Permintaan Layanan Kesehatan Naik, Hermina dan Mitra Keluarga Ekspansi Rumahsakit

Kamis, 17 Januari 2019 | 08:15 WIB
Permintaan Layanan Kesehatan Naik, Hermina dan Mitra Keluarga Ekspansi Rumahsakit
[]
Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Dian Pertiwi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengelola rumahsakit melanjutkan ekspansi seiring meningkatnya permintaan layanan kesehatan pada tahun ini. Kombinasi pertumbuhan organik dan anorganik (akuisisi) menjadi pilihan para pengelola rumahsakit.

PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), misalnya, berencana menambah empat rumahsakit lagi. Direktur Keuangan PT Medikaloka Hermina Tbk, Aristo Setiawidjaja, mengatakan sejauh ini belum ada perubahan rencana ekspansi, yakni tetap menambah empat rumahsakit baru di sepanjang tahun ini.

Selain di Jawa, pengembang rumahsakit Hermina ini akan memperkuat pasar di luar Jawa. Dari rencana membangun empat rumahsakit, Hermina akan membangun dua rumahsakit di Sulawesi, satu rumahsakit di Sumatra dan satu lagi di Jawa. "Kami akan membangun tiga rumahsakit baru, sementara satu lagi mungkin akan akuisisi," ungkap Aristo saat dihubungi KONTAN, Selasa (15/1).

Hermina menyiapkan dana belanja modal Rp 700 miliar yang berasal dari pinjaman senilai Rp 450 miliar dan kas internal Rp 250 miliar. Nilai investasi untuk membangun satu rumahsakit anyar sekitar Rp 110 miliar. Sedangkan akuisisi berkisar Rp 90 miliar hingga Rp 100 miliar. "Biaya tersebut sudah termasuk scale up rumahsakit yang diakuisisi apabila diperlukan supaya sesuai standar Hermina," kata Aristo.

Manajemen Hermina akan memakai sisa dana belanja modal untuk menambah alat medis, menambah tempat tidur dan perawatan. Untuk tempat tidur, Aristo bilang, Hermina akan menambah sebanyak 200 tempat tidur.

PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) juga berencana meresmikan dua rumahsakit baru pada April tahun ini.

Investor Relation PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk, Aditya Widjaja, menyebutkan pembangunan fisik rumahsakit sudah rampung, namun masih terganjal izin operasional dari pemerintah. "Kami berharap operasional rumahsakit bisa dilakukan Maret atau April nanti," ujar dia.

Aditya merinci lokasi kedua rumahsakit tesebut berada di Bintaro (Jakarta) dan Jatiasih (Bekasi). Rumahsakit di Jatiasih akan menggunakan secondary name, yaitu RS Mitra Keluarga Pratama. Penambahan nama Pratama bertujuan diferensiasi dengan RS Mitra Keluarga lain yang lebih premium.

Sejatinya, RS Mitra Keluarga Pratama memiliki kapasitas di bawah RS Mitra Keluarga yaitu hanya berkapasitas 100 tempat tidur. Layanan dokter spesialisasi juga tidak terlalu banyak. "Jadi, lebih pada basic service," ungkap Aditya.

Berdasarkan catatan KONTAN, untuk membangun rumahsakit di Bintaro, MIKA mengeluarkan investasi berkisar Rp 250 miliar hingga Rp 270 miliar, termasuk alat-alat kesehatan dan pengadaan tanah. Sedangkan investasi rumahsakit di Jatiasih sebesar Rp 80 miliar - Rp 100 miliar.

Mengenai rencana akuisisi rumahsakit, Aditya menyebutkan, pihaknya masih melakukan proses negosiasi terhadap dua rumahsakit. Manajemen Mitra Keluarga menargetkan proses akuisisi dua rumahsakit tersebut bisa terealisasi pada Maret atau April tahun ini. Dengan demikian, Mitra Keluarga dapat segera mengumumkannya ke publik. Dengan menambah empat rumahsakit baru, Mitra Keluarga bakal mengoperasikan total 24 rumahsakit.

 

Bagikan

Berita Terbaru

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:07 WIB

Pertebal Portofolio, Saratoga (SRTG) Siapkan Dana US$ 150 Juta

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membidik sejumlah perusahaan potensial untuk didanai pada tahun 2025 ini. 

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah
| Kamis, 23 Januari 2025 | 09:03 WIB

Berbenah, Prospek Saham GOTO Berpotensi Merekah

Pemulihan kinerja dan bisnis on demand service mendorong prospek harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:31 WIB

Menangkap Peluang Mengoleksi Emas Saat Harga Terkoreksi

Di jangka pendek ada peluang harga emas terkoreksi. Data-data inflasi Amerika Serikat menunjukkan pelambatan

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:26 WIB

Langkah Konsolidasi Akan Berlanjut, Taji KPR Syariah Bank BTN (BBTN) Kian Kuat

Ketimbang IPO entitas hasil merger UUS BTN Syariah dan Bank Victoria Syariah, BBTN membuka peluang untuk mengakuisisi bank syariah lain.

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD
| Kamis, 23 Januari 2025 | 08:09 WIB

Tarik Minat Masyarakat di Program 3 Juta Rumah, Kementerian BUMN Gunakan Konsep TOD

Pemerintah akan menyisir dan mendata developer nakal agar tidak bisa berpartisipasi dalam Program Tiga Juta Rumah. 

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:53 WIB

Diam-Diam Sahamnya Sudah Terbang 45%, SMKL Rupanya Berkongsi dengan Perusahaan China

PT Satyamitra Kemas Lestari Tbk (SMKL) dan Ghuangzhou Yi Song berkongsi masuk ke bisnis paper pulp mold. ​

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:41 WIB

PK Ditolak, Subagio Wirjoatmodjo Mesti Melepas Kepemilikannya di Trimata Benua

Data terbaru menunjukkan, kepemilikan Subagio Wirjoatmodjo di perusahaan batubara PT Trimata Benua sebanyak 25 persen.

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:02 WIB

Gara-Gara Perintah Donald Trump, Arus Masuk Dana ke Obligasi Domestik Tersendat

Peluang pemangkasan suku bunga acuan alias BI rate dapat mendukung valuasi yield obligasi domestik. 

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder
| Kamis, 23 Januari 2025 | 07:00 WIB

Bank Indonesia Siap Borong SBN di Pasar Sekunder

Langkah borong SBN oleh Bank Indonesia sebagai bentuk dukungan bank sentral terhadap program ekonomi pemerintah.

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik
| Kamis, 23 Januari 2025 | 06:45 WIB

Indonesia Menawarkan Investasi Baterai Listrik

Pada September nanti Indonesia secara keseluruhan bisa memenuhi standar besar seperti Exponential Moving Average (EMA).

INDEKS BERITA

Terpopuler