Hasil Survei Global, Tiga dari Empat Orang Dukung Pelarangan Plastik Sekali Pakai

Selasa, 22 Februari 2022 | 09:05 WIB
Hasil Survei Global, Tiga dari Empat Orang Dukung Pelarangan Plastik Sekali Pakai
[ILUSTRASI. Pemulung mengumpulkan sampah plastik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (14/10/2021). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/aww.]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - LONDON. Tiga dari empat orang di seluruh dunia menginginkan pelarangan penggunaan plastik sekali pakai sesegera mungkin. Kesimpulan itu muncul dari hasil sebuah jajak pendapat yang dirilis pada Selasa, menjelang pertemuan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membahas perjanjian global untuk mengendalikan lonjakan polusi plastik.

Persentase orang yang mendukung pelarangan naik dari 71% sejak 2019. Sementara mereka yang mengatakan menyukai produk dengan kemasan plastik lebih sedikit naik menjadi 82% dari 75%, demikian hasil jajak pendapat IPSOS terhadap lebih dari 20.000 orang di 28 negara.

Aktivis mengatakan hasil tersebut mengirimkan pesan yang jelas kepada pertemuan pemerintah di Nairobi bulan ini untuk mengejar target kesepakatan yang lebih ambisius dalam upaya mengatasi limbah plastik. Pembahasan ini disebut-sebut akan menghasilkan pakta lingkungan yang paling penting sejak Perjanjian Paris tentang perubahan iklim pada tahun 2015.

 Baca Juga: Negara G20 Sepakat Awasi Ketat Kripto

"Orang-orang di seluruh dunia telah memperjelas pandangan mereka," kata Marco Lambertini, direktur jenderal WWF International. "Tanggung jawab dan peluang sekarang ada pada pemerintah untuk mengadopsi perjanjian plastik global, sehingga kita dapat menghilangkan polusi plastik."

Hampir 90% dari mereka yang disurvei mengatakan mereka mendukung perjanjian. Namun masih harus dilihat apakah pembahasan di Nairobi nanti akan fokus ke upaya pengumpulan dan daur ulang sampah atau mengambil tindakan yang lebih radikal seperti membatasi produksi dan penggunaan plastik sekali pakai.

Reuters pekan lalu mengungkapkan bahwa kelompok industri minyak dan kimia besar sedang menyusun strategi untuk membujuk peserta konferensi agar menolak kesepakatan apa pun yang akan membatasi produksi plastik. Plastik terbuat dari minyak dan gas, yang merupakan sumber utama pendapatan mereka.

Jika PBB tidak dapat mencapai kesepakatan untuk mengerem polusi plastik, akan ada kerusakan ekologi yang meluas selama beberapa dekade mendatang. Beberapa spesies laut akan berada di bawah risiko kepunahan, dan ekosistem sensitif seperti terumbu karang dan bakau akan hancur, demikian hasil dari sebuah penelitian yang dirilis WWF bulan ini.

Baca Juga: Indonesia Bersiap Bidik Pajak Digital dan Korporasi Multinasional

Proses pembahasan perjanjian kemungkinan akan memakan waktu, paling cepat, dua tahun. Tapi apa pun yang disepakati pada konferensi Nairobi dari 28 Februari hingga 2 Maret akan menentukan elemen kunci dari kesepakatan apa pun.

Dukungan terbesar untuk larangan plastik sekali pakai dalam jajak pendapat datang dari negara-negara seperti Kolombia, Meksiko dan India, negara-negara berkembang di ujung tajam krisis sampah.

Jajak pendapat IPSOS juga menunjukkan bahwa 85% responden secara global menginginkan produsen dan pengecer bertanggung jawab untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang kemasan plastik, naik dari 80% sebelumnya.

Bagikan

Berita Terbaru

Delapan Emiten Bakal Delisting dari Bursa, Nasib Investor Masih Penuh Tanda Tanya
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:10 WIB

Delapan Emiten Bakal Delisting dari Bursa, Nasib Investor Masih Penuh Tanda Tanya

Kondisi keuangan emiten yang di delisting dari BEI memprihatinkan, sehingga kemampuan melakukan buyback saham dipertanyakan.

Mal Milik Agung Sedayu Jalin Kemitraan dengan Xanh SM
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:10 WIB

Mal Milik Agung Sedayu Jalin Kemitraan dengan Xanh SM

Agung Sedayu Realestat indonesia (ASRI) memfasilitasi kehadiran taksi online asal Vietnam Xanh SM di tiga mal

Butuh Kolaborasi Dorong IKM Masuk ke Rantai Pasok Industri
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 07:00 WIB

Butuh Kolaborasi Dorong IKM Masuk ke Rantai Pasok Industri

Kolaborasi antar pemangku kepentingan amat penting bagi pembinaan industri kecil dan menengah (IKM) di tanah air. 

Bos VERN Lebih Suka Investasi di Sektor Riil
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 06:30 WIB

Bos VERN Lebih Suka Investasi di Sektor Riil

Bos VERN Pie Titin Suryani selalu berhati-hati dan hanya membenamkan investasi pada aset dan bisnis yang ia pahami.

Investor Jepang Bergabung, Hero Global Investment (HGII) Siap Memacu EBT
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 06:00 WIB

Investor Jepang Bergabung, Hero Global Investment (HGII) Siap Memacu EBT

HGII menjalin kemitraan strategis dengan Shikoku Electric Power Company, Inc. (Yonden), perusahaan terbuka di Tokyo

Reksadana Minim Risiko Bisa Jadi Pilihan di 2025
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 06:00 WIB

Reksadana Minim Risiko Bisa Jadi Pilihan di 2025

Suku bunga yang stabil membuat kinerja reksadana pasar uang lebih prospektif. Pasalnya produk ini  akan memberikan imbal hasil yang kompetitif.

Rupiah Loyo, Klaim Kesehatan Terancam Kian Tambun
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 05:50 WIB

Rupiah Loyo, Klaim Kesehatan Terancam Kian Tambun

Di tengah tren tingginya klaim rasio yang ditanggung pelaku industri, tren pelemahan rupiah bisa membuat angka klaim semakin gemuk. 

Reasuransi Terus Perkuat Kapasitas
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 05:05 WIB

Reasuransi Terus Perkuat Kapasitas

Di tengah pasar asuransi nasional yang masih tumbuh, risiko yang harus ditanggung perusahaan reasuransi juga ikut meningkat. 

Bumi Serpong Damai (BSDE) Memacu Bisnis Pusat Perbelanjaan
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 05:05 WIB

Bumi Serpong Damai (BSDE) Memacu Bisnis Pusat Perbelanjaan

Mal yang  akan dibuka BSDE tahun depan  adalah Living World Grand Wisata yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.

Kemenperin Nilai Apple Belum Serius Investasi di Indonesia
| Sabtu, 21 Desember 2024 | 05:05 WIB

Kemenperin Nilai Apple Belum Serius Investasi di Indonesia

Izin edar Iphone 16 belum diberikan lantaran pihak Apple belum menunjukkan keseriusannya  dalam merealisasikan rencana investasinya di Indonesia.

INDEKS BERITA

Terpopuler