Belanja Modal Korporasi Mulai Tumbuh, Proyeksi PDB Jepang Akan Lebih Tinggi

Rabu, 01 September 2021 | 12:02 WIB
Belanja Modal Korporasi Mulai Tumbuh, Proyeksi PDB Jepang Akan Lebih Tinggi
[ILUSTRASI. Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menghadiri konferensi pers tentang tanggapan Jepang terhadap penyakit?Covid-19 di Tokyo, Jepang,?08 Agustus 2021.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Belanja modal korporasi Jepang untuk periode April-Juni mengalami peningkatan. Kenaikan yang pertama kali terjadi sejak pandemi melanda dunia ini merupakan sinyal sektor korporat kembali bangkit. Kendati, gelombang baru infeksi virus corona menekan kembali bisnis di sektor jasa.

Angka tersebut, menurut analis, akan menyebabkan revisi kenaikan proyeksi Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Jepang untuk kuartal kedua. Menurut estimasi awal, PDB Jepang akan tumbuh 1,3% karena konsumsi swasta dan kegiatan bisnis yang mulai pulih dari dampak pandemi.

Data belanja modal itu memberikan catatan positif bagi Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang menghadapi persaingan kursi kepemimpinan di partai yang berkuasa bulan ini. Suga juga menghadapi pemilihan umum yang harus diadakan pada akhir November.

Baca Juga: Pertumbuhan aktivitas pabrik Korea Selatan melambat di Agustus 2021, ini penyebabnya

Namun, rebound di ekonomi terbesar ketiga di dunia itu jauh lebih lemah daripada yang dialami ekonomi maju lainnya. Karena itu, Suga kemungkinan akan tetap berada di bawah tekanan untuk menyebarkan stimulus fiskal yang lebih besar untuk mengimbangi pengeluaran sektor swasta yang terbatas. Suga akan memerintahkan partainya yang berkuasa untuk mendukung paket ekonomi baru minggu ini, media lokal melaporkan.

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Jepang menunjukkan belanja modal naik 5,3% pada kuartal kedua dari periode yang sama tahun lalu, yang turun 11,3% akibat pandemi virus corona.

Itu adalah peningkatan pertama dalam lima kuartal terakhir. Di kuartal terdahulu, belanja modal mengalami kontraksi 7,8% dalam basis year-on-year (yoy).

Data Kemenkeu, yang akan digunakan untuk menghitung revisi data produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis Rabu depan, menunjukkan pengeluaran bisnis produsen naik 4,0% yoy. Sedangkan perusahaan sektor jasa tumbuh 5,9% yoy.

“Data menunjukkan pertumbuhan solid di seluruh sektor, baik di sektor manufaktur dan non-manufaktur,” tutur Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.

“Pemulihan investasi perusahaan akhirnya dimulai,” ujar Taro Saito, peneliti eksekutif di NLI Research Institute menambahkan.

Baca Juga: Industri manufaktur di Asia kembali tertekan

Pada basis yang disesuaikan secara musiman, belanja modal naik 3,2% pada April-Juni dari kuartal sebelumnya, menurut data Kementerian Keuangan.

Keuntungan berulang perusahaan melonjak 93,9% pada periode April-Juni dari tahun sebelumnya, sementara penjualan naik 10,4%.

Untuk keseluruhan tahun fiskal terakhir yang berakhir pada bulan Maret, perusahaan Jepang menaikkan jumlah kas yang dicadangkan sebesar 2% menjadi 484 triliun yen (Rp 58.096 triliun). Nilai rekor tertinggi itu menggarisbawahi kecenderungan perusahaan Jepang untuk menimbun uang tunai, sementara laba berulang turun 12% karena pandemi, demikian ditunjukan data Kemenkeu.

Angka yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan penyebaran cepat varian Delta di Asia mengganggu rantai pasokan dan produksi sektor utama Jepang seperti produsen mobil.

Selanjutnya: Mulai Atur Bisnis Properti, China Batasi Pertumbuhan Tarif Sewa Rumah di Perkotaan

 

Bagikan

Berita Terbaru

Bertemu Dubes AS, Menkeu Bahas Tarif dan APBN
| Sabtu, 19 April 2025 | 08:25 WIB

Bertemu Dubes AS, Menkeu Bahas Tarif dan APBN

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati mengadakan pertemuan kehormatan dengan Duta Besar AS untuk Indonesia H.E. Kamala Shirin Lakhdhir

Profit 34,87% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (19 April 2025)
| Sabtu, 19 April 2025 | 08:22 WIB

Profit 34,87% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (19 April 2025)

Harga emas Antam hari ini (18 April 2025) 1 gram Rp 1.965.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 34,87% jika menjual hari ini.

Satgas Deregulasi Permudah Ekspor Impor
| Sabtu, 19 April 2025 | 08:11 WIB

Satgas Deregulasi Permudah Ekspor Impor

Pemerintah mengumumkan untuk membentuk Satgas Deregulasi untuk menyederhanakan beragam regulasi yang dinilai menyulitkan investasi di Tanah Air

Perlu Mitigasi Mengelola Utang Luar Negeri
| Sabtu, 19 April 2025 | 08:06 WIB

Perlu Mitigasi Mengelola Utang Luar Negeri

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri RI pada akhir Februari mencapai US$ 427,16 miliar

Buyung Poetra Sembada (HOKI) Ingin Terlibat Program Pangan dari Pemerintah
| Sabtu, 19 April 2025 | 06:30 WIB

Buyung Poetra Sembada (HOKI) Ingin Terlibat Program Pangan dari Pemerintah

HOKI melihat program swasembada pangan dan MBG akan membawa dampak positif bagi kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Jangan Latah Beli Emas
| Sabtu, 19 April 2025 | 06:15 WIB

Jangan Latah Beli Emas

Lebih bijak jika membeli emas untuk tujuan menabung antisipasi gejolak global yang kian tidak menentu. 

Kebijakan Ekonomi di Era BANI
| Sabtu, 19 April 2025 | 06:05 WIB

Kebijakan Ekonomi di Era BANI

Pemerintah tidak perlu malu hentikan program makan bergizi gratis (MBG) demi program ekonomi padat karya.

Bisnis Emiten Baru Medela Potentia Sebagai Distributor Kebutuhan Kesehatan
| Sabtu, 19 April 2025 | 06:00 WIB

Bisnis Emiten Baru Medela Potentia Sebagai Distributor Kebutuhan Kesehatan

Mengintip profil dan strategi bisnis PT Medela Potentia Tbk (MDLA) sebagai pendatang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Sampoerna Agro (SGRO) Mematok Produksi TBS Naik 5% Tahun Ini
| Sabtu, 19 April 2025 | 05:20 WIB

Sampoerna Agro (SGRO) Mematok Produksi TBS Naik 5% Tahun Ini

Memperkirakan, produksi TBS awal tahun 2025 akan lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

Inilah Pilihan Safe Haven yang Tersisa Saat Ini
| Sabtu, 19 April 2025 | 05:00 WIB

Inilah Pilihan Safe Haven yang Tersisa Saat Ini

Harga komoditas emas tak terbendung di saat pamor US Treasury dan dolar AS meredup akibat kebijakan tarif Donald Trump

INDEKS BERITA

Terpopuler