Bank-bank Besar Bisa Terpapar Krisis Utang Duniatex

Selasa, 23 Juli 2019 | 07:19 WIB
Bank-bank Besar Bisa Terpapar Krisis Utang Duniatex
[]
Reporter: Ahmad Febrian, Anggar Septiadi, Titis Nurdiana | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan dibuat kaget dengan kabar masalah likuiditas yang membelit Duniatex Group. Pemicunya, gagal bayar utang anak usaha Duniatex, yakni PT Delta Dunia Sandang Tekstile.

Entitas anak Duniatex Group memiliki pinjaman bernilai besar ke sejumlah bank. PT Delta Dunia Sandang Textile, misalnya, memiliki pinjaman sindikasi sebesar US$ 260 juta yang jatuh tempo. Beberapa bank pelat merah disebut-sebut menjadi anggota sindikasi tersebut.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) semisal, dikabarkan menggelontorkan pinjaman Rp 789 miliar. Mengakui memiliki exsposure kredit dalam bentuk sindikasi ke Duniatex Grup, Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan menampik jumlahnya segede itu. "Porsi BNI di sindikasi Rp 301 miliar," kata Putra ke KONTAN (22/7)

Tak hanya Bank BNI yang memiliki tagihan ke Duniatex Grup. Bank Mandiri juga tercatat memiliki exsposure kredit di salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia itu. Hanya, menurut Vice President Corporate Solution Group Bank Mandiri Farida Thamrin, Mandiri tak ikut dalam pinjaman sindikasi.

Namun Bank Mandiri memiliki exposure di Duniatex Group di segmen commercial banking.

Jawaban gamblang diberikan Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo. Tiko panggilan karib Dirut Mandiri itu menyebut, pinjaman ke Duniatex Grup adalah pinjaman bilateral. "Duniatex salah satu debitur lama kami. Selama ini tak pernah menunggak pembayaran cicilan kredit," ujar Tiko kepada KONTAN (22/7).

Kasus gagal bayar obligasi membuatnya terkejut. Dalam rekam jejak di Bank Mandiri, outstanding utang Duniatex sempat Rp 5,5 triliun. Tapi, saat ini exposure ke Duniatex tersisa Rp 2,2 triliun.

Punya jaminan

Tak ingin berspekulasi dengan kondisi likuiditas debiturnya, Tiko memastikan, Bank Mandiri memiliki jaminan berupa mesin dan tanah yang memadai. "Saat ini, kami sedang proses untuk negoisasi restrukturisasi bilateral dengan debitur," ujarnya.

Adapun kabar yang sampai ke KONTAN, BNI memiliki jaminan hotel dan tanah.

Berdasarkan hasil analyst meeting Bank Mandiri, Rabu (17/7) yang dipublikasikan Reuters, Sabtu (20/7), Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menjelaskan, per akhir Desember 2018, Mandiri masih memiliki exposure Rp 3,5 triliun. Namun sepanjang Januari–Juli 2019, Duniatex telah membayar pinjamannya ke senilai Rp 1,24 triliun. Sisa tanggungan Duniatex ke Bank Mandiri Rp 2,2 triliun.

Di Bank Mandiri, Duniatex adalah debitur lama sejak tahun 2002. Hanya, sejak 2015, Bank Mandiri sudah tak lagi menyalurkan kredit ke Duniatex.

Untuk antisipasi kredit bermasalah, Bank Mandiri telah menyiapkan cadangan atas kreditnya dari aset Duniatex yang dijaminkan dengan rasio 160% dari utang. Kami juga telah bertemu pemilik Duniatex," Jika kelak bermasalah, solusinya Mandiri akan diskusi dengan 40 kreditur lain," ujarnya.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas menyebut, bertemu dengan manajemen Duniatex akan membuat Bank Mandiri mengetahui masalah debitur untuk kemudian ditentukan obat restrukturisasinya.

Bagikan

Berita Terbaru

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun
| Kamis, 06 November 2025 | 13:53 WIB

Anak Usaha TLKM Buka Suara Soal Kepailitan TELE dan Investasi Rp 1,39 Triliun

PT PINS Indonesia, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), akhirnya buka suara menanggapi kabar kepailitan PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE)

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket
| Kamis, 06 November 2025 | 13:46 WIB

Ruang Pendanaan Masih Terbatas, PELNI Buka Opsi Tambah Kapal dari Penjualan Tiket

Penyertaan Modal Negara sudah tak lagi digunakan sehingga beberapa upaya diluncurkan PT Pelni guna memastikan kelanjutan investasi armada.

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit
| Kamis, 06 November 2025 | 10:29 WIB

Konsumsi Daging Ayam Melejit, Laba Bersih Japfa Comfeed (JPFA) Naik Dua Digit

PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) membukukan kinerja positif di sepanjang sembilan bulan tahun 2025.

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025
| Kamis, 06 November 2025 | 10:21 WIB

Multi Makmur Lemindo (PIPA) Membalikkan Rugi Menjadi Laba Per Kuartal III-2025

Pertumbuhan laba itu disokong lonjakan pendapatan usaha PIPA yang mencapai 30,49% secara tahunan jadi Rp 25,89 miliar per September 2025

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji
| Kamis, 06 November 2025 | 10:17 WIB

Daya Beli Belum Maksi, Laba Emiten Properti Masih Bertaji

Sejumlah emiten properti mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di sepanjang periode Januari-September 2025

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi
| Kamis, 06 November 2025 | 10:08 WIB

Harga Emas Masih Tinggi, Bumi Resources Minerals (BRMS) Genjot Produksi

PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) membidik pertumbuhan produksi emas 68.000 ons sampai 72.000 ons hingga akhir 2025.​

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis
| Kamis, 06 November 2025 | 09:52 WIB

Penjualan Belum Laris Manis, Kepulan Laba Emiten Rokok Semakin Tipis

Tekanan daya beli masyarakat masih jadi tantangan emiten rokok. Penurunan daya beli memicu pergeseran konsumsi ke segmen value for money (VFM).

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi
| Kamis, 06 November 2025 | 09:00 WIB

TELE Pailit, Tak Cuma Telkom (TLKM) dan Haiyanto, Ribuan Investor Saham Ikut Merugi

Kasus pailit PT Omni Inovasi Indonesia Tbk (TELE) mencerminkan buruknya perlindungan investor publik.

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI
| Kamis, 06 November 2025 | 08:15 WIB

Menakar Efek Kinerja Sembilan Bulan 2025 dan Rights Issue ke Kinerja PANI

Analisis aksi korporasi PANI: Rights issue Rp 16,6 triliun, akuisisi CBDK, dan prospek saham di tengah pemulihan pasar properti.

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu
| Kamis, 06 November 2025 | 07:29 WIB

TELE & GOTO, Simbol Buruknya Pilihan Portofolio Investasi Manajemen TLKM di Masa Lalu

Satu benang merah dari kasus TELE dan GOTO, sejatinya TLKM bisa menerima manfaat dari bisnis dengan keduanya tanpa harus memiliki saham mereka.

INDEKS BERITA

Terpopuler