Aksi ESG, Indocement (INTP) Komitmen Lebih Hijau dengan Semen Ramah Lingkungan

Minggu, 29 Desember 2024 | 03:42 WIB
Aksi ESG, Indocement (INTP) Komitmen Lebih Hijau dengan Semen Ramah Lingkungan
[ILUSTRASI. Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Christian Kartawijaya (kanan), Direktur Antonius Marcos (kiri) saat berkunjung ke Redaksi KONTAN di Jakarta, Senin (25/11/2024). INTP berkomitmen untuk menggunakan bahan bakar alternatif atau Refuse Derived Fuel (RDF) dari sampah untuk menggantikan batubara dalam proses produksi semen. INTP telah menggunakan RDF sebesar lebih dari 21,1% di tahun 2024, tahun 2025 sebesar 25% dan menargetkan untuk menggunakan RDF sebesar lebih dari 42% pada tahun 2030. KONTAN/Panji Indra]
Reporter: Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - :Industri semen Tanah Air berhadapan dengan kondisi kelebihan pasokan atau oversupply. Namun, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) enggan mengejar pasar secara ugal-ugalan. Malah, target berkelanjutan mereka akan dicapai sebagai perusahaan yang lebih hijau.

Christian Kartawijaya, Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjelaskan, tahun 2024, kemungkinan diakhiri dengan total pasokan semen nasional mencapai 120 juta ton. Tapi, kapasitas semen hanya naik 1,1%.

Meski permintaan diperkirakan naik 4% year on year, hanya menghabiskan 56 juta ton. Ini artinya, ada sekitar 64 juta ton yang menjadi kelebihan suplai. Itu sebabnya, utilisasi industri semen hanya sekitar 60%.

Sejatinya, masih ada sumber pertumbuhan baru, yaitu permintaan semen untuk pertumbuhan infrastruktur di Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Ini akan menjadi mesin pertumbuhan baru, mengingat sektor infrastruktur hanya memakan porsi 30% dari permintaan.

Baca Juga: Menguji Tuah Kelas Menengah Menghadapi Kenaikan PPN

IKN dan percepatan proyek infrastruktur lainnya telah terlihat mengerek porsi permintaan produk curah atau ready-mix di INTP menjadi 31,6% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 26,1%.

Toh, INTP mencari cara meningkatkan pangsa pasar lewat pertumbuhan anorganik. Pada 2022 lalu, mereka menandatangani perjanjian sewa pakai fasilitas dengan PT Semen Bosowa Maros. Lalu, di 2023, perusahaan ini mengakuisisi 100% saham PT Semen Grobogan di Jawa Tengah yang kinerjanya baru dicatat pada 2024.

PT Semen Grobogan, yang memulai produksi komersial pada Januari 2022, memiliki pabrik dengan kapasitas produksi 2,7 juta ton semen per tahun. Dan, persediaan bahan baku Semen Grobogan disebut-sebut bisa mencapai 50 tahun. Dengan begitu, total kapasitas produksi INTP mencapai 33,5 juta ton semen per tahun.

Terutama setelah akuisisi Semen Grobogan, volume penjualan semen tanpa klinker INTP di akhir kuartal III 2024 lalu tumbuh sebesar 9,6% yoy menjadi 13.690 ton. "Tanpa Semen Grobogan, pertumbuhan kami hanya kurang dari 1%," ungkap Christian.

Dengan tenaga baru tersebut, INTP terus bertransisi menjadi perusahaan yang lebih hijau, dengan menciptakan operasional yang lebih ramah lingkungan. Caranya, dengan menggunakan bahan baku alternatif dan bahan bakar alternatif. Tujuannya, mengurangi emisi karbon dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Butuh Insentif Bukan Disinsentif

Data Statista menyebutkan, industri semen bertanggungjawab atas 8% emisi karbon dunia atau sekitar 1,6 miliar metrik ton CO2 pada 2022 lalu. Jika menjadi sebuah negara, maka industri semen menjadi negara ketiga atau keempat terbesar penghasil gas rumah kaca.

Di sektor lain, penyumbang emisi CO2 terbesar dari aktivitas terkait penggunaan energi. Namun, di industri semen, separuh dari emisi karbon terbentuk dari proses produksi.

Oleh karena itu, strategi bisnis perusahaan semen memperhatikan aspek lingkungan (environmental), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG, mulai dari proses transisi energi bahan bakar hingga bahan baku.

Tak pelak, INTP juga dinilai sebagai perusahaan dengan risiko signifkan pada lingkungan. Perating Morningstar Sustainalytics memberi skor 27,4 pada INTP. Yang artinya, risiko ESG INTP di level medium.

Christian menjelaskan, misi ESG untuk keberlanjutan INTP sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDG) Heidelberg Material AG. Perusahaan asal Jerman ini memegang 51% saham INTP.

Makanya, menyiapkan semen hijau jadi strategi INTP. Semen hijau atau semen ramah lingkungan ini memiliki kandungan karbon lebih sedikit dibanding semen umumnya, ordinary portland cement (OPC).

Baca Juga: PaDi UMKM Sediakan Pinjaman Modal bagi Usaha Kecil

Semen hijau ini disebut lebih ramah lingkungan karena menurunkan porsi klinker pada campuran. Material klinker didapatkan dari membakar bahan baku pasir, batu kapur, tanah liat, dan bahan lainnya dalam tungku berbahan bakar batubara, dengan temperatur sampai 1.500 Celcius. Pembakaran ini membuat industri semen jadi tidak ramah lingkungan.

Rasio klinker diturunkan, di mana penggunaannya mencapai 90% pada semen OPC. Sedangkan 10% merupakan aditif material yang lebih ramah lingkungan, seperti abu vulkanik, slag, dan material lainnya.

Semen lebih ramah lingkungan yang diproduksi INTP adalah jenis semen hidrolis (hydraulic cement), semen slag, serta jenis portland komposit atau portland composite cement (PCC) dan portland pozzolan composite cement (PPC).

Semen hidrolis adalah semen yang didistribusikan dalam bentuk curah. Dayanya lebih kuat dibanding OPC dan cocok digunakan untuk proyek infrastruktur, gedung tinggi, dan industri beton pracetak.

Kemudian, semen hidrolis memiliki rasio klinker 75%-78%. Tingkat karbon atau CO2 yang dihasilkan lebih rendah 10%-25% dibanding OPC.

Semen dengan rasio klinker lebih rendah ialah PCC dan PPC, sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) hanya 55%. Tingkat CO2 yang dihasilkan 30%-35% lebih rendah dibandingkan dengan OPC.

Ciri khas dari semen portland komposit dan semen portland pozolan adalah, didistribusikan dalam bentuk kantong semen. INTP memiliki produk PCC, baik dengan merek Tiga Roda, Rajawali, Semen Jempolan, maupun Semen Grobogan.

Semen PCC dengan merek Tiga Roda sudah mendapatkan green label dari Green Product Council Indonesia.

Baca Juga: IKM Berperan Besar dalam Perkembangan Industri Kosmetik

Nah, rasio klinker paling rendah ada di jenis portland slag cement, yaitu hanya 45%-40%. Penggunaan slag atau limbah proses peleburan bijih besi disebut-sebut bisa menurunkan 50%-55% emisi karbon.

Semen slag biasanya didistribusikan secara curah atau bulk. Semen ini memiliki ketahanan yang kuat dan digunakan untuk pembangunan gedung tinggi, jembatan, dermaga, dan proyek infrastruktur lainnya.

Christian cukup percaya diri alias pede, semen hijau dari INTP mampu leading di industri semen Indonesia. Karena, ditopang 26 batching plants untuk ready-mix dan agregat, 5 pabrik dan 1 grinding plant untuk semen kantong, dan 172 tempat penyimpanan semen.

Untuk memperkuat penerapan ESG, INTP membentuk Komite ESG. Tugasnya, memastikan keselarasan praktik bisnis Indocement dengan visi kelestarian alam, terutama meningkatkan nilai-nilai perusahaan dalam jangka panjang dan mempromosikan pengelolaan ESG secara strategis.

Dasar penerapan ESG mengacu peta jalan keberlanjutan 2023 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), peta jalan Keuangan Berkelanjutan di Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan peta jalan keberlanjutan dari Heidelberg Material AG.

Baca Juga: Sukses Usaha Berkat Ilmu Kepepet

Energi alternatif

Guna mencari bahan bakar rendah emisi, INTP mengurangi penggunaan batubara dan meningkatkan penggunaan energi alternatif. INTP saat ini sudah menggunakan bahan bakar alternatif dari limbah yang ada di sekitar wilayah perusahaan, misalnya, ban bekas dan biomassa yang berasal dari sekam padi dan serbuk gergaji.

Pada 2023, INTP juga mengembangkan bahan bakar alternatif dari olahan sampah rumahtangga atau refuse-derived fuel (RDF). Sampah ini dikumpulkan dan diproses di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, lalu dikirim ke pabrik semen INTP di Citeureup, Bogor.

Berdasarkan perjanjian off-take dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, INTP mengambil RDF sebanyak 625 ton per hari. Penggunaan RDF ini, selain menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah, juga efisien dari sisi biaya.

"Ini adalah solusi untuk bertumpuknya sampah," kata Christian. Dia bilang, di negara-negara maju, umumnya, sampah sudah dilimpahkan kepada pabrik semen sebagai bahan bakar alternatif.

Christian menjelaskan, INTP serius dalam penggunaan RDF. Dalam lima tahun terakhir, perusahaan ini sudah berinvestasi sampai Rp 5 triliun. Tapi, memang, pengeluaran ini belum impas dengan penghematan biaya keseluruhan.

Mendatang, Indocement juga akan menjadi off-taker dari RDF plant di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara. Fasilitas ini disebut lebih besar dibanding Bantar Gebang dengan kemampuan memproses 2.500 ton sampah per hari dan menghasilkan RDF 875 ton dalam sehari.

Baca Juga: PP Belum Terbit, Peralihan Pengawasan Aset Kripto dari Bappebti ke OJK Terancam Molor

Untuk mendapatkan energi lebih hijau, INTP juga sudah membangun panel surya sebagai sumber energi bersih dari terbarukan. Rooftop solar panel ini ada yang dipasang di kompleks pabrik Citereup, dengan kapasitas 5,78 GWh per tahun atau 0,48% dari konsumsi listrik tahunan kompleks pabrik. Panel surya ini bisa mengurangi CO2 4.729 ton per tahun.

Selain itu, ada juga yang dipasang di kompleks pabrik Tarjun yang bisa menghasilkan 26,36 GWh per tahun atau 8,4% konsumsi tahunan pabrik Tarjun dan mengurangi CO2 sebesar 31.127 ton per tahun.

Tetapi, Christian mengaku, sebagian besar dari solar panel ini belum menghasilkan karena kesulitan mendapat izin.

Sebagai gambaran, pada 2023 lalu, tingkat penggunaan bahan bakar alternatif INTP sebesar 18,3% dan bertambah jadi 21,1% di akhir September 2024.

Sedangkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan turun jadi 534 kilogram CO2 per ton semen ekuivalen dari tahun lalu sebesar 546 kg Co2 per ton semen ekuivalen.

Christian yakin, tingkat substitusi thermal atau bahan bakar alternatif bisa mencapai 48% di 2030, yang sebagian besar dicapai dari RDF.

Baca Juga: Ambruk Menjelang Akhir Tahun 2024, Harga Bitcoin Masih Berpotensi Menguat Awal 2025

Tahan dulu

Dengan tambahan amunisi dari Semen Grobogan, Christian memperkirakan, INTP bisa mencapai pertumbuhan penjualan 9% di akhir 2024. Dia mengungkapkan, industri semen memang sedang berat.

Pada akhir kuartal III 2024 lalu, INTP mencatatkan pertumbuhan pendapatan hanya 3,03% yoy menjadi Rp 13,32 triliun, dari sebelumnya tumbuh mencapai 12,92%. Dari kelompok usaha segmen semen menyumbang pendapatan sampai Rp 12,53 triliun. Lalu, segmen beton siap pakai sebesar Rp 1,28 triliun. Segmen tambang agregat Rp 177,21 miliar.

Tapi, beban pokok INTP juga ikut menanjak. Alhasil, laba bersih INTP di akhir September 2024 lalu hanya sebesar Rp 1,05 triliun, merosot 16,67% dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 1,26 triliun.

Meski begitu, Analis BNI Sekuritas Aurellia Setiabudi melihat, INTP merupakan perusahaan yang terbaik di kelasnya dan menjadi top pick di sektor saham. Dengan mengakuisisi aset Bosowa dan Semen Grobogan, kapasitas produksi INTP naik 31%. Ekspansi proaktif ini menggarisbawahi visi jangka panjang dan kesiapan INTP untuk meraih peluang pertumbuhan, seiring dengan dinamika pasar yang membaik.

"Inisiatif-inisiatif tersebut memposisikan INTP untuk memanfaatkan potensi pemulihan pasar dan meraih pangsa pasar yang lebih besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta wilayah di luar Pulau Jawa, sehingga memperkuat keberadaan pasar dan kapabilitas distribusi di kondisi permintaan yang menantang," kata Aurellia.

Dengan mengakuisisi Semen Grobogan yang yang memiliki posisi strategis di Jawa Tengah, pangsa pasar INTP tumbuh 2,2% menjadi 29,7%, dan mereka telah mencapai efisiensi biaya per ton yang signifikan.

Baca Juga: Ambruk Menjelang Akhir Tahun 2024, Harga Bitcoin Masih Berpotensi Menguat Awal 2025

Dia juga menyoroti penurunan biaya energi INTP sebesar 2,7% yoy lantaran peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif dan penurunan biaya overhead pabrik sebesar 7,2%. Hal ini berkontribusi terhadap penurunan biaya tunai produksi sebesar 2,2% yoy.

Di tahun mendatang, Aurellia memperkirakan, pertumbuhan pendapatan moderat INTP dengan rata-rata atau CAGR 3,7%, karena berlanjutnya penurunan harga jual rata-rata (ASP) campuran yang berasal dari perubahan bauran produk dan lemahnya pertumbuhan penjualan semen kantong.

Dia memproyeksikan, INTP masih bisa mempertahankan margin EBITDA 19%, dekat dengan target manajemen perusahaan ini di kisaran 20%. Target laba bersih pada 2024 diperkirakan mencapai Rp 1,8 triliun, lebih besar dibandingkan dengan SMGR di Rp 1,1 triliun.

Karena itu, untuk jangka pendek hingga kisaran Januari 2024, BNI Sekuritas merekomendasikan hold saham INTP. Sedangkan untuk jangka 12 bulan, rekomendasi buy dengan target Rp 8.500 per saham.

Pada Selasa (24/12), harga INTP Rp 7.575 per saham.

Selanjutnya: Menguji Tuah Kelas Menengah Menghadapi Kenaikan PPN

Bagikan

Berita Terbaru

Profil Bisnis, Kinerja, dan Kondisi Keuangan LSIP, Penghuni Baru IDXQ30
| Minggu, 02 Februari 2025 | 17:04 WIB

Profil Bisnis, Kinerja, dan Kondisi Keuangan LSIP, Penghuni Baru IDXQ30

Kinerja keuangan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dalam beberapa tahun terakhir berada dalam tren positif.

Anggaran Infrastruktur Dipangkas, Begini Nasib Emiten Semen
| Minggu, 02 Februari 2025 | 09:07 WIB

Anggaran Infrastruktur Dipangkas, Begini Nasib Emiten Semen

Dengan anggaran infrastruktur yang berkurang, maka proyek-proyek infrastruktur akan berkurang dan permintaan menurun.

Profil Bisnis dan Kondisi Keuangan TAPG, Emiten TP Rachmat yang Baru Masuk IDXQQ30
| Minggu, 02 Februari 2025 | 08:35 WIB

Profil Bisnis dan Kondisi Keuangan TAPG, Emiten TP Rachmat yang Baru Masuk IDXQQ30

Profitabilitas PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) cukup terjaga, terlihat dari margin laba bersihnya yang konsisten tumbuh double digit. 

Zero ODOL, Apa Kabar
| Minggu, 02 Februari 2025 | 06:10 WIB

Zero ODOL, Apa Kabar

​eberapa hari terakhir, pembahasan mengenai kendaraan ODOL alias over dimension over loading kembali marak dibahas. 

Menguak Benang Kusut Bisnis Mengolah dan Distribusi Air Minum
| Minggu, 02 Februari 2025 | 05:30 WIB

Menguak Benang Kusut Bisnis Mengolah dan Distribusi Air Minum

Banyak perusahaan daerah air minum (PDAM) di berbagai kota kesulitan menambah jaringan pipa. Seperti mengurai benang kusut.

Jejak Perusahaan yang Menampung Cuan dari Pembiayaan Motor Setrum
| Minggu, 02 Februari 2025 | 05:15 WIB

Jejak Perusahaan yang Menampung Cuan dari Pembiayaan Motor Setrum

Cuan kendaraan listrik ramah lingkungan sudah mengalir ke perusahaan pembiayaan. Namun, pembiayaan kendaraan bahan bakar fosil masih dominan.

Mencari Sehat Plus Relasi yang Didapat
| Minggu, 02 Februari 2025 | 05:10 WIB

Mencari Sehat Plus Relasi yang Didapat

Meski terbilang baru di Indonesia, namun olahraga padel digemari banyak kalangan. Caranya yang mudah membuat komunitas i

PJAA Urus Izin Perluasan Kawasan Ancol Barat dari 35 Ha Menjadi 65 Ha
| Jumat, 31 Januari 2025 | 11:29 WIB

PJAA Urus Izin Perluasan Kawasan Ancol Barat dari 35 Ha Menjadi 65 Ha

Manajemen PJAA menyatakan, di 2024 sedang dalam proses pengurusan Adendum Izin Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Kegiatan Perluasan Kawasan.

The Fed Bernada Hawkish, Kebijakan Moneter BI Pro Pertumbuhan dan Stabilitas
| Jumat, 31 Januari 2025 | 11:06 WIB

The Fed Bernada Hawkish, Kebijakan Moneter BI Pro Pertumbuhan dan Stabilitas

Prospek ekonomi AS saat ini masih belum pasti, meskipun sudah ada tanda-tanda aktivitas ekonomi berkembang dengan kecepatan yang solid.

Akuisisi DATA oleh TOWR, Fixed Broadband Merambah Pasar dengan Harga Terjangkau
| Jumat, 31 Januari 2025 | 09:23 WIB

Akuisisi DATA oleh TOWR, Fixed Broadband Merambah Pasar dengan Harga Terjangkau

Dengan memanfaatkan harga kompetitif DATA sebesar Rp 200 ribu/bulan per koneksi, TOWR bermaksud meningkatkan skala bisnis FTTH-nya.

INDEKS BERITA

Terpopuler