KONTAN.CO.ID - Setelah lesu darah dan mengalami penurunan harga yang dalam di sepanjang 2018, kini beberapa aset kripto besar mulai beringsut naik. Beberapa memang baru menguat tipis, namun ada pula yang mengalami lonjakan harga lumayan. Salah satu aset kripto yang sudah menunjukkan taringnya itu adalah EOS.
Harga kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar keempat di dunia ini telah naik sekitar 39% sejak awal 2019 alias year to date. Pada akhir 2018 lalu, harga salah satu altcoin (aset kripto di luar Bitcoin) ini masih US$ 2,57. Dan, pada Kamis (28/2) malam, harganya sudah melambung menjadi US$ 3,59.
Harga saat ini memang masih jauh di bawah level tertingginya sejak diluncurkan pada 2017 lalu. Harga EOS pernah menyentuh US$ 22,89 pada 29 April 2018. Namun, seiring dengan tren bearish di pasar kripto, harga EOS juga ikut longsor besar-besaran hingga mencapai dasar, yakni tinggal US$ 1,56 pada 7 Desember 2018.
Namun, setelah mencapai level terendahnya itu, EOS langsung menggeliat. Sekitar seminggu setelah mencapai titik nadir, harga EOS melonjak lebih dari 50% menjadi US$ 2 per koin. Sejak saat itu lah kapitalisasi pasarnya melonjak drastis ke posisi keempat, menggeser Litecoin, Tether, dan Stellar.
EOS adalah kripto asli untuk mendukung proyek blockchain EOS.IO. EOS.IO beroperasi sebagai platform smart contract (kontrak pintar) dan pengembang aplikasi terdesentralisasi atau decentralized application (DApp). EOS menjadi saingan bagi Etheruem dan Tron.
Naiknya harga token EOS ini tidak terlepas dari aspek fundamental perusahaan. Sejak diluncurkan, protokol blockchain EOS sudah mengembangkan banyak DApp. Menurut data DApp Radar, total ada 333 DApp yang sudah kembangkan EOS.
Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya masuk dalam 10 DApp dengan pengguna terbanyak. Contohnya, EOS Knights untuk game di mana jumlah pengguna pada Kamis (28/2) malam mencapai 6.800 pengguna. Ada juga Big Game, aplikasi DApp untuk judi yang jumlah penggunanya mencapai 5.900 pengguna.
Sejak diluncurkan pada Juli 2018 lalu, DApp pada jaringan EOS memang langsung mencuri perhatian. Menurut publikasi Diar.co, total volume transaksi DApp sepanjang 2018 lalu mencapai sekitar US$ 13 miliar. Dari jumlah tersebut, memang transaksi DApp pada jaringan Ethereum masih mendominasi, yaitu US$ 7,6 miliar.
Tetapi, sejak Oktober 2018, dominasi Ethereum sudah dikalahkan oleh protokol EOS. Sepanjang Januari 2019, dari US$ 1,5 miliar volume transaksi perdagangan DApp, sebanyak 55% -nya dikuasai DApps milik protokol EOS, dan 38% milik Tron, sementara Etherum hanya 6%.
Masih mengutip Diar.co, 60% dari aplikasi DApp pada jaringan blockchain EOS tersebut digunakan untuk perjudian, 10% games, dan 24% penggunaan lainnya. Transaksi pada DApp ini menggunakan EOS sebagai alat pembayaran.
Pasar Indonesia
Lonjakan harga EOS juga dinikmati oleh para pemain kripto di Indonesia. Apalagi, EOS bisa diperjualbelikan dalam rupiah. Dari puluhan exchange yang beroperasi di Indonesia, dua di antaranya sudah memperdagangkan EOS, yaitu Gopax Indonesia dan Coinone Indonesia. Keduanya berasal dari Korea Selatan.
M.Yusuf Musa, Bussiness Strategist Gopax Indonesia mengatakan, sejak diluncurkan pada 26 Desember 2018 lalu, EOS mampu menarik minat pengguna Indonesia. Dari sembilan aset kripto yang diperdagangkan Gopax, volume transaksi EOS berada pada urutan kedua setelah Stellar Lumen (XLM).
Adapun Coinone Indonesia baru memperdagangkan EOS pada Februari 2019.
Karena baru sembilan hari diperdagangkan, peminat EOS masih terbatas. Berdasarkan pantauan KONTAN di platform Coinone, per pukul 22.55 WIB, transaksi EOS di Coinone Indonesia hanya sebanyak 17,24 juta, terendah diantara sepuluh kripto yang listing. Posisi tertinggi dipegang Bitcoin sebesar 225,2 juta, Bitcoin SV 68,85 juta, Ripple sebesar 65,71 juta, dan Ethereum sebesar 46, 59 juta.
Sheila Suekto, Head of BusinessStrategy Coinone Indonesia, mengatakan, EOS memiliki keunggulan dari sisi teknologi. Berkat teknologi tersebut, DApp yang memakai blockchain EOS memiliki fitur yang bisa melayani jutaan pengguna, pemakaian tanpa biaya, mudah di-upgrade, ujar Sheila.
Lantas apakah ini saat yang tepat untuk membeli EOS di pasar? Christopher Tahir, Analis kripto dari CryptoWatch mengatakan, EOS yang sudah mulai menguat dari titik dasarnya di kisaran US$ 1,5, Bisa melanjutkan kenaikan ke level US$ 5,5 sebelum kembali terkoreksi dan naik kembali menuju US$ 7,8, ujarnya.
Sebagai salah satu jenis altcoin, Christopher tidak menyarankan pengguna untuk menempatkan dana dalam EOS untuk jangka panjang. Menurutnya, altcoin hanya instrumen untuk trading jangka pendek. "Tunggu koreksi sebelum masuk kembali. Beli di kisaran US$ 3,2,", sarannya.