Inalum Menjajaki Pengembangan Baterai Mobil Listrik

Sabtu, 18 Mei 2019 | 09:16 WIB
Inalum Menjajaki Pengembangan Baterai Mobil Listrik
[]
Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yuwono Triatmodjo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Induk Holding BUMN Pertambangan, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), terus mendorong nilai tambah produk tambang melalui program hilirisasi. Inalum ingin mengembangkan baterai litium untuk penggunaan kendaraan listrik.

Inalum kemarin mengadakan lawatan ke beberapa perusahaan di Tiongkok. Salah satu agendanya adalah bertemu dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Ltd, produsen terbesar di dunia untuk material baterai yang digunakan kendaraan listrik.

Direktur Utama PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penjajakan kerjasama karena Huayou merupakan perusahaan yang telah berpengalaman di industri pertambangan, khususnya dalam memproduksi mineral cobalt, nikel dan litium terintegrasi.

"Inalum terus secara agresif mencari mitra strategis yang bisa memberikan akses di bidang teknologi dan memiliki pengalaman yang mumpuni," kata dia, kemarin.

Bahkan, Inalum dan anak usahanya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), juga berencana membangun pabrik berteknologi high pressure acid leaching (HPAL) dan rotary kiln-electric furnace ( RKEF) melalui kerja sama dengan Huayou. Kedua pabrik tersebut diharapkan bisa mendorong program hilirisasi nikel menjadi bahan baku baterai litium.

Sejak pertengahan tahun lalu, Huayou berencana membangun smelter nikel di Indonesia untuk memenuhi permintaan komoditas tersebut di industri baterai. Korporasi tersebut akan menggelontorkan investasi sebesar US$ 1,83 miliar di Indonesia. Saat ini perusahaan tersebut sedang mencari rekan lokal.

Semoga penjajakan ini dapat menghasilkan suatu kerjasama yang konkret dengan Inalum untuk memajukan industri hilirisasi tambang di Indonesia, kata Budi.

Sementara itu Direktur Operasi dan Produksi ANTM, Hartono mengatakan, untuk mengembangkan baterai listrik itu, pihaknya memang terus melakukan penjajakan. Maklumlah, saat ini Aneka Tambang menyimpan potensi komoditas nikel yang sangat besar, tetapi belum termanfaatkan dengan baik.

Padahal di dalam nikel berkadar rendah di bawah 1,8% itu terkandung cobalt, yang merupakan komponen penting dalam proses pembuatan baterai.

"Ini merupakan peluang bagi ANTM. Orang bilang metal the future. Jadi, kami akan mencari partner yang memiliki teknologinya. Ada beberapa yang sedang dijajaki," kata Hartono kepada KONTAN.

Dalam pernyataan tertulisnya, Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan penjajakan kerjasama harus dilakukan agar Inalum bisa memiliki mitra strategis dalam bidang teknologi dan pengembangan yang dibutuhkan untuk hilirisasi. Alhasil, industri pengolahan tambang domestik bisa berkembang.

Bagikan

Berita Terbaru

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 09:13 WIB

Meski Tengah Downtrend, TLKM Dinilai Punya Fondasi Kinerja Lebih Sehat di 2026

Saham TLKM tertekan jelang tutup tahun, namun analis melihat harapan dari FMC dan disiplin biaya untuk kinerja positif di 2026.

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:43 WIB

Kepala BMKG: Perubahan Iklim Sudah Berada di Tingkat Kritis

Simak wawancara KONTAN dengan Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani soal siklon tropis yang kerap terjadi di Indonesia dan perubahan iklim.

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:19 WIB

Emiten Berburu Dana Lewat Rights Issue

Menjelang tutup tahun 2025, sejumlah emiten gencar mencari pendanaan lewat rights issue. Pada 2026, aksi rights issue diperkirakan semakin ramai.

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:11 WIB

Strategi Rotasi Saham Blue Chip Saat Transaksi Mulai Sepi

Menjelang libur akhir tahun 2025, transaksi perdagangan saham di BEI diproyeksi cenderung sepi. Volatilitas IHSG pun diperkirakan akan rendah. 

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic
| Senin, 22 Desember 2025 | 08:05 WIB

Saham MORA Meroket Ribuan Persen, Ini Risiko & Peluang Pasca Merger dengan MyRepublic

Bagi yang tidak setuju merger, MORA menyediakan mekanisme pembelian kembali (buyback) dengan harga Rp 432 per saham.

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:58 WIB

Tekanan Restitusi Pajak Bisa Berlanjut di 2026

Restitusi pajak yang tinggi, menekan penerimaan negara pada awal tahun mendatang.                          

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:53 WIB

Omzet UKM Tertekan, Daya Beli Jadi Beban

Mandiri Business Survey 2025 ungkap mayoritas UKM alami omzet stagnan atau memburuk. Tantangan persaingan dan daya beli jadi penyebab. 

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:43 WIB

APBD Tersendat, Dana Daerah Mengendap

Pola serapan belanja daerah yang tertahan mencerminkan lemahnya tatakelola fiskal daerah.                          

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:41 WIB

Saham UNTR Diprediksi bisa Capai Rp 32.000 tapi Disertai Lampu Kuning Akibat Batubara

Target penjualan alat berat PT United Tractors Tbk (UNTR) untuk tahun fiskal 2026 dipatok di angka 4.300 unit.

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan
| Senin, 22 Desember 2025 | 07:32 WIB

Angkutan Barang Terganggu Pembatasan

kendaraan dengan trailer atau gandengan, serta angkutan yang membawa hasil galian, tambang, dan bahan bangunan.

INDEKS BERITA