Grup Emtek Semakin Seksi

Berbagai aksi korporasi dilakukan Grup Emtek di sepanjang tahun 2025. Terbaru, PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi listing di BEI. ​

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:30 WIB

Laju Ekonomi 5,4% Belum Mampu Serap Tenaga Kerja

Tingginya target pertumbuhan ekonomi Indonesia, belum sepenuhnya bisa menyelesaikan persoalan tenaga kerja

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya
| Kamis, 18 Desember 2025 | 09:00 WIB

Paradoks Akhir Tahun: Pemerintah Tebar Diskon, Alam Bunyikan Alarm Bahaya

Jika warga Jakarta batal ke luar kota, perputaran uang akan terkunci sehingga pemerataan ekonomi antardaerah tertahan.

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:43 WIB

Ruang Pemangkasan Bunga Acuan Lebih Sempit

Bank Indonesia (BI) menutup tahun 2025 dengan mempertahankan suku bunga acuan alias BI rate di level 4,75%

Waktu Semakin Mepet, Pajak Jauh dari Target
| Kamis, 18 Desember 2025 | 08:17 WIB

Waktu Semakin Mepet, Pajak Jauh dari Target

Dari data KPPN Sidikalang, realisasi penerimaan per akhir November baru 74,62% dari target          

Indonesia Rawan Bencana, OJK Tekankan Pentingnya Asuransi
| Kamis, 18 Desember 2025 | 07:35 WIB

Indonesia Rawan Bencana, OJK Tekankan Pentingnya Asuransi

OJK dorong asuransi wajib bencana sesuai UU P2SK, lindungi aset masyarakat dari risiko alam. Industri siap hadapi tantangan ini.

Asuransi Kredit Perkuat Fintech Lending
| Kamis, 18 Desember 2025 | 07:31 WIB

Asuransi Kredit Perkuat Fintech Lending

Di tahap awal, asuransi berlaku untuk lender institusi.                                                       

Saham DEWA Masih Mengamuk, Terbang 36,59% dalam Sebulan, Kini Bidik Level Rp 700?
| Kamis, 18 Desember 2025 | 07:25 WIB

Saham DEWA Masih Mengamuk, Terbang 36,59% dalam Sebulan, Kini Bidik Level Rp 700?

Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) didorong proyeksi kontrak baru 250 juta bcm dan potensi aset emas Gayo Mineral.

PHRI Dukung Usulan WFA di Periode Akhir Tahun
| Kamis, 18 Desember 2025 | 07:12 WIB

PHRI Dukung Usulan WFA di Periode Akhir Tahun

Kebijakan WFA berpeluang mendorong peningkatan mobilitas masyarakat, khususnya orang dewasa yang memiliki anak.

INDEKS BERITA

Terpopuler