Harga Batubara Terus Melemah, Indika Energy Mengalihkan Fokus ke Bisnis Non-Batubara

Sabtu, 11 Mei 2019 | 10:16 WIB
Harga Batubara Terus Melemah, Indika Energy Mengalihkan Fokus ke Bisnis Non-Batubara
[]
Reporter: Arfyana Citra Rahayu, Yoliawan H | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang makin dingin mendorong PT Indika Energy (INDY) melakukan diversifikasi usaha. Mulai tahun ini, lini bisnis non-batubara akan menjadi fokus baru INDY.

Managing Director dan CEO Indika Energy Azis Armand menjelaskan, Indika tidak akan melakukan investasi lagi di kepemilikan batubara. Sejak tahun lalu, perusahaan ini telah memiliki tambahan tiga anak usaha baru di luar non-batubara.

Indika antara lain masuk bisnis tambang emas. "Dua lainnya di teknologi informasi (TI) yang saat ini sudah diimplementasikan menjadi anak-anak perusahaan," papar Azis dalam CEO Talks KOMPAS100, Jumat (10/5).

Azis menyatakan, dua anak perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi adalah PT Xapiens Technology Indonesia dan PT Zebra Cross Technology. Xapiens, yang didirikan 2018, merupakan penyedia layanan informasi, komunikasi dan IT user support, enterprise IT dan IT business consulting. Sedangkan ZebraX akan mengeksplor teknologi 4.0 melalui otomasi dan analisis data.

Sedangkan di bisnis emas, tahun lalu, perusahaan yang sahamnya merupakan anggota indeks Kompas100 ini telah mengakuisisi 19,9% saham perusahaan tambang asal Australia, Nusantara Resources. Perusahaan ini menggarap tambang Awak Mas Gold, yang diklaim memiliki 1,1 juta ounce cadangan ore dan 2 juta sumber mineral di Sulawesi Selatan.

Maklum, sampai saat ini, harga batubara masih melandai. Harga acuan batubara di Newcastle untuk pengiriman Juni 2919 berada di level US$ 86,75 per ton. Harga tersebut sudah merosot 11% sejak akhir tahun lalu. Gejolak geopolitik seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China telah menghapus kenaikan harga batubara yang sebesar 10% di tahun 2018 lalu.

Dampak penurunan harga komoditas tambang terlihat di kinerja keuangan Indika kuartal I 2019. Labanya merosot 61% year on year menjadi US$ 40,5 juta di akhir Maret 2019.

Penyebabnya, harga jual rata-rata batubara INDY melorot 18% menjadi US$ 45,7 per ton. Dampaknya, pendapatan anak usaha yang bergerak di bidang batubara, seperti PT Kideco Jaya Agung, tercatat turun 22,3% menjadi US$ 409,9 juta.

Sebaliknya, anak usaha lain yang berbisnis non-batubara masih tumbuh. Pendapatan Petrosea yang bergerak di bidang migas tumbuh 28,7% menjadi US$ 115,2 juta. Begitu juga pendapatan Tripatra yang bergerak di bidang engineering, procurement & construction (EPC) naik 60,1% menjadi US$ 96,5 juta.

Azis berharap, kontribusi pendapatan bisnis non-energi bisa mencapai 25% di 2023 mendatang. Komitmen ini sudah diimpelementasikan tidak hanya pada bisnis TI dan emas. Sebelumnya, melalui PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE), INDY bekerja sama dengan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia menjalankan fasilitas penyimpanan bahan bakar di Kalimantan Timur.

Azis mengakui, melakukan diversifikasi ke bisnis lain, termasuk IT cukup menantang, karena punya ideologi yang jauh berbeda dengan bisnis energi batubara. Namun menurut dia, hal ini tetap harus dilakukan "Ini untuk mempersiapkan INDY menghadapi tantangan zaman dan teknologi," kata dia.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony sebelumnya mengatakan, emiten yang mengandalkan bisnis batubara bakal sulit mengangkat kinerja keuangan tahun ini. Di tengah harga batubara yang melandai, sektor saham ini belum menarik untuk dilirik. Investor bisa wait and see untuk jangka panjang.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI
| Selasa, 02 September 2025 | 08:36 WIB

Paling Diminati Asing Pekan Lalu, tapi Analis Pilih Wait and See AMMN, CUAN, & BBRI

Situasi Indonesia yang masih panas di sejumlah daerah membuat investor saham mesti lebih berhati-hati.

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan
| Selasa, 02 September 2025 | 08:10 WIB

Prospek Diadang Lemahnya Daya Beli Masyarakat, Saham ACES Berpotensi Masih Tertekan

Tantangan lain bagi ACES adalah kembalinya merek Ace Hardware di bawah naungan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound
| Selasa, 02 September 2025 | 07:52 WIB

Masih Jadi Sasaran Jual Asing, Saham Big Banks Berpotensi Naik Ketika IHSG Rebound

Posisi underowned investor asing di saham-saham perbankan besar membuat kemungkinan tekanan jual ke depannya cenderung lebih kecil 

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus
| Selasa, 02 September 2025 | 06:35 WIB

IHSG Sering Turun di September 10 Tahun Terakhir, 6 Saham LQ45 Ini Justru Lawan Arus

Probabilitas kenaikan harga enam saham LQ45 mencapai 60 persen ke atas pada bulan September dalam 10 tahun terakhir.

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
| Selasa, 02 September 2025 | 06:24 WIB

Di Awal Pekan Pasar Panik, Net Sell Rp 2,15 Triliun, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Kondisi politik yang memanas memicu asing melakukan aksi jual bersih alias net sell sebesar Rp 2,15 triliun.

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?
| Selasa, 02 September 2025 | 06:20 WIB

Kinerja Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Lesu di Semester I 2025, Apa Strategi Andalan?

TLKM catat penurunan pendapatan 3% di semester I 2025. Pelajari segmen yang terdampak dan strategi perusahaan untuk hadapi tantangan pasar.

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Rupiah Bangkit di Awal Pekan, Begini Proyeksinya di Selasa (2/9)

Setelah melemah, rupiah menunjukkan tanda-tanda penguatan terhadap dolar AS. Pelajari faktor pendukung dan prediksi pergerakan rupiah ke depan

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas
| Selasa, 02 September 2025 | 06:10 WIB

Genjot Kontribusi Anak Usaha, Charoen Pokphand (CPIN) Akuisisi Pembibitan Unggas

Melalui anak usahanya, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mengambil alih fasilitas pembibitan unggas milik PT Istana Satwa Borneo.

Wakil Rakyat
| Selasa, 02 September 2025 | 06:08 WIB

Wakil Rakyat

Para pejabat negara dan wakil rakyat, mulailah benar-benar bekerja untuk rakyat. Ke depan, rakyat juga sebaiknya lebih cermat memilih wakilnya.

Laba Emiten Grup Alamtri Tak Bergigi
| Selasa, 02 September 2025 | 06:05 WIB

Laba Emiten Grup Alamtri Tak Bergigi

Pelemahan harga batubara jadi pemicu utama loyonya kinerja keuangan tiga emiten Alamtri di semester I-2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler