Harga Mulai Merosot, Kontrak Berjangka Gula Membutuhkan Support Baru
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Impor gula China akan tetap rendah dan jauh di bawah angka di tahun lalu, kendati kontrak berjangka untuk gula mentah melemah baru-baru ini, demikian penilaian konsultan gula CovrigAnalytics, Selasa.
"Penurunan harga gula di pasar domestik China tidak mengejutkan karena produksi domestik meningkat dan secara musiman akan mencapai puncaknya pada akhir Januari," kata CovrigAnalytics.
"Selain itu, China telah mengimpor volume gula yang signifikan pada 2020-21 (hampir 6,7 juta ton - 83,5% mentah) dan jauh lebih tinggi dari defisit struktural tahunan yang ada sekitar 4,8-5 juta ton," demikian kutipan dari laporan CovrigAnalytics.
Baca Juga: Bank Sentral Jepang Tetap Optimistis Ekonomi Pulih, Pebisnis Mulai Skeptis
Kontrak berjangka untuk gula mentah di bursa ICE turun pada Senin (10/1) menjadi 17,6 sen per pon. Nilai terendah selama lebih dari lima bulan terakhir itu terbentuk di saat Brazil mengalami musim hujan dan panen yang tinggi di India dan Thailand. Sebagian dari penurunan harga pulih pada perdagangan Selasa (11/1).
CovrigAnalytics mengatakan bahwa selama musim produksi gula Oktober 2020 hingga September 2021, China mengimpor 2,2 juta ton lebih banyak dari yang dibutuhkan dan negara itu tidak terburu-buru untuk membeli.
China adalah salah satu dari tiga negara importir gula dunia terbesar. Dua lainnya adalah Indonesia dan Amerika Serikat.
Para konsultan mengatakan harga gula membutuhkan support untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Dukungan bisa datang dari pembelian baru dari penyulingan di negara lain karena harga terlihat mulai menarik. Atau, dari dari pembelian baru oleh pemain di bursa berjangka yang telah melikuidasi sebagian dari posisi beli mereka baru-baru ini.