Pemegang Saham Putuskan Usul Penyederhanaan Organisasi Royal Dutch Shell Hari Ini

Jumat, 10 Desember 2021 | 10:11 WIB
Pemegang Saham Putuskan Usul Penyederhanaan Organisasi Royal Dutch Shell Hari Ini
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Logo pom bensin Shell di London barat, Inggris, terlihat dari kaca spion mobil. 29 Januari 2015. REUTERS/Toby Melville/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - ROTTERDAM. Jika mendapat persetujuan pemegang sahamnya, Royal Dutch Shell PLC akan mencatat sejarah penting hari ini. Para pemegang saham, Jumat (10/12) akan mengambil suara atas rencana perusahaan menyingkirkan struktur saham ganda perusahaan, sekaligus memindahkan kantor pusatnya ke London dari Den Haag.

Dewan perusahaan mempresentasikan rencana tersebut pada bulan November. Menurut dewan, penyederhanaan organisasi akan memperkuat daya saing Shell dan mempermudah pembayaran dividen serta pembelian kembali saham.

Perubahan lain yang akan muncul dari penyederhanaan itu adalah nama perusahaan akan berubah.  Tak lagi menyertakan “Royal Dutch” yang telah digunakan selama lebih dari satu abad, perusahaan hanya akan menyebut dirinya “Shell PLC” saja.

Baca Juga: Meski turun, harga minyak WTI bertahan di atas level US$ 70 per barel  

Rencana perubahan yang diusulkan baru bisa terlaksana apabila mendapatkan 75% dari suara pemegang saham dalam pertemuan di Rotterdam, hari ini. Setelah rapat hari ini, dewan perusahaan akan bertemu lagi untuk membuat keputusan akhir, sekitar awal 2022.

Para kritikus menilai alasan utama Shell merancang rencana perubahan itu adalah keputusan pengadilan Belanda pada bulan Mei lalu, yang memerintahkannya untuk mengurangi emisi karbon hingga 45% pada tahun 2030. Shell, yang mengajukan banding atas keputusan tersebut, mengatakan bahwa kebijakan lingkungannya tidak akan terpengaruh oleh langkah tersebut.

Pajak turut mempengaruhi rencana perubahan yang diusung dewan. Dengan menempatkan kantor pusatnya di Belanda, Shell merupakan subjek pajak dari aturan yang berlaku di negeri kincir angin itu. Belanda mengenakan pajak dengan tarif 15% atas dividen yang dibayarkan untuk saham kelas A.

Untuk menghindari pengenaan pajak Belanda, Shell merancang mekanisme pendistribusian dividen bagi saham kelas B. Dalam skema itu, dividen yang dibayarkan melalui sebuah trust yang terdaftar di Channel Island Jersey.

 Baca Juga: Ini faktor penyebab harga ICP November turun ke US$ 80,13 per barel.

Struktur saham tunggal yang baru, dan rumah pajak di Inggris akan menyelesaikan masalah tersebut, karena Inggris tidak memungut pajak pemotongan dividen.

Dalam waktu dekat, perusahaan berniat membagi hasil penjualan aset gas di Amerika Serikat ke Conoco Phillips senilai US$ 7 miliar ke pemegang saham.

Pemerintah Belanda mengatakan "kecewa" dengan keputusan Shell untuk pergi. Seorang anggota parlemen dari Partai Hijau sempat mengajukan gagasan untuk mengenakan "pajak keluar" pada perusahaan tersebut. Namun usul itu gagal mendapatkan dukungan.

Bagikan

Berita Terbaru

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 12:52 WIB

Indonesia Importir Gandum Terbesar Kedua Dunia, AS Bukan Sumber Utama

Indonesia menjadi negara importir gandum terbesar kedua dunia menurut data FAO. Impor Indonesia hanya kalah oleh Mesir.

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah
| Minggu, 06 Juli 2025 | 11:07 WIB

Profit 26,68% Setahun, Harga Emas Antam Terbaru di Laman Resmi Belum Berubah

Belum ada perbaruan data harga emas Antam hari ini. Harga terakhir 5 Juli 2025) tertera Rp 1.908.000 per gram.

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi
| Minggu, 06 Juli 2025 | 09:00 WIB

Menguak Penyebab Kenaikan Impor Bahan Baku dan Barang Modal RI Saat PMI Terkontraksi

Kenaikan impor bahan baku dan barang modal saat manufaktur lesu juga ditengarai efek praktik dumping yang dilakukan China.

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama
| Minggu, 06 Juli 2025 | 08:00 WIB

Safe Haven Masih Menjadi Primadona di Semester II-2025, Emas Tetap Jadi Andalan Utama

Ketidakpastian arah suku bunga acuan The Fed dan geopolitik yang masih memanas kurang mendukung aset berisiko seperti saham.

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat
| Minggu, 06 Juli 2025 | 07:15 WIB

Dilema Harga Eceran Tertinggi Beras dan Daya Beli Masyarakat

Harga beras medium dan premium saat ini jauh di atas HET. Masih perlu harga eceran tertinggi?        

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:39 WIB

Kejayaan Jati dan Bisnis Furnitur yang Terancam Babak Belur

Ancaman tarif resiprokal ke Amerika Serikat, hingga banjir produk furnitur impor, menjadi tantangan industri.

Melaba dari Usaha Minuman Matcha
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:34 WIB

Melaba dari Usaha Minuman Matcha

Belakangan, olahan matcha digemari masyarakat. Peluang ini ditangkap pelaku usaha yang menuai omzet hingga ratusan juta

PR Perlindungan Investor
| Minggu, 06 Juli 2025 | 05:31 WIB

PR Perlindungan Investor

Nyoman terkejut karena dia merasa cuma mengorder 9 lot, namun mengapa bisa berubah menjadi 16.541 lot?

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa
| Minggu, 06 Juli 2025 | 04:00 WIB

IHSG Turun 0,47% Sepekan, Intip Saham-Saham Top Gainers dan Top Losers Bursa

IHSG ditutup melemah ke 6.865,19 pada perdagangan terakhir, 4 Juli 2025 setelah melemah 0,47% dalam sepekan mulai 30 Juni 2025.

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence
| Sabtu, 05 Juli 2025 | 18:00 WIB

Akuisisi Tahap Pertama KRYA Terlaksana, Investor Asal Hongkong Lanjut Due Dilligence

Akuisisi PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA) oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di bisnis kendaraan listrik mulai terlaksana.

INDEKS BERITA

Terpopuler