Belum Direalisasikan, Kerugian Saratoga (SRTG) Bisa Berbalik Menjadi Keuntungan

Rabu, 27 Maret 2019 | 16:33 WIB
Belum Direalisasikan, Kerugian Saratoga (SRTG) Bisa Berbalik Menjadi Keuntungan
[]
Reporter: Herry Prasetyo | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2018 lalu kurang menguntungkan bagi kinerja PT Saratoga Investama Sedaya Tbk.

Maklum, sebagai perusahaan investasi, kinerja keuangan Saratoga dipengaruhi oleh pergerakan harga saham perusahaan publik yang menjadi investasinya.

Sepanjang 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memang hanya turun 2,5%. Namun, harga beberapa saham yang menjadi investasi Saratoga anjlok cukup dalam.

Harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), misalnya, sepanjang 2018 lalu turun hingga 34,7%. Pada akhir 2017, harga saham ADRO masih Rp 1.860 per saham. Di akhir 2018, harga ADRO sudah turun menjadi Rp 1.215 per saham.

Harga saham Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sepanjang tahun lalu jatuh lebih dalam, yakni sebesar 44%. Di akhir 2017, harga saham TBIG masih Rp 6.425 per saham sementara di akhir 2018 turun menjadi Rp 3.600 per saham.

Meski begitu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) lalu terbilang moncer. Sepanjang tahun lalu, harga saham MDKA melonjak 70,6%, dari Rp 2.052 per saham di akhir 2017 menjadi Rp 3.500 per saham di akhir 2018.

Meski begitu, penurunan harga saham ADRO dan TBIG, keduanya anggota indeks Kompas100, memukul kinerja Saratoga. Alhasil, Saratoga harus membukukan rugi bersih hingga Rp 6,2 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya menjelaskan, rugi bersih sebesar Rp 6,2 triliun merupakan kerugian yang belum direalisasi.

Volatilitas pasar sepanjang 2018 dan pemberlakuan akuntansi baru yang diimplementasikan pada tahun 2017, kata Michael, menyebabkan Saratoga mencatatkan rugi bersih.

Meski begitu, Michael menegaskan, kondisi tersebut normal terjadi di pasar untuk melalui berbagai tahap volatilitas.

Pergerakan harga saham ADRO dan TBIG, menurut Michael, menjadi pendorong utama kerugian Saratoga sepanjang tahun lalu.

Nilai pasar investasi Saratoga di  Tower Bersama pada 2018 lalu  turun Rp 4,12 triliun, dari Rp 9,5 triliun di akhir 2017 menjadi Rp 5,3 triliun di akhir 2018.

Sementara investasi Saratoga di Adaro mencatatkan penurunan nilai pasar sebesar Rp 3,1 triliun menjadi Rp 1,45 triliun . Di akhir 2017, nilai pasar investasi Saratoga di Adaro masih sebesar Rp 2,19 triliun.

Sementara nilai pasar investasi Saratoga di Merdeka Copper Gold naik sebesar Rp 3,1 triliun menjadi Rp 3,03 triliun.

Sayang, kenaikan nilai pasar Merdeka Copper Gold tidak mampu mengimbangi penurunan nilai pasar investasi Saratoga lainnya, khususnya di Adaro dan di Tower Bersama.

Di Tower Bersama, Saratoga menguasai kepemilikan saham sebesar 32,7% melalui entitas anak PT Wahana Anugerah Sejahtera dan Delta Investment Horizon International Ltd.

Di Adaro Energy, kepemilikan Saratoga sebesar 15,24% baik secara langsung maupun melalui entitas asosiasi PT Adaro Strategic Capital dan PT Adaro Strategic Lestari.

Sementara di Merdeka Copper Gold, Saratoga menguasai kepemilikan saham sebesar 20,76% baik secara langung dan tidak langsung melalui entitas anak PT Trimitra Karya Jaya.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan menilai, kerugian yang dialami oleh perusahaan investasi seperti Saratoga merupakan hal biasa.

Toh, kerugian itu hanya tercatat di buku dan belum direalisasikan. Kerugian itu dapat beralih menjadi keuntungan jika nilai pasar investasi Saratoga mengalami kenaikan.

Alfred menjelaskan, perusahaan investasi memang berbeda dengan perusahaan non-investasi. Selama investasi belum dilepas, kerugian perusahaan investasi masih akan menjadi kerugian yang belum direalisasikan.

Kerugian tersebut bisa berubah menjadi keuntungan di kemudian hari saat nilai pasar investasinya meningkat. Begitu juga sebaliknya.

Nah, jika diperhatikan, harga saham Adaro dan Tower Bersama yang pada tahun lalu  menjadi sumber kerugian Saratoga saat ini sudah mulai mengalami kenaikan.

Itu artinya, Alfred bilang, kondisi kerugian Saratoga saat ini sudah membaik seiring kenaikan harga saham Adaro dan Tower Bersama.

Hari  ini, harga saham TBIG ditutup di posisi Rp 4.000 per saham. Jika dihitung sejak awal tahun, harga saham TBIG sudah naik 11,11%.

Sementara harga saham ADRO hari ini ditutup di posisi Rp 1.345 per saham. Sejak awal tahun, harga saham Adaro naik 10,7%.

Dengan melihat pergerakan naik saham Adaro dan Tower Bersama, Alred melihat, prospek Saratoga pada tahun 2019 masih cerah.

Kenaikan harga saham Adaro dan Tower Bersama secara otomatis akan mengerek kinerja Saratoga pada tahun ini. Apalagi, pada 2018 lalu, Saratoga meraih pendapatan sebesar Rp 1,1 triliun dari dividen dan divestasi.

Michael menyebutkan, sebagai investor jangka panjang, Saratoga tetap percaya diri pada prospek perusahaan investasi dan percaya bahwa harga saham pada akhirnya akan mampu menyamai fundamental perusahaan.

Chief Financial Officer Saratoga Lany Wong menambahkan, Saratoga terus mendorong perusahana investasi untuk  mengembangkan bisnis mereka melalui akuisisi maupun divestasi yang dilakukan pada sekotr sumber daya alam dan barang konsumen.

Di sektor sumber daya alam, Adaro bersama EMR Capital Ltd pada Agustus 2018 lalu telah menyelesaikan akuisisi terhadap kepemilikan Rio Tinto atas Kestrel Coal Mine.

Sementara itu, Merdeka Copper melakukan akuisisi strategis atas dua aset pertambangan, yakni mengakuisisi saham mayoritas pada Finders Resources Limited yang memiliki tambang tembaga yang beroperasi di Pulau Wetar di Nusa Tenggara Barat dan proyek emas Pani di Gorontalo, Sulawesi Utara.

Di sektor barang konsumen, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) telah menyelesaikan divestasi strategis 100% sahamnya di bisnis pelumas perusahaan, PT Federal Karyatama (FKT), dengan nilai transaksi keseluruhan US$ 436 juta. Di Mitra Pinasthika, Saratoga menguasai kepemilikan saham sebesar 48,62%.

Bagikan

Berita Terbaru

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar
| Senin, 23 Desember 2024 | 19:48 WIB

Xerox Holdings Bakal Akuisisi Lexmark Senilai US$ 1,5 Miliar

Lexmark perusahaan yang berbasis di Lexington, Kentucky dibentuk sebagai bentuk spin off dari IBM pada bulan Maret 1991.

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya
| Senin, 23 Desember 2024 | 15:51 WIB

Valuasi IPO CBDK Dinilai Menarik, Begini Analisisnya

CBDK meminta harga IPO 19x-26x P/E sepanjang tahun 2025, lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis di sektornya yang hanya 6x-9x P/E.

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir
| Senin, 23 Desember 2024 | 14:21 WIB

Mediasi Diperpanjang, Gugatan 40 Nasabah Mirae Senilai Rp 8,17 Triliun Masih Bergulir

Mirae Asset minta waktu hingga 16 Januari 2025 untuk memberikan tanggapan karena proposal penggugat harus dirapatkan melibatkan seluruh direksi.

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang
| Senin, 23 Desember 2024 | 13:58 WIB

Pilihan Saham Big Caps Menarik Untuk Investasi Jangka Panjang

Saham-saham dengan kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) besar tak melulu jadi pilihan tepat untuk investasi jangka panjang.

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga
| Senin, 23 Desember 2024 | 09:00 WIB

Harga Saham Provident (PALM) Menguat, Aksi Borong Dua Pemegang Picu Lonjakan Harga

PALM mencetak laba bersih Rp 464,63 miliar di Januari-September 2024, dibandingkan periode sebelumnya rugi bersih sebesar Rp 1,94 triliun.

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:52 WIB

Sektor Bisnis yang Mendorong Perekonomian Domestik

Sejumlah sektor usaha dinilai masih prospektif dan berpotensi sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia ke depan, setidaknya dalam jangka menengah

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:47 WIB

Modal Cekak Pemerintah Mengerek Pertumbuhan Ekonomi 2025

Tantangan pemerintah Indonesia untuk memacu perekonomian semakin berat pada tahun depan, termasuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:36 WIB

Insentif Pajak Mobil Hybrid Dorong Sektor Otomotif, Saham ASII Jadi Unggulan

Bila mendapatkan insentif pajak, maka PPnBM untuk kendaraan hybrid akan dibanderol sebesar 3% hingga 4%.

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:35 WIB

Rekomendasi Saham Emiten Barang Konsumsi yang Masih Dibayangi Tekanan Daya Beli

Miten yang bergerak di bisnis barang konsumsi dibayangi sentimen kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun
| Senin, 23 Desember 2024 | 08:25 WIB

Peluang Tipis IHSG Menguat di Pengujung Tahun

Sudah tidak banyak lagi ruang bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk menguat di sisa tahun ini. 

INDEKS BERITA

Terpopuler