Nasabah Bank Mini Masih Bersemi

Kamis, 04 November 2021 | 11:29 WIB
Nasabah Bank Mini Masih Bersemi
[ILUSTRASI. Sejumlah bank BUKU II mengakui adanya pertumbuhan jumlah nasabah. Salah satu pemicu pertumbuhan jumlah nasabah itu adalah tawaran bunga simpanan yang menarik bagi nasabah.]
Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Strategi bank-bank kecil menebar bunga simpanan yang menarik demi menjaring nasabah, tampaknya, mulai membuahkan hasil.

Lihat saja data Distribusi Simpanan Bank Umum per Agustus 2021 yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Berdasarkan data tersebut, jumlah rekening bank-bank BUKU II dan BUKU III menunjukkan tren pertumbuhan yang signifikan.

LPS mencatat, per Agustus 2021, jumlah rekening nasabah bank BUKU II mencapai 34,4 juta. Angka ini tumbuh 23,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Bila dibandingkan bulan sebelumnya atau month to month (mom), jumlah rekening nasabah bank BUKU II juga meningkat sebesar 5,4%.

Eloknya, pencapaian tersebut melampaui pertumbuhan nasabah yang diraih bank-bank BUKU III dan BUKU IV. Pada periode yang sama, jumlah rekening bank BUKU III tercatat hanya tumbuh 9,4% dan BUKU IV sebesar 9,2%. Merujuk data LPS, total jumlah rekening nasabah bank sampai Agustus 2021 sebanyak 365,38 juta atau naik 10,5% secara tahunan.

Baca Juga: Simpanan nasabah perbankan tetap meningkat di era suku bunga rendah

Bukan hanya dari sisi rekening, distribusi nominal simpanan di BUKU II turut mengalami peningkatan. LPS mencatat, sampai Agustus 2021, nominal simpanan pada kategori bank kategori tersebut juga tumbuh 9,6%. Angka ini lebih tinggi ketimbang nominal simpanan bank BUKU III yang naik 6,3% dan BUKU IV sebesar 4,8%.

Betul, bukan tanpa alasan, jumlah nasabah di bank-bank cilik melonjak drastis. Purbaya Yudhi Sadewa, Ketua Dewan Komisioner LPS, menjelaskan, pertumbuhan jumlah rekening di bank-bank kecil dipicu membaiknya perekonomian nasional.

"Jadi, nasabah mulai berani menyimpan di bank-bank yang lebih kecil," ungkap Purbaya dalam konferensi pers daring, akhir September lalu (29/9).

Apalagi, bank-bank kecil terbilang berani menawarkan suku bunga simpanan yang tinggi untuk merayu nasabah menempatkan dananya. Purbaya bilang, rata-rata bunga deposito di bank BUKU II lebih tinggi ketimbang BUKU III dan IV. Bank BUKU II memiliki rata-rata bunga deposito 3,2%. Adapun bank BUKU III di kisaran 2,29%, dan BUKU IV 2,36%.

Bunga menggiurkan

Purbaya tak asal bicara. Faktanya, sejumlah bank BUKU II yang dihubungi Tabloid KONTAN mengakui adanya pertumbuhan jumlah nasabah. Salah satu pemicu pertumbuhan jumlah nasabah itu adalah tawaran bunga simpanan yang menarik bagi nasabah. Contohnya adalah PT Bank Oke Indonesia Tbk (Bank Oke).

Hendra Lie, Wakil Direktur Utama Bank Oke Indonesia, mengatakan, jumlah number of account (NoA) atau rekening nasabah perseroan sampai September 2021 mencapai 20.451. Secara bulanan, jumlah rekening naik 4,5% ketimbang Agustus 2021 yang hanya sebanyak 19.572 dan meroket 51% secara year to date (ytd 31 Desember 2020) sebanyak 13.528.

Hendra bilang, pertumbuhan jumlah nasabah Bank Oke dipicu oleh strategi tim marketing yang agresif dalam menawarkan funding alias pembiayaan. "Selain itu, tim pemasaran mimiliki jaringan bagus dan adanya tawaran suku bunga kompetitif untuk kebutuhan investasi nasabah dalam bentuk deposito," katanya.

Hendra membeberkan, saat ini suku bunga tabungan di Bank Oke berkisar 3%-4% per tahun. Sedangkan bunga simpanan giro 0%-3,25% dan deposito 3,25%-4,25%.

"Kami telah menurunkan suku bunga simpanan dari awal tahun 2020. Penurunan suku bunga simpanan sebesar 1,50% dibandingkan akhir tahun lalu," imbuh dia.

Baca Juga: Dana murah yang mengalir ke bank besar semakin deras

Sejatinya, bukan hanya Bank Oke yang mengerek turun suku bunga simpanannya. Langkah serupa juga dilakukan seluruh bank di negeri ini. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan Bank Indonesia (BI). Yang terbaru, pada 21 September 2021 lalu, BI kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day repo rate di level 3,50%.

Kebijakan bank sentral itu diikuti oleh LPS yang menurunkan tingkat bunga penjaminannya. Pada akhir September lalu, LPS memutuskan untuk menurunkan tingkat bunga penjaminan sebesar 50 basis poin untuk simpanan di bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) dalam rupiah. Sedangkan, untuk bank umum dalam valuta asing diturunkan sebesar 25 basis poin.

Dus, saat ini tingkat bunga penjaminan bank umum menjadi 3,5% dan bunga penjaminan bank umum valuta asing menjadi 0,25%. Sementara itu, tingkat bunga penjaminan BPR turun menjadi 6%. Boleh dibilang, tingkat bunga penjaminan ini menjadi level yang terendah sepanjang sejarah.

Salah satu pokok pertimbangan LPS dalam menurunkan suku bunga penjaminan adalah stabilnya prospek likuiditas perbankan. Tercatat, kredit perbankan pada Agustus 2021 tumbuh sebesar 0,9%.

Baca Juga: Butuh dana tanpa jaminan? Begini tawaran KTA dari OK Bank

Sementara itu, pertumbuhan DPK berada di level yang masih cukup tinggi, yaitu 8,8% secara yoy. Kondisi fundamental bank masih cukup kuat ditunjukkan dengan rasio permodalan atau CAR yang berada di bawah level 24,36% dan rasio alat likuid di kisaran 147,42%.

Sesuai ketentuan yang berlaku, jika suku bunga penjaminan yang dijanjikan antara bank dengan nasabah berada di atas tingkat bunga penjaminan LPS, maka simpanan nasabah tersebut tak dapat dijamin dalam program penjaminan.

"Jadi kami mengimbau bank secara terbuka menyampaikan kepada nasabah mengenai tingkat bunga penjaminan yang berlaku," imbau Purbaya.

Toh, meski suku bunga simpanan masih dalam tren melandai, hal ini tak menyurutkan niat nasabah untuk menyimpan dananya di bank-bank kecil. Buktinya, selain Bank Oke, PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) berhasil mencatat pertumbuhan jumlah rekening nasabah di sepanjang tahun ini.

Daniel Budirahayu, Direktur Utama Bank Ina, menuturkan, sampai September 2021 jumlah nasabah perseroan mendaki sebesar 26% yoy. Padahal, Bank Ina telah menurunkan suku bunga deposito sebesar 200 basis points (bps) dibandingkan tahun lalu. Saat ini, Bank Ina mematok suku bunga deposito sebesar 3,5% per tahun.

Andalkan produk

Pun demikian, demi mendongrak pertumbuhan nasabah, Bank Ina memasang strategi jitu. Di antaranya, Bank Ina meluncurkan produk-produk tabungan yang memikat nasabah, seperti bundling tabungan dan deposito, tabungan berjangka berhadiah, dan tabungan arisan. "Variasi produk tabungan ini ikut mendorong pertumbuhan jumlah nasabah kami," ujar Daniel.

Menurut Daniel, pertumbuhan jumlah nasabah Bank Ina sebagian besar berasal dari produk tabungan dan layanan payroll nasabah korporasi. Belakangan ini, perseroan memang terus menggenjot kerjasama dengan nasabah korporasi. Salah satunya dengan induk usaha, yakni Grup Salim.

Bank BUKU II lainnya yang juga mencatat pertumbuhan rekening nasabah adalah PT Bank Mayora. Sampai September 2021, jumlah rekening nasabah Bank Mayora naik 2,5% secara tahunan.

"Mayoritas penambahan nasabah baru karena program promosi yang ditawarkan bank serta kerjasama payroll karyawan," kata Yenni Noviyanti, Corporate Communications Bank Mayora.

Baca Juga: Nasabah Kaya Menumpuk Dana di Brankas Bank

Sebagian besar nasabah, lanjut Yenni, membuka rekening untuk menyimpan dana di rekening giro dan tabungan. Selain itu, ada nasabah yang menyimpan di deposito karena suku bunga yang diberikan sangat kompetitif. Saat ini, bunga tabungan di Bank Mayora berkisar 0,25%-2,5%, giro 0,5%-1.5% dan deposito 3% per tahun.

Sejauh ini, masih cukup banyak deposan yang menempatkan dana deposito di Bank Mayora, bahkan lebih tinggi di atas target. Di Bank Mayora, nasabah bisa menyimpan dananya di deposito mulai dari minimal sebesar Rp 8 juta. "Posisi dana kelolaan deposito sampai September 2021 mencapai Rp 4,37 triliun, naik sekitar 4% secara tahunan," papar Yenni.

Yenny menambahkan, selain menawarkan bunga simpanan yang kompetitif, Bank Mayora juga menggelar program menarik untuk nasabah. Antara lain, program tabungan berhadiah, baik untuk tabungan berjangka, yaitu SiPucuk Rewad, serta tabungan konvensional melalui program Pilih Sendiri Hadiahmu.

"Kami juga sedang melaksanakan program Maxi Invest, yaitu program tabungan berhadiah reksadana untuk nasabah," tandasnya.

Selanjutnya: LPS pastikan akan terus mendukung kebijakan penurunan suku bunga

 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

PPN Naik Jadi 12%, Bikin Emiten Rumah Sakit Jadi Meriang
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 08:03 WIB

PPN Naik Jadi 12%, Bikin Emiten Rumah Sakit Jadi Meriang

Mayoritas pasien cenderung menilai, standar kesehatan di Malaysia dan Singapura lebih tinggi dibandingkan Indonesia. 

Realisasi Dana Desa Mencapai 99% dari Pagu
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 07:12 WIB

Realisasi Dana Desa Mencapai 99% dari Pagu

Kementerian Keuangan telah merealisasikan anggaran dana desa sebesar Rp 70,70 triliun hingga 19 Desember 2024

Kejagung Banding atas Putusan Harvey Moeis
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 07:08 WIB

Kejagung Banding atas Putusan Harvey Moeis

Alasan menyatakan banding terhadap lima terdakwa karena putusan pengadilan masih belum memenuhi rasa keadilan masyarakat

Qatar dan Uni Emirat Minat Program 3 Juta Rumah
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 07:03 WIB

Qatar dan Uni Emirat Minat Program 3 Juta Rumah

Minat Timur Tengah membuat pemerintah optimistis, target program 3 juta rumah per tahun bakal tercapai

Hemat Dinas Tak Bernas
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:57 WIB

Hemat Dinas Tak Bernas

Kebijakan memangkas perjalanan dinas saja tak cukup, perbaikan tata kelola adalah menjadi hal yang utama

Mengerek Serapan Gabah dan Produksi 2025
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:45 WIB

Mengerek Serapan Gabah dan Produksi 2025

Arah kebijakan Pemerintah Indonesia selama lima tahun ke depan, salah satunya fokus pada stabilitas pasokan dan harga pangan

Pemerintah Pastikan Biaya Ibadah Haji 2025 Turun
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:34 WIB

Pemerintah Pastikan Biaya Ibadah Haji 2025 Turun

Pemerintah masih akan membahas biaya oenyelenggaraan ibadah haji (BPIH) 2025 dengan Komisi VIII DPR pekan depan

Bayar Utang Jatuh Tempo ke BI Lewat Debt Switch
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:27 WIB

Bayar Utang Jatuh Tempo ke BI Lewat Debt Switch

Nilai utang jatuh tempo pemerintah kepada Bank Indonesia (BI) pada tahun 2025 mencapai Rp 100 triliun

Teliti Belanja Perpajakan Agar Tepat Sasaran
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:17 WIB

Teliti Belanja Perpajakan Agar Tepat Sasaran

Belanja perpajakan dalam APBN 2025 diproyeksi mencapai Rp 445,5 triliun, meningkat 11,4% dibanding proyeksi 2024

Menakar Kilau Emas di 2025, Sikap Fed Lebih Hawkish Jegal Kenaikan?
| Sabtu, 28 Desember 2024 | 04:48 WIB

Menakar Kilau Emas di 2025, Sikap Fed Lebih Hawkish Jegal Kenaikan?

Kenaikan harga emas selama 2024 menjadi performa terbaiknya dalam 14 tahun terakhir. Simak outlook harga emas pada 2025!

INDEKS BERITA

Terpopuler