Komisaris Independen WGSH, Lucky Bayu: Belajar Dulu Sebelum Mulai Investasi

Sabtu, 29 Oktober 2022 | 04:15 WIB
Komisaris Independen WGSH, Lucky Bayu: Belajar Dulu Sebelum Mulai Investasi
[]
Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia investasi bukanlah hal baru bagi Lucky Bayu Purnomo. Pria yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH) memulai investasi sejak duduk di bangku kuliah, tepatnya pada 2002. 

Lucky mengaku lebih memilih investasi daripada menabung. "Kalau tabungan bisa saya ambil kapan saja. Saya mencari sesuatu yang membuat harus berpikir kalau mau mengambil uang," kata dia, Kamis (28/10).

Instrumen investasi pertama yang dipilih Lucky adalah saham. Lucky bukan membeli saham dari dalam negeri, tetapi saham perusahaan luar negeri. Saham yang ia pilih adalah saham Google, yang kini bersalin nama menjadi Alphabet.

Baca Juga: CEO Pinnacle, Guntur Putra: Beralih Menjadi Investor Moderat

Hingga saat ini pun saham masih menjadi aset investasi pilihan Lucky terbesar. Dia menyebut, porsi saham dalam kue portofolio investasi miliknya sekitar 60%. Tidak sembarangan membeli saham, dia mengaku memiliki kriteria sendiri. 

Salah satunya, saham tersebut harus jenis saham blue chip dengan kinerja baik dan likuiditasnya tinggi. Sebab, ada beberapa saham blue chip dengan kapitalisasi besar, namun harganya cenderung stagnan. "Saya selalu melakukan transaksi di saham blue chip dengan volatilitas tinggi," terang pria kelahiran 1982 ini.

Selain saham blue chip, Lucky juga menempatkan investasinya pada saham lapis kedua (second liner). Lucky memilih saham yang masih memiliki nilai intrinsik dengan menghitung nilai aset serta laba disertai potensi harga saham. Tentu dilihat juga pertumbuhan bisnis dari saham perusahaan tersebut di masa akan datang.

Tak hanya itu, Lucky juga memiliki instrumen investasi dengan volatilitas tinggi seperti mata uang dan komoditas. Lucky menempatkan 40% investasinya di aset ini. Komoditas yang dipilih Lucky adalah emas dan minyak dunia. 

Lucky juga konsisten menyisihkan penghasilannya untuk berinvestasi. Biasanya, dia menargetkan 55% dari penghasilannya selama setahun untuk investasi. "Kalau ada lebihnya saya anggap sebagai bonus," kata pria yang juga berprofesi sebagai ekonom dan praktisi pasar modal ini.

Baca Juga: Direktur PT Transkon Jaya Tbk Kayin Fauzi : Pilih Instrumen yang Bisa Dipegang

Meski instrumen investasi semakin banyak dan semakin beragam, Lucky mengaku belum cukup tertarik berinvestasi di instrumen lain. Sebab memilih instrumen investasi menurut dia membutuhkan waktu untuk mempelajari dan mempertimbangkan aspek, seperti gain dan risiko. "Lebih baik kehilangan waktu untuk belajar, daripada kehilangan uang," tutur dia.

Lucky juga menilai, belajar dan analisis harus dilakukan sebelum terjun ke pasar modal. Investor juga harus menentukan rencana transaksi berdasarkan jangka waktu dan tujuan investasi. 

Investor juga perlu belajar untuk tidak bersifat serakah alias greedy. "Jangan sampai ingin menjadi investor saham dengan waktu jangka panjang, lalu ingin cepat menjual saham dalam jangka pendek. Sebaiknya, jika tujuan investasi jangka panjang harus disesuaikan dengan pencapaian kinerja portofolio," jelas dia.

Pria yang meraih gelar Doktor Ilmu Ekonomi & Keuangan dari Universitas Trisakti ini juga menyarankan agar tidak serakah. Alasannya, sifat ini akan menimbulkan sikap gegabah. Seperti menginginkan return instan, rasa ingin cepat kaya dan ingin cepat untung. 

Sikap inilah yang pada akhirnya berujung pada tindakan yang sembrono dalam mengambil keputusan, misal terlalu cepat membeli saham atau terlalu cepat cut loss. Kemudian setelah cut loss, saham tersebut naik dan tidak bisa beli lagi.

Lucky menganalogikan, berinvestasi harus bersikap layaknya air tenang. Air selalu mencari tempat yang lebih rendah dan tenang. Selama rendah emosi, investor akan mendapatkan hasil yang optimal. 

Kurang lebih 20 tahun berkecimpung di pasar modal, suka dan duka sudah dilalui oleh Lucky. Dia pernah menghasilkan cuan hingga 4.800%. Namun, ada kalanya gagal. Pendiri LBP Enterprises ini mengaku, belajar di setiap kesalahan akan mengantarkan seseorang kepada suatu kebenaran.

Baca Juga: Wakil Dirut OBM Drilchem, Ivan Alamsyah : Belajar Investasi Properti dari Ibu

Hal ini penting bagi investor agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. "Masa lalu memberi peringatan, masa kini memberi pelajaran, dan masa depan memberi harapan," demikian petuah Lucky.       

Telah Menjadi Dosen Selama 10 Tahun

Nama Lucky Bayu Purnomo sudah tenar di pasar modal. Ia kerap jadi narasumber dan praktisi terkait bidang ilmu ekonomi, pasar modal dan keuangan. Lucky juga aktif di sejumlah lembaga negara, mulai kantor staf presiden hingga berbagai kementerian di Indonesia. 

Keaktifan Lucky ini lantaran dia mengantongi sejumlah kompetensi yang sudah disahkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Pria ini memiliki sertifikat Certified Securities Analyst (CSA) sejak tahun 2012 dan Certified Technical Analyst (CTA) pada 2015. 

Saat ini, Lucky juga aktif menjadi dosen magister (S2) di Universitas Trisakti, mengajar mata kuliah Ilmu Ekonomi, Perbankan dan Pasar Modal. Profesi ini sudah ia tekuni kurang lebih selama 10 tahun. 

Dengan menjadi dosen, Lucky bisa bertemu mahasiswa dengan latar belakang dan pemikiran yang beragam. "Dengan menjadi dosen, maka saya bersama mahasiswa memiliki ruang berpikir dan praktik untuk memperoleh novelty atau kebaruan, serta dapat menguji kesalahan dan menguji kebenaran," cerita Lucky. 

Baca Juga: Co Founder McEasy, Hendrik Ekowaluyo: Mengoleksi Saham Berfundamental Solid

Meski sibuk bekerja sebagai komisaris independen di PT Wira Global Solusi Tbk, Lucky selalu menyempatkan diri untuk melakukan hobinya. Di waktu senggang dia mengaku sering bermain alat musik, khususnya drum. Di kantor tempatnya bekerja bahkan terdapat studio yang biasa dia pakai untuk bermain alat musik. Lucky menggemari genre musik jazz.           

Bagikan

Berita Terbaru

Saham Pilihan BRI Danareksa hari ini, Rabu (11/6): BRMS, ANTM, UNIQ, dan MAPA
| Rabu, 11 Juni 2025 | 09:56 WIB

Saham Pilihan BRI Danareksa hari ini, Rabu (11/6): BRMS, ANTM, UNIQ, dan MAPA

Secara teknikal, IHSG masih mampu bertahan di atas area support psikologis 7.000 yang menjadi pijakan penguatan.

Lelang Aset Waskita Beton Precast (WSBP) Rampung, Dana Buat Bayar Utang & Modal Kerja
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:47 WIB

Lelang Aset Waskita Beton Precast (WSBP) Rampung, Dana Buat Bayar Utang & Modal Kerja

Penjualan aset-aset tidak berpengaruh ke operasional dan aktivitas produksi PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP).

Profit 31,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (11 Juni 2025)
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:41 WIB

Profit 31,88% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Naik Seuprit (11 Juni 2025)

Harga emas Antam hari ini (11 Juni 2025) Rp 1.910.000 per gram. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 31,88% jika menjual hari ini.

BI Catat Uang Primer Mei Lebih Rendah dari April
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:31 WIB

BI Catat Uang Primer Mei Lebih Rendah dari April

M0 adjusted pada periode Mei 2025 mencapai Rp 1.939,1 triliun, dibandingkan posisi pada April 2025 yang tercatat sebesar Rp 1.952,3 triliun

BBRI, BWPT, dan Mandiri Taspen Rilis Surat Utang, Terbantu Pemangkasan Suku Bunga
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:22 WIB

BBRI, BWPT, dan Mandiri Taspen Rilis Surat Utang, Terbantu Pemangkasan Suku Bunga

Bulan Juli 2025 menjadi masa puncak jatuh tempo surat utang korporasi dengan nominal mencapai Rp 26,23 triliun.

Ditjen Pajak Pertegas Aturan Pertukaran Informasi
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:22 WIB

Ditjen Pajak Pertegas Aturan Pertukaran Informasi

Beleid ini untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13 PMK tentang Tata Cara Pertukaran Informasi Berdasarkan Perjanjian Internasional​

Mayoritas Saham IDX30 Turun Dalam Tiga Tahun Terakhir, Cek yang Menarik Dicermati
| Rabu, 11 Juni 2025 | 08:03 WIB

Mayoritas Saham IDX30 Turun Dalam Tiga Tahun Terakhir, Cek yang Menarik Dicermati

Sejumlah saham blue chip yang masih tertinggal menawarkan potensi imbal hasil menarik dalam satu hingga dua tahun ke depan.

Ketidakpastian Global Bayangi Cadangan Devisa
| Rabu, 11 Juni 2025 | 07:55 WIB

Ketidakpastian Global Bayangi Cadangan Devisa

Penguatan rupiah dan penerbitan Samurai Bond tak mampu mendongkrak posisi cadangan devisa Indonesia 

Kemiskinan Struktural Jadi Soal
| Rabu, 11 Juni 2025 | 07:47 WIB

Kemiskinan Struktural Jadi Soal

Arti kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang berakar dari keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, hingga kepemilikan aset

Menilik Profil dan Kinerja PSSI, Emiten Pemilik Kapal JKW Mahakam dan Iriana
| Rabu, 11 Juni 2025 | 07:38 WIB

Menilik Profil dan Kinerja PSSI, Emiten Pemilik Kapal JKW Mahakam dan Iriana

PSSI mengklaim penamaan JKW Mahakam dan Dewi Iriana berdasarkan pertimbangan internal dan tidak merujuk kepada tokoh publik di mana pun

INDEKS BERITA

Terpopuler