Bank Indonesia (BI) Akhirnya Menurunkan Suku Bunga Acuan

Kamis, 18 Juli 2019 | 15:35 WIB
Bank Indonesia (BI) Akhirnya Menurunkan Suku Bunga Acuan
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akhirnya menurunkan suku bunga acuan. Ini merupakan penurunan suku bunga acuan pertama kali sejak Oktober 2017 lalu.  Penurunan suku bunga terakhir kali terjadi pada September 2017.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 17-18 Juli 2019 memutuskan memangkas  BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,75%.

Pada saat bersamaan, RDG BI juga memutuskan menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5% dan memangkas suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,5%. Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, mengatakan, kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi.

Penurunan BI7DRR juga untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.

BI tetap akan mengarahkan strategi operasi moneter  untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang dan memperkuat transmisi kebijakan moneter yang akomodatif.

Kebijakan makroprudensial juga tetap akan akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian.

Kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan juga terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ke depan, Bank Indonesia memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2019 relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal sebelumnya. Konsumsi swasta tetap baik didukung keyakinan konsumen yang tetap terjaga. Investasi bangunan juga tetap tumbuh stabil.

Sementara itu, BI memperkirakan ekspor Indonesia tumbuh negatif. Hal ini dipengaruhi oleh terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang. Menurut BI, dampak ketegangan hubungan dagang terhadap perlambatan ekspor juga terjadi di sejumlah negara.

Selanjutnya, BI memperkirakan, ekspor yang mengalami kontraksi akan mendorong penurunan impor dan investasi nonbangunan yang tumbuh terbatas. Ke depan, BI menilai, upaya untuk mendorong permintaan domestik, termasuk investasi, perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia.

BI memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%. "Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," ujar Onny dalam siaran pers.

Terkait inflasi, BI memperkirakan, laju inflasi sepanjang tahun ini akan berada di bawah titik tengah kisaran sasarannya 3,5±1%.

Onny mengatakan, BI akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil, termasuk dalam mengantisipasi musim kemarau yang lebih awal dan panjang.

Bagikan

Berita Terbaru

Sejumlah Emiten Sawit Caplok Hutan Tanpa Izin, Terancam Didenda dan Lahan Disita
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 20:32 WIB

Sejumlah Emiten Sawit Caplok Hutan Tanpa Izin, Terancam Didenda dan Lahan Disita

Penyelesaian masalah penggunaan kawasan hutan secara ilegal bisa mendukung kestabilan bisnis emiten dalam jangka panjang.

Rumor Haji Isam Bentuk International Crypto Exchange, Ini Secuil Kisahnya
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 17:31 WIB

Rumor Haji Isam Bentuk International Crypto Exchange, Ini Secuil Kisahnya

Beberapa pengusaha besar termasuk Haji Isam bersama 9 atau 10 PAKD kabarnya akan menjadi pemegang saham bursa kripto baru yang akan berdiri.

Tingginya Minat Kendaraan Bekas, Saham Emiten TP Rachmat (ASLC) Bersiap Tancap Gas
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 13:15 WIB

Tingginya Minat Kendaraan Bekas, Saham Emiten TP Rachmat (ASLC) Bersiap Tancap Gas

ASLC diperkirakan akan menikmati performa penjualan mobil bekas Caroline dengan proyeksi CAGR pendapatan 2024–2027 sebesar 18,2%.

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 09:50 WIB

Intiland Development (DILD) Fokus Jual Produk Properti Siap Huni

Di tengah lesunya sektor properti, DILD bakal fokus melanjutkan sejumlah program promosi yang sudah berjalan pada paruh kedua tahun ini

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:48 WIB

Sektor Konsumer Dihimpit Daya Beli, Sahamnya Cocok Buat Investor Menengah-Panjang

Ada peluang perbaikan kinerja sektor konsumer di kuartal IV-2025 seiring momen musiman Natal dan Tahun Baru.

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 08:10 WIB

Ini Aset Kripto yang Paling Cepat Rebound Usai Sempat Crash Gara-Gara Ulah Trump

WLFI, Aster, dan Sonic Labs mendapatkan perhatian karena tindakan konkret mereka dalam menstabilkan pasar lewat buyback.

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:45 WIB

P2P Lending Dana Syariah Indonesia Urung Buka Kembali Kantornya, Investor Gigit Jari

Aktivitas karyawan dan layanan operasional Danasyariah saat ini masih dilakukan secara daring hingga waktu yang akan diinformasikan lebih lanjut.

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 07:40 WIB

Trump dan AS Jadi Pusat Ketidakpastian, Harga Emas Dunia Berpotensi Cetak Rekor Baru

Dalam skenario optimis. harga emas bahkan bisa mencapai US$ 5.000 jika faktor pendorong seperti permintaan bank sentral terus menguat. 

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:59 WIB

Rumor Masuknya Happy Hapsoro Menyulut Saham GZCO, Fundamental dan Prospek Memang Oke

Dalam jangka pendek saham GZCO berpotensi menguji area psikologis 300 namun investor disarankan tetap waspada.

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok
| Selasa, 14 Oktober 2025 | 06:45 WIB

Pelemahan Rupiah Tertahan Data Ekonomi Tiongkok

Rupiah melemah tipis terhadap dolar AS di tengah sentimen risk off oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang.

INDEKS BERITA

Terpopuler