KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) merevisi proyeksi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) di sepanjang tahun ini menjadi Rp 1,1 triliun dari sebelumnya Rp 1,4 triliun. Manajemen memutuskan untuk merevisi dana capex demi menyesuaikan kondisi perekonomian saat ini.
Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Antonius Marcos menjelaskan, selama semester I 2020 ada beberapa faktor yang menghambat bisnis mereka, yakni bencana banjir yang melanda kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) beberapa kali, serta adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengantisipasi pandemi corona (Covid-19).
Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) mulai lirik pasar di kawasan Asia
Manajemen Indocement melihat banyaknya rintangan bisnis di semester pertama menyebabkan mereka lebih objektif dalam menentukan alokasi dana belanja modal. Antonius mengungkapkan, INTP telah merevisi anggaran dana capex dari target sebelumnya senilai Rp 1,4 triliun menjadi Rp 1,1 triliun.
"Capex akan dialokasikan untuk beberapa keperluan yakni penyelesaian proyek fasilitas refused derived fuel atau pengolahan sampah menjadi bahan bakar di pabrik Citeureup, Jawa Barat," jelas dia kepada KONTAN, Jumat (26/6).
INTP juga akan menggunakan dana belanja modal untuk menyelesaikan proyek tambang batu di Pamoyanan Bogor dan instalasi bag filter di beberapa pabrik Indocement.
Baca Juga: Banjir dan corona bikin Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) pangkas capex Rp 1,1 T
Selain itu, INTP akan mengalokasikan dana capex untuk instalasi pembangkit milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan revitalisasi turbin di Plant Tarjun, Kalimantan Selatan.
Pada semester II 2020, manajemen INTP mengharapkan prospek bisnis semen membaik. "Kami cukup optimistis akan lebih dinamis sehubungan pelonggaran PSBB. Tentunya hal tersebut akan membuat semua usaha kembali menggeliat, termasuk sektor konstruksi," kata Antonius.
Indocement mengklaim pihaknya selalu dalam posisi yang siap untuk memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan catatan KONTAN, manajemen INTO memutuskan untuk merevisi target volume penjualan di sepanjang tahun ini. Alasannya, mereka menimbang dampak pandemi Covid-19.
Awalnya, INTP mematok pertumbuhan volume penjualan sebesar 3%-4% di sepanjang tahun ini. Namun, emiten produsen semen ini merevisi target volume penjualan menjadi sekitar 1% di sepanjang 2020.
Pasar ekspor
Meski kondisi ekonomi global masih tersengat pandemi corona, Indocement tetap menyiapkan rencana ekspansi bisnis. INTP melirik pasar ekspor khususnya di regional Asia untuk memperluas sayap distribusinya.
Antonius bilang, manajemen Indocement tengah melihat pangsa pasar ekspor yang potensial, khususnya kawasan regional Asia.
Namun manajemen INTP belum mau blak-blakan mengenai negara tujuan ekspor Indocement. "Pertimbangannya ke regional Asia saja karena semen adalah produk bulky material yang volumenya berat, sehingga semakin jauh menjadi semakin tidak kompetitif," jelas Antonius.
Baca Juga: Ini 10 saham paling banyak dilepas asing pada perdagangan kemarin Jumat (26/6)
Kendati sudah melirik pasar luar negeri, Indocement Tunggal Prakarsa menyebutkan, saat ini pihaknya masih tetap fokus menggarap segmen lokal, khususnya pangsa pasar utama Indocement, yaitu Jabodetabek.
Agar pasar utama INTP tetap kuat, Antonius menyatakan, manajemen Indocement telah menyiapkan sejumlah strategi untuk bersaing, yakni tetap mempertahankan mutu semen dan memberikan pelayanan yang lebih baik.
"Semen terkait erat dengan kualitas. Bagi kami, konsistensi dari kualitas produk kami adalah yang terutama. Hal ini menjadi salah satu keunggulan kompetitif kami di bandingkan kompetitor kami," klaim Antonius.
Adapun untuk kinerja tahun lalu, Indocement mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4,9% secara tahunan menjadi Rp 15,94 triliun per 31 Desember 2019. Adapun laba bersihnya menanjak 60,2 year-on-year menjadi Rp 1,83 triliun akhir tahun lalu.