Pemilu Usai, Sektor Properti Bersiap Menggeliat

Senin, 29 April 2019 | 07:26 WIB
Pemilu Usai, Sektor Properti Bersiap Menggeliat
[]
Reporter: Dimas Andi | Editor: A.Herry Prasetyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berakhirnya agenda pemilihan umum (pemilu) diprediksi dapat menggairahkan industri properti lagi. Mengingat, para investor properti tak lagi dihadapkan pada kondisi yang membuatnya bersikap wait and see.

Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi mengatakan, momen pemilu biasanya dinantikan calon pembeli properti yang berorientasi investasi. Ketika hasil pemilu terlihat, investor bakal mendapat kepastian terkait langkah kebijakan ekonomi pemerintahan terpilih.

Lazimnya, setelah arah kebijakan ekonomi pemerintah terlihat, industri properti bisa bergerak. Tahun ini, harapannya properti kembali bergerak usai libur lebaran.

Kepastian yang muncul usai pemilu juga akan mendorong para pengembang properti kembali gencar menggarap proyek. Analis menilai pengembang akan kembali menggarap proyek yang ditujukan baik untuk end user maupun bagi investor.

Sejauh ini, pelaku usaha properti lebih memprioritaskan proyek untuk kalangan end user. Permintaan di segmen ini selalu ada dan tidak terpengaruh sentimen pemilu. “Pada intinya, kenaikan permintaan dari calon pembeli end user dan investor jadi sinyal yang positif di sektor properti,” kata Aurellia.

Setali tiga uang, analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano bilang, emiten properti dapat kembali melirik peluang menggarap proyek ruko dan apartemen di semester II-2019. Kedua jenis bangunan ini secara historis memang sangat diminati oleh pembeli dari kalangan investor.

Namun, perlu diingat, karena mayoritas investor properti sempat bersikap wait and see sebelum pemilu, industri apartemen masih mengalami oversupply. Dalam hal ini, masih banyak ruang atau unit apartemen dari emiten properti yang belum terjual.

“Harga apartemen sulit naik secara signifikan kalau kondisinya masih oversupply,” jelas Victor, Jumat (26/4).

Sementara penjualan rumah tapak sebenarnya cukup stabil di tahun politik. Selain didukung oleh kebutuhan akan tempat tinggal, ekspektasi stabilnya tingkat suku bunga acuan di tahun ini menjadi katalis positif bagi industri rumah tapak.

Victor menambahkan, kemungkinan permintaan yang lebih tinggi untuk rumah tapak akan datang di tahun depan bila suku bunga acuan Indonesia benar-benar turun.

Analis JP Morgan Sekuritas Indra Cahya menambahkan, untuk saat ini pengaruh terbatasnya ruang kenaikan suku bunga acuan lebih terasa pada pergerakan saham-saham di sektor properti.

Sebagai gambaran, indeks sektor properti telah tumbuh 8,10% secara year to date (ytd) hingga Jumat (26/4). Bahkan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) telah mencatat kenaikan harga saham hingga 42,86% (ytd) hingga akhir pekan lalu.

Namun, dari sisi marketing sales atau pendapatan pra penjualan, Victor menilai pertumbuhannya masih mini di tahun ini. Kembali lagi, selain masih adanya potensi oversupply di pasar apartemen, waktu bagi emiten untuk menggenjot angka marketing sales cenderung terbatas.

Pasalnya, ekspansi baru bisa dilakukan pada semester II atau saat permintaan properti benar-benar meningkat. “Waktu yang tersedia di tahun ini hanya cukup untuk sekadar memenuhi target marketing sales masing-masing emiten,” kata Victor.

Sekadar catatan, tahun lalu emiten properti cenderung kesulitan merealisasikan target marketing sales. Hanya PT Alam Sutera Tbk (ASRI) yang mampu mencetak marketing sales di atas target.

Perusahaan properti pengembang kawasan Alam SUtera ini berhasil mengantongi marketing sales Rp 4,3 triliun dari target awal Rp 4 triliun.

Kendati demikian, perusahaan properti juga perlu memperhatikan beban keuangannya. Ambil contoh, ASRI masih menanggung utang berdenominasi valuta asing yang jatuh tempo pada 2020 sebesar US$ 230 juta.

Sebenarnya sah-sah saja bila emiten properti mengandalkan utang dalam ekspansi. "Tetapi tetap perlu dicermati apakah ekspansi yang didanai oleh utang dapat dimonetisasi dengan cepat,” ujar Aurellia.

Aurellia merekomendasikan SMRA sebagai saham unggulan di sektor properti untuk tahun ini. Ia merekomendasikan beli dengan target Rp 1.550 per saham.

Ini lantaran pengembang kawasan Kelapa Gading ini sudah menetapkan fokus untuk lebih banyak menjual properti di segmen menengah ke bawah. Potensi permintaan segmen ini masih besar.

Victor juga menjagokan SMRA dari sisi kinerja. Namun, ASRI dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) juga patut dilirik lantaran valuasi harganya masih menarik.

Tak ketinggalan, Indra turut menjadikan SMRA sebagai favorit. Ia menyarankan overweight saham emiten tersebut dengan target harga Rp 1.300 per saham.

Bagikan

Berita Terbaru

Setoran PNBP TINS Meningkat di Kuartal III
| Kamis, 20 November 2025 | 07:25 WIB

Setoran PNBP TINS Meningkat di Kuartal III

TINS tidak hanya menjalankan peran sebagai penghasil produk mineral strategis, tetapi juga memastikan  dampak nyata bagi negara.

DEPO Siapkan Strategi Bisnis di Tahun 2026
| Kamis, 20 November 2025 | 07:22 WIB

DEPO Siapkan Strategi Bisnis di Tahun 2026

Perseroan melihat momentum ini sebagai peluang untuk meningkatkan penjualan ritel bahan bangunan, sekaligus memperluas basis pelanggan.

Ubah Skema Pembayaran, Angkat Beban Pertamina & PLN
| Kamis, 20 November 2025 | 07:16 WIB

Ubah Skema Pembayaran, Angkat Beban Pertamina & PLN

Kebijakan ini barang tentu bisa memperbaiki arus kas Pertamina dan PLN, sekaligus mengurangi beban pembiayaan jangka pendek.

Bisnis Banyak Tantangan, United Tractors Tbk (UNTR) Revisi Target Penjualan
| Kamis, 20 November 2025 | 07:13 WIB

Bisnis Banyak Tantangan, United Tractors Tbk (UNTR) Revisi Target Penjualan

Ekspansi pada sektor pertambangan emas dan nikel maupun EBT akan jadi fokus UNTR ke depan lantaran memberikan ketahanan terhadap siklus batubara.

Saham Legendaris Masih Laris Manis
| Kamis, 20 November 2025 | 07:06 WIB

Saham Legendaris Masih Laris Manis

Dalam sebulan terakhir, saham-saham legendaris yang dulu jadi primadona di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbang tinggi.

Pertamina Konsolidasi Anak Usaha Lewat Danantara
| Kamis, 20 November 2025 | 07:04 WIB

Pertamina Konsolidasi Anak Usaha Lewat Danantara

Konsolidasi anak usaha Pertamina menyasar sektor rumah sakit, perhotelan, maskapai penerbangan dan asuransi.

Konsumen Menahan Belanja, Kinerja ACES Terancam Tertekan
| Kamis, 20 November 2025 | 07:00 WIB

Konsumen Menahan Belanja, Kinerja ACES Terancam Tertekan

Pendapatan ACES hanya meningkat tipis 1,69% yoy menjadi Rp 6,33 triliun. Laba bersih malah turun 16,21% yoy menjadi Rp 481,09 miliar.

Red Planet Melanjutkan Revitalisasi Jaringan Hotel
| Kamis, 20 November 2025 | 06:59 WIB

Red Planet Melanjutkan Revitalisasi Jaringan Hotel

Revitalisasi dilakukan bertahap guna memastikan kualitas renovasi sekaligus meminimalkan gangguan terhadap operasional.

Bea Keluar Tambah Biaya Produsen Batubara
| Kamis, 20 November 2025 | 06:56 WIB

Bea Keluar Tambah Biaya Produsen Batubara

Mereka menganggap kebijakan fiskal tersebut akan memengaruhi iklim bisnis sektor batubara dalam negeri.

 Bersiap Menampung Minyak AS 15 Juta Barel
| Kamis, 20 November 2025 | 06:53 WIB

Bersiap Menampung Minyak AS 15 Juta Barel

Mulai Desember, pemerintah akan impor minyak mentah dari Amerika Serikat sesuai kesepakatan dagang hasil negosiasi tarif resiprokal

INDEKS BERITA

Terpopuler