Beban Makin Berat

Senin, 16 Desember 2024 | 05:09 WIB
Beban Makin Berat
[ILUSTRASI. Havid Febri]
Havid Vebri | Redaktur Pelaksana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergantian tahun menuju 2025 tinggal menghitung hari. Namun, optimisme masyarakat dalam menyongsong tahun baru perlahan memudar. Pasalnya, di awal tahun depan masyarakat justru disambut kado pahit dari pemerintah, yang bakal menggerus isi dompet. Jelas, masyarakat khawatir, bahkan panik, lantaran beban hidup bakal tambah berat. 

Kesimpulan itu tidak berlebihan mengingat ada banyak rencana kebijakan pemerintah yang akan diterapkan dalam waktu dekat, yang itu semua bakal memicu kenaikan berbagai harga barang dan jasa. 

Beberapa yang sudah memiliki dasar hukum dan sudah pasti berlaku awal tahun depan adalah kenaikan harga jual eceran (HJE) rokok dan penerapan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan opsen bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) mulai 2025.

Baca Juga: Gas Murah Ditambah, Hulu Gas Bakal Berdarah

Tidak berhenti disitu, ada banyak kebijakan lain yang sekarang masih tahap kajian. Sebut saja rencana pengetatan distribusi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite dan Solar, kenaikan harga tiket KRL Commuter Line Jabodetabek dengan cara menentukan besaran subsidi berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK), kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% hingga rencana menaikkan iuran BPJS Kesehatan

Selain itu, ada pula rencana mewajibkan pekerja dengan upah minimum regional (UMR) untuk mengikuti program iuran Tapera, serta rencana mengenakan cukai minuman berpemanis dalam kemasan.  

Terbitnya aneka kebijakan itu jelas menambah beban kelas menengah Indonesia pada tahun depan. Pertanyaannya, mengapa pemerintah semakin berhemat dan gencar memacu penerimaan negara?

Jawabannya, tak lain, pemerintah butuh anggaran yang besar, seiring adanya program populis yang  diinisiasi Presiden Prabowo Subianto. Beberapa yang santer diberitakan adalah program makan bergizi gratis da program pembangunan 3 juta rumah.

Baca Juga: Fintech Semakin Kepincut Channeling Bank

Publik memahami, program pemerintah yang memakan biaya besar dibutuhkan untuk menstimulasi perekonomian. Akan tetapi, berbagai rencana menggenjot pendapatan negara itu bisa semakin menekan daya beli masyarakat. Ketika daya beli terpukul, penjualan dunia usaha juga bisa terpengaruh dan menyeret pertumbuhan ekonomi.

Jika demikian adanya, rasanya mustahil target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada 2025 yang dicanangkan Presiden Prabowo bisa terwujud.

Selanjutnya: Banyak Tekanan, Komoditas Energi Sulit Bangkit di Tahun 2025

Bagikan

Berita Terbaru

Alarm Waspada di Pasar Keuangan Menyala Lagi
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:48 WIB

Alarm Waspada di Pasar Keuangan Menyala Lagi

Pelaku pasar keuangan masih akan berhati-hati terhadap pelemahan kurs rupiah yang sudah ke Rp 16.000

Butuh Investasi Tinggi untuk Capai Pertumbuhan 8%, Target Pemerintah Tak Realistis
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:45 WIB

Butuh Investasi Tinggi untuk Capai Pertumbuhan 8%, Target Pemerintah Tak Realistis

Presiden Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% year on year (YoY) hingga 2028-2029.

Pemerintah Menargetkan 61 Bendungan di 2026
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:15 WIB

Pemerintah Menargetkan 61 Bendungan di 2026

Saat ini pemerintah sudah merampungkan pembangunan sebanyak 47 bendungan serta rehabilitasi proyek irigasi.

Penjualan Tiket Nataru Tembus 1,12 Juta Tiket
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:10 WIB

Penjualan Tiket Nataru Tembus 1,12 Juta Tiket

Adapun total kapasitas tiket atau tempat duduk yang disediakan KAI selama nataru mencapai 3,57 juta tempat duduk.

Prabowo akan Memberi Amnesti ke Narapidana
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:05 WIB

Prabowo akan Memberi Amnesti ke Narapidana

Alasan pemerintah akan memberi amnesti ke narapidana adalah karena kemanusiaan dan mengurangi kapasitas lapas.

Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK) Incar Pendapatan Rp 1,2 Triliun di Tahun 2025
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:05 WIB

Nusa Konstruksi Enjiniring (DGIK) Incar Pendapatan Rp 1,2 Triliun di Tahun 2025

Adapun, di tahun depan DGIK menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 1,6 triliun hingga Rp 1,9 triliun

Fore Coffee Ekspansif Menambah Gerai Baru di TTahun Depan
| Senin, 16 Desember 2024 | 07:00 WIB

Fore Coffee Ekspansif Menambah Gerai Baru di TTahun Depan

Fore Coffee berencana setidaknya menambah 60 gerai kopi baru di ahun depan serta menambah gerai di Singapura.

Awal Pekan Terakhir Sebelum Libur Akhir Tahun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Senin, 16 Desember 2024 | 06:27 WIB

Awal Pekan Terakhir Sebelum Libur Akhir Tahun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Investor asing berbalik posisi. Dari sebelumnya beli bersih (net buy) Rp 1,07 triliun menjadi jual bersih (net sell) Rp 2,7 triliun di pekan lalu.

Jasa Marga (JSMR) Garap Lima Proyek Jalan Tol di 2025
| Senin, 16 Desember 2024 | 06:15 WIB

Jasa Marga (JSMR) Garap Lima Proyek Jalan Tol di 2025

Kendati demikian, JSMR tetap membuka peluang untuk ikut serta menggarap ruas-ruas tol yang potensial.

Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Merawat Target Kinerja Dobel Digit
| Senin, 16 Desember 2024 | 05:50 WIB

Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) Merawat Target Kinerja Dobel Digit

MIKA terus melakukan ekspansi kapasitas rumah sakit dan penambahan pelayanan kepada pasien, termsuk pssien JKN.

INDEKS BERITA

Terpopuler