Perusahaan Negara Sakit Akut Bakal Ditutup

Rabu, 10 Januari 2024 | 05:00 WIB
Perusahaan Negara  Sakit Akut Bakal Ditutup
[ILUSTRASI. Menteri BUMN Erick Thohir berbincang dengan media di Jakarta, Rabu (3/5/2023).]
Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengisyaratkan bakal kembali menutup perusahaan pelat merah yang sakit.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo menyatakan saat ini pihaknya masih menunggu perkembangan dari hasil evaluasi PT Perusahaan Pengalolaan Aset (PPA).

"Kalau bisa diperbaiki, ya diperbaiki, kalau enggak bisa, akan kami tutup. Tapi kami lihat sampai sembilan bulan ini, seperti apa hasilnya," ungkap Tiko, panggilan akrab Kartika Wirjoatmojo ditemui usai laporan kinerja Id Food 2023, Senin (8/1).

Meski begitu, Kementerian BUMN tidak menjelaskan secara mendetail berapa banyak BUMN yang akan ditutup. "Saat ini belum ada, masih kami  kaji," ungkap Tiko.
Berdasarkan catatan KONTAN, saat ini masih ada 15 BUMN yang masih menjadi "pasien" PPA dan sedang dikaji untuk penanganannya.

Ke-15 BUMN itu adalah PT Amarta Karya, PT Barata Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT Djakarta Lloyd, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT Industri Kapal Indonesia. Kemudian ada PT Indah Karya, PT Industri Telekomunikasi Indonesia, PT Semen Kupang, PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam, Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), PT Primissima, PT Varuna Tirta Prakasya dan PT PANN Pembiayaan Maritim (anak usaha PT PANN).

Kementerian BUMN memang ingin memaksimalkan kinerja BUMN dengan menutup beberapa anak usaha yang tidak bekerja dengan baik.
Hingga akhir 2023, Kementerian BUMN telah menutup tujuh BUMN bermasalah. Ketujuh perusahaan pelat merah itu antara lain PT Iglas, PT Industri Sandang Nusantara, PT Istaka Karya, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces dan PT Merpati Nusantara Airlines.

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menilai, rencana penutupan BUMN yang bermasalah membuktikan kinerja Kementerian BUMN masih jauh dari ideal.
Dalam kondisi seperti ini, tugas Kementerian BUMN adalah menyelamatkan BUMN yang sedang sakit dengan berbagai skema, alih alih melakukan penutupan. "Kalau sampai banyak yang ditutup, implikasinya bisa ke kepercayaan investor yang ingin kerja sama dengan BUMN karena ketidakpastian kebijakan, dan performa BUMN yang bermasalah," kata dia, Selasa (9/1).

Selain itu, banyaknya BUMN bermasalah berakibat pada tekanan, kreditur, vendor maupun kontraktor proyek yang terlibat dalam operasional BUMN.
Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute, Achmad Yunus berpendapat, sebelum menutup BUMN, Kementerian BUMN perlu melihat dulu sektor usaha beberapa BUMN tersebut. "Apakah masuk kategori penting bagi negara dan menyangkut hajat hidup orang banyak atau tidak," kata dia.
Jika masuk kategori penting, maka negara tidak bisa membubarkan begitu saja. "Karena ada tanggung jawab negara terhadap sektor industri tersebut," ucap dia.     

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Setoran Pajak Digital Capai Rp 39 Triliun
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 09:14 WIB

Setoran Pajak Digital Capai Rp 39 Triliun

Jumlah setoran dari sektor usaha ekonomi digital ke kas negara telah mencapai Rp 34,91 triliun hingga Maret 2025

Kinerja Duet AMRT dan MIDI Masih Berkilau
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 09:08 WIB

Kinerja Duet AMRT dan MIDI Masih Berkilau

Penjualan dan laba PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) kompak menanjak.

Plafon Pinjaman Himbara ke Kopdes Hingga Rp 5 Miliar
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 09:07 WIB

Plafon Pinjaman Himbara ke Kopdes Hingga Rp 5 Miliar

Pinjaman dari himpunan bank milik negara (Himbara) akan digunakan sesuai kebutuhan untuk pengembangan Kopdes Merah Putih

Masih Diliputi Tekanan, Simak Rekomendasi Saham Grup Adaro
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 09:05 WIB

Masih Diliputi Tekanan, Simak Rekomendasi Saham Grup Adaro

Analis masih mempertahankan rekomendasi beli saham-saham Grup Adaro, tapi memangkas target harga sahamnya

Penjualan Ritel Tertahan Imbas Naiknya Pengangguran dan Tekanan Kelas Menengah
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 09:00 WIB

Penjualan Ritel Tertahan Imbas Naiknya Pengangguran dan Tekanan Kelas Menengah

Selain fesyen, ritel yang menjual produk-produk fast moving consumber goods seperti kebutuhan pokok, penjualannya juga turun.

Kinerja Telkom (TLKM) Masih Landai, Tapi Potensi Dividennya Menarik
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:54 WIB

Kinerja Telkom (TLKM) Masih Landai, Tapi Potensi Dividennya Menarik

Potensi dividen yang lebih besar dan rencana buyback menjadi katalis positif bagi saham Telkom Indonesia (TLKM).

Profit 32,85% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah Lagi (3 Mei 2025)
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:48 WIB

Profit 32,85% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Melemah Lagi (3 Mei 2025)

Harga emas Antam hari ini (3 Mei 2025) 1 gram Rp 1.902.000. Di atas kertas pembeli setahun lalu bisa untung 32,85% jika menjual hari ini.

Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Awal Mei 2025 71%
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:47 WIB

Tingkat Kepatuhan Formal Wajib Pajak Awal Mei 2025 71%

Catatan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu), hingga 2 Mei 2025, pelaporan SPT mencapai 14,07 juta.​

Inflasi Dibayangi Kenaikan Harga Non Pangan
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:42 WIB

Inflasi Dibayangi Kenaikan Harga Non Pangan

Inflasi bulanan April 2025 tercatat sebesar 1,17% dan inflasi tahunan April 2025 tercatat sebesar 1,95%, 

Anjuran Migrasi e-SIM oleh Komdigi, ini Efeknya Bagi Pelita Teknologi Global (CHIP)
| Sabtu, 03 Mei 2025 | 08:27 WIB

Anjuran Migrasi e-SIM oleh Komdigi, ini Efeknya Bagi Pelita Teknologi Global (CHIP)

PT Pelita Teknologi Global Tbk (CHIP) memulai operasional salah satunya dengan memproduksi dan memprogram sistem operasi kartu SIM.

INDEKS BERITA

Terpopuler