Malaysia Masih Mengkaji Pemangkasan Tarif Pajak Ekspor CPO

Jumat, 20 Mei 2022 | 12:55 WIB
Malaysia Masih Mengkaji Pemangkasan Tarif Pajak Ekspor CPO
[ILUSTRASI. Aksi unjukrasa Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2022). (KONTAN/Fransiskus Simbolon)]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia masih mengkaji kelayakan pemangkasan tarif pajak ekspor minyak sawit mentah, demikian pernyataan Kementerian Komoditas pada Jumat. Pernyataan itu muncul setelah Indonesia mencabut larangan ekspor crude palm oil (CPO) yang mengguncang pasar minyak nabati global.

Malaysia, produsen CPO terbesar kedua di dunia, sedang mencari cara untuk meningkatkan pangsa pasar minyak nabatinya. Peluang bagi Malaysia melakukan itu muncul setelah gangguan pasokan minyak bunga matahari akibat aksi militer Rusia di Ukraina dan Indonesia melarang ekspor CPO.

Indonesia yang merupakan produsen CPO terbesar di dunia mengatakan akan mencabut larangan tersebut mulai Senin. Pencabutan itu dilakukan bersamaan dengan pemberlakuan persyaratan penjualan pasar domestik bagi produsen CPO, untuk memastikan pasokan minyak goreng di Indonesia. 

Baca Juga: IMF Meminta Negara-Negara Asia Mewaspadai Spillover Risk

Menteri Zuraida Kamaruddin mengatakan kepada Reuters dalam wawancara minggu lalu bahwa kementeriannya telah mengusulkan penurunan tarif pajak ekspor CPO ke kisaran 4%-6% dari saat ini 8%. Kementerian keuangan Malaysia, yang menerima usulan itu, telah membentuk komite untuk melihat rinciannya.

Pada hari Jumat, Zuraida dalam sebuah pernyataan mengatakan diskusi dengan kementerian keuangan masih berlangsung.

"Pemotongan sementara yang diusulkan ini menunggu keputusan dan kami percaya bahwa eksportir Malaysia kemungkinan akan menjadi pemenang yang jelas dalam jangka pendek karena pembeli global akan mencari minyak sawit Malaysia," katanya.

Baca Juga: Setelah Lima Hari Bebas dari Infeksi Covid, Shanghai Kembali Mencatat Kasus Baru

Kementerian akan terus memantau situasi saat ini yang melibatkan perubahan kebijakan Indonesia, tambahnya.

Zuraida mengatakan, menimbang prospek ke depan harga CPO kemungkinan akan turun karena kenaikan produksi yang tertunda. Namun harga akan tetap tinggi hingga pertengahan 2023 karena pasokan global yang ketat, pasar yang kuat, dan serapan dari China.

Pasar utama China siap untuk meningkatkan permintaan minyak sawitnya di akhir tahun karena secara bertahap membuka kembali ekonominya selama pandemi Covid-19, katanya.

Zuraida mematok pasokan minyak dan lemak yang dapat dimakan akan berkurang pada kuartal keempat, tetapi tidak banyak, dengan prospek pemulihan yang lebih mungkin terjadi pada tahun 2023.

Bagikan

Berita Terbaru

BPJS Mendominasi Investasi Asuransi & Dapen, Penempatan di SBN Melambung Sejak 2021
| Rabu, 12 Maret 2025 | 16:17 WIB

BPJS Mendominasi Investasi Asuransi & Dapen, Penempatan di SBN Melambung Sejak 2021

Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) mendominasi investasi di industri asuransi dan dana pensiun hingga akhir tahun 2024.

Galang Dana IPO Rp 805 Miliar, Medela Potentia (MDLA) Fokus Bayar Utang dan Ekspansi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 13:47 WIB

Galang Dana IPO Rp 805 Miliar, Medela Potentia (MDLA) Fokus Bayar Utang dan Ekspansi

Medela Potentia akan melepas sebanyak-banyaknya 3,51 miliar saham biasa atau mewakili 25% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO.

Prajogo Pangestu Sudah Beberapa Kali Akumulasi Saham BRPT, Efeknya Belum Terasa
| Rabu, 12 Maret 2025 | 08:53 WIB

Prajogo Pangestu Sudah Beberapa Kali Akumulasi Saham BRPT, Efeknya Belum Terasa

Sejumlah saham emiten milik Prajogo Pangestu dinilai masih menarik untuk dicermati, baik dari sisi teknikal maupun fundamental.

Program Koperasi Desa Merah Putih Berpotensi Bikin Beban Bank BUMN Kian Berat
| Rabu, 12 Maret 2025 | 08:10 WIB

Program Koperasi Desa Merah Putih Berpotensi Bikin Beban Bank BUMN Kian Berat

Risiko kredit macet, meningkatnya biaya kredit, likuiditas yang kian mengetat, hingga terulangnya cerita write off bisa membebani bank BUMN.

Sebagian Emiten LQ45 Kian Terbenam dalam Bearish Jangka Panjang, Ada Potensi Rebound?
| Rabu, 12 Maret 2025 | 07:30 WIB

Sebagian Emiten LQ45 Kian Terbenam dalam Bearish Jangka Panjang, Ada Potensi Rebound?

Pemulihan daya beli masyarakat menjadi kunci penting yang bisa membalikkan arah sejumlah saham LQ45 yang kini tengah terpuruk.

KPPU Teruskan Kasus Dugaan Kartel Fintech
| Rabu, 12 Maret 2025 | 06:35 WIB

KPPU Teruskan Kasus Dugaan Kartel Fintech

KPPU kini telah menyelesaikan tahap penyelidikan dan siap melanjutkan proses hukum hingga ke persidangan. 

Asuransi Kredit Masih Dibayangi Rasio Klaim Tinggi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 06:05 WIB

Asuransi Kredit Masih Dibayangi Rasio Klaim Tinggi

Rasio klaim asuransi kredit pada 2024 mencapai 85,3%, meningkat dari tahun 2023 yang masih sebesar 75,6%.

Efek Kebijakan Buruk Pemerintah, Rupiah Terus Tertekan
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:37 WIB

Efek Kebijakan Buruk Pemerintah, Rupiah Terus Tertekan

Selain ketidakpastian kebijakan tarif AS, proyeksi defisit APBN yang kian melebar turut menekan rupiah. 

Bank Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan Vietnam
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:34 WIB

Bank Indonesia Perkuat Kerja Sama dengan Vietnam

Gubernur BI dan Gubernur SBV menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang berlaku efektif pada 7 Maret 2025

Dolar AS Tertekan, Sejumlah Mata Uang Utama Unjuk Gigi
| Rabu, 12 Maret 2025 | 05:34 WIB

Dolar AS Tertekan, Sejumlah Mata Uang Utama Unjuk Gigi

Data tenaga kerja AS yang lemah, ketidakpastian dari kebijakan tarif AS, serta ekspektasi suku bunga he Fed menekan dolar AS.

INDEKS BERITA

Terpopuler