Berita Market

Kripto, Mekar Duluan Sebelum Ditata

Sabtu, 02 Maret 2019 | 09:00 WIB
Kripto, Mekar Duluan Sebelum Ditata

Reporter: Petrus Dabu | Editor: Petrus Dabu

KONTAN.CO.ID -  Inovasi mendahului regulasi. Kondisi ini tampaknya tak hanya terjadi pada industri teknologi finansial (tekfin) alias financial technology (fintech) dan e-commerce yang kini berkembang pesat di Indonesia. Hal ini juga dialami industri kripto atau cryptocurrency. Di Indonesia, pasar kripto selama ini tumbuh subur dalam kondisi tanpa ada aturan sama sekali.

Sejarah munculnya bisnis kripto di Indonesia dimulai saat Oscar Darmawan mendirikan Indodax (Bitcoin.co.id) pada 15 Februari 2014. Pada waktu itu, kebanyakan orang Indonesia belum akrab dengan Bitcoin, cryptocurrency pertama yang diciptakan oleh seseorang yang hingga kini identitasnya masih disamarkan dengan nama Satoshi Nakamoto.

Cryptocurrency baru populer di Indonesia pada akhir 2017 lalu saat harga Bitcoin (BTC) mencapai level tertinggi di kisaran US$ 19.000 - US$ 20.000. Jika dikonversi ke dalam rupiah dengan kurs saat itu (US$ 1 = Rp 13.500), maka nilainya sekitar Rp 256 juta-Rp 270 juta.

Meski kian populer dan nilai transaksinya sudah mencapai ratusan miliar bahkan triliunan rupiah per hari, industri ini berjalan tanpa rambu-rambu resmi. Barulah pada 20 September 2018, Menteri Perdagangan menerbitkan Peraturan No 99 tahun 2018. Aturan yang hanya tiga pasal ini menetapkan kripto sebagai komoditi yang dapat dijadikan subjek kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka.

Aturan ini juga menugaskan Bappebti untuk membuat peraturan lebih lanjut soal penetapan kripto sebagai komoditi tersebut.

Banyak pemain baru

Nah, kini, bisnis kripto semakin mekar. Meski harga Bitcoin dan kripto-kripto lainnya masih bertahan di fase bearish sejak 2018 lalu, toh perusahaan-perusahaan startup yang bergerak di industri ini terus bermunculan di Indonesia. Tak hanya pemain lokal, sejumlah perusahaan exchange kripto global pun banyak yang beroperasi di Indonesia, seperti Coinone, Huobi, Luno, Upbit dan Gopax.

Saat ini, exchange yang sudah menjadi anggota Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) memang baru enam perusahaan. Mereka adalah Indodax, Luno, Bitocto, Rekeningku, Coinone, dan Biido. "Kami sedang update daftarnya, banyak pemain baru,"  ujar Ketua ABI Steven Suhadi.

Berdasarkan data Indonesia Blockchain & Cryptocurrency Landscape yang dibuat oleh ABI, selain exchange yang sudah menjadi anggota, masih ada sejumlah exchange lainnya yang beroperasi di Indonesia. Di antaranya Tokocrypto, Triv, Huobi Indonesia, Udax, Upbit, Gopax, Koinx, Nucex, Digitalexchange.id, Pintu.co.id, Tokenomy, dan Bitsten.

Dari sisi pelanggan, Steven memperkirakan baru sekitar 1% populasi Indonesia yang menggunakan kripto. "Tetapi trennya dan secara fundamental akan tumbuh terus," ujarnya.

Menurut Steven, kehadiran regulasi dari Bappebti saat ini dapat membantu meyakinkan masyarakat untuk bertransaksi kripto melalui exchange yang ada. Para pelaku exchange juga memandang, di luar soal persyaratan permodalan, munculnya regulasi perdagangan kripto dapat menumbuhkan bisnis.

"Dengan diterbitkannya Peraturan Bappebti No 5/2019, saya optimistis pertumbuhan industri kripto di Indonesia semakin cepat, walaupun ada satu dua poin dalam peraturan tersebut yang perlu kita negosiasikan dengan Bappebti sebagai regulator, ujar Sumardi Fung," pendiri dan CEO Rekeningku.

M.Yusuf, Business Strategist Gopax Indonesia, menambahkan, selama ini banyak investor potensial yang ragu untuk berinvestasi pada aset kripto karena belum adanya aturan main yang jelas. Aturan ini akan membuat pasar kripto di Indonesia lebih berkembang, tandasnya.

Yusuf memperkirakan, jumlah investor kripto di Indonesia saat ini sekitar 1,7 juta hingga 2 juta orang. Gopax Indonesia optimistis bisa mencakup 50% dari market kripto di Indonesia, ujarnya.

Hanya saja, menurut Gabriel Rey, pendiri dan CEO Triv, apabila tidak ada exchange yang bisa memenuhi ketentuan permodalan Rp 1 triliun, investor atau trader kripto juga akan kesulitan melakukan jual beli kripto. "Apabila susah untuk membeli kripto, otomatis orang tidak tertarik berinvestasi,"  ujarnya.

Jenis kripto dibatasi

Selain itu, pengguna kripto di Indonesia juga sudah bisa membeli aneka aset kripto yang ada di dunia. Berdasarkan data Coinmarketcap, jumlah aset kripto yang ada di dunia saat ini mencapai 2.075 aset kripto.

Namun, dalam Peraturan Bappebti No 5/2019, kripto yang diperdagangkan di Indonesia dibatasi untuk kripto yang masuk dalam daftar 500 kripto dengan kapitalisasi pasar besar.

Saat ini, Bitcoin adalah kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar dengan nilai US$ 69,3 miliar. Disusul, Etheruem (ETH) sebesar US$ 15,2 miliar, Ripple (XRP) US$ 13,2 miliar dan EOS sebesar US$ 3,8 miliar.

Kabar baiknya, investor di Indonesia sudah bisa memperjualbelikan empat kripto besar tersebut, karena semuanya sudah tersedia di exchange yang ada di Indonesia.

Lantas, seperti apa prospek harga kripto tahun ini, setelah pada 2018 lalu mengalami penurunan tajam?

Claristy, Country Head of Growth Luno Indonesia, memperkirakan pasar kripto, terutama Bitcoin, pada tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. "Perlu diketahui, sebenarnya harga (price) dan nilai (value) adalah dua hal yang berbeda. Price yang kita lihat sekarang ini murni dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dan berita dunia. Sementara value merupakan nilai kegunaan dari Bitcoin. Semakin banyak orang dan perusahaan yang menggunakan Bitcoin atau teknologi yang mendukungnya, maka value dari Bitcoin akan semakin tinggi," ujarnya.

Menurut Claristy, dalam rentang waktu yang lebih panjang misalnya 5 atau 10 tahun, harga Bitcoin tetap dalam tren peningkatan. Harga Bitcoin sekarang masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga 5 atau 10 tahun lalu, ujarnya.

Tren bullish

Claristy menguraikan, dukungan kebijakan pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia, mendukung pertumbuhan Bitcoin dan industri aset kripto ke arah yang lebih positif. Regulasi yang jelas juga akan membuat perusahaan dan investor besar menaruh minat terhadap Bitcoin dan kripto lainnya.

Tanda kenaikan harga Bitcoin memang sudah terlihat pada awal tahun ini. Sejak akhir tahun lalu hingga Jumat (1/3) petang, harga Bitcoin sudah naik sebesar 3,28%%. Kondisi ini juga terjadi pada kripto-kripto besar lainnya. ETH, misalnya, secara year to date (ytd) naik sebesar 2,67%. 

Prediksi liar kenaikan harga Bitcoin disampaikan investor veteran yang dijuluki sebagai Bitcoin Bull, Tim Draper pada November lalu. Seperti dikutip dari Forbes, ia bertaruh harga Bitcoin akan mencapai US$ 250.000 setelah tahun 2022. Karena itu, ia menyarankan untuk membeli sebelum terlambat.

Namun, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Salah satu prediksi menyeramkan soal harga Bitcoin disampaikan mantan pendukung Bitcoin Cash (BCH) Calvin Ayre. Menurut Ayre, tahun ini harga Bitcoin akan menjadi US$ 0 karena tidak memiliki utilitas. Nantinya, Bitcoin akan digantikan oleh cryptocurrency yang lebih maju secara teknologi yang berfungsi lebih baik sebagai mata uang aktual, seperti Bitcoin Cash (BCH).

Terbaru