Produksi Karet Jeblok, Ekspor ikut Melorot

Jumat, 02 Agustus 2019 | 06:38 WIB
Produksi Karet Jeblok, Ekspor ikut Melorot
[]
Reporter: Kenia Intan, Vendi Yhulia Susanto | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri karet nasional tengah dirundung masalah akibat penurunan produksi yang cukup signifikan.

Tak pelak, ekspor karet Indonesia juga ikut melorot.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo), Moenarji Soedargo, mengatakan terjadi penurunan ekspor karet secara signifikan, yakni sebesar 200.000 ton.

Ini kali pertama bagi industri karet Indonesia mengalami penurunan ekspor hingga ratusan ribu ton.

Pemicu penurunan produksi lantaran tanaman karet mengalami gugur daun secara berulang dalam periode yang panjang, bahkan di luar periode gugur daun alami.

Di sisi lain, pada saat harga karet sedang turun, kebun karet terserang penyakit.

Pemerintah menyebutkan lebih dari 381.000 hektare (ha) perkebunan karet terserang penyakit gugur daun akibat cendawan Pestalotiopsis sp.

Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan petani gagal panen dan produksi turun.

Enam provinsi sentra kebun karet terdeteksi terkena penyakit tersebut, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

"Per 16 Juli, perkebunan karet di enam provinsi yang terserang penyakit seluas 381.900 ha atau 10% dari total perkebunan karet yang seluas 3,6 juta ha," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, Rabu (24/7).

Kementerian Pertanian memprediksikan produksi karet Indonesia secara nasional pada tahun ini turun minimal 15% akibat kejadian tersebut.

Adapun eskalasi dan intensitas serangan penyakit gugur daun ini meningkat drastis sejak tahun 2017.

Dari data Kementerian Pertanian, perkebunan karet Indonesia didominasi perkebunan rakyat yang mencapai 85% dan menciptakan lapangan kerja bagi 2,5 juta keluarga dengan rata-rata luas kepemilikan 1,25 ha.

Adapun volume ekspor karet Indonesia mencapai 2,99 juta ton atau senilai US$ 5,10 miliar.

Berdampak ke PSDN

Penurunan produksi karet nasional berdampak pada kinerja PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN).

Direktur Keuangan PSDN, Lie Sukiantono Budinarta, menyebutkan mereka sudah merasakan gejala penurunan, hanya saja dampaknya akan benar-benar terasa pada semester II 2019.

Hingga semester pertama tahun ini, volume penjualan ekspor karet Prasidha Aneka Niaga mencapai 21,26 juta kilogram (kg). Jumlah ini naik tipis 1,8% year on year (yoy) dari posisi sebelumnya yang sebesar 20,88 juta kg.

Akibat pasokan menurun, Lie memprediksi ekspor karet PSDN akan ikut menurun sebesar 15% pada semester II 2019.

Dampaknya akan terasa sebab sebagian besar penjualan karet PSDN untuk pasar ekspor.

Mengacu laporan tahunan perusahaan, ekspor karet Prasidha Aneka menyasar beberapa negara seperti Korea Selatan, Belanda, Jerman dan Amerika Serikat.

"Kami harus pandai menjalin hubungan dengan para pemasok agar mendapatkan bahan baku atau slab," ungkap Lie kepada KONTAN, Kamis (1/8).

PSDN mengharapkan, dengan mencari bahan baku langsung ke sentra produksi karet dan menjalin hubungan dengan pemasok bahan baku, mereka bisa mendapatkan bahan baku untuk menghadapi kelesuan pasar ekspor karet.

Bagikan

Berita Terbaru

Bidik Pertumbuhan Kinerja 20%, SMIL Genjot Bisnis Forklift Listrik
| Sabtu, 13 September 2025 | 09:31 WIB

Bidik Pertumbuhan Kinerja 20%, SMIL Genjot Bisnis Forklift Listrik

Pada 2029 diharapkan 3 dari 4 forklift milik PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) akan menggunakan teknologi listrik.

Saat Bisnis Masih Lesu, Dana Jumbo Rp 200 Triliun Mengalir
| Sabtu, 13 September 2025 | 08:43 WIB

Saat Bisnis Masih Lesu, Dana Jumbo Rp 200 Triliun Mengalir

Menakar efek pengucuran dana pemerintah senilai Rp 200 triliun ke pasar saham domestik. Sektor mana paling terdampak positif?

Intip Racikan Reksadana Saham Jawara Bulan Agustus
| Sabtu, 13 September 2025 | 08:36 WIB

Intip Racikan Reksadana Saham Jawara Bulan Agustus

Hingga akhir Agustus 2025, reksadana saham mencetak return tertinggi dibandingkan produk reksadana lain, yakni 2,85% secara bulanan.

Kawasan Industri Jadi Salah Satu Motor Pendapatan AKRA
| Sabtu, 13 September 2025 | 08:16 WIB

Kawasan Industri Jadi Salah Satu Motor Pendapatan AKRA

Kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur mulai memberikan kontribusi signifikan untuk PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)

Danantara Harus Transparan, Berkaca Krisis Pertamina 1975 yang Nyaris Bangkrutkan RI
| Sabtu, 13 September 2025 | 07:58 WIB

Danantara Harus Transparan, Berkaca Krisis Pertamina 1975 yang Nyaris Bangkrutkan RI

Pertamina hingga tahun 1975 bak kerajaan pribadi, tidak ada transparansi, tidak mempublikasikan neraca keuangan, utang menggunung.

 Kinerja Pembiayaan Modal Kerja Multifinance Tampil Menawan
| Sabtu, 13 September 2025 | 07:20 WIB

Kinerja Pembiayaan Modal Kerja Multifinance Tampil Menawan

Pembiayaan modal kerja tampil sebagai motor penggerak utama pertumbuhan piutang, meski kecepatan ekspansi industri secara keseluruhan menurun.​

Jangan Lupakan Dapur
| Sabtu, 13 September 2025 | 07:05 WIB

Jangan Lupakan Dapur

Gejolak pangan dari sisi harga dan pasokan bisa mendorong masyarakat menggulung lengan baju menuntut perhatian lebih nyata.

Penyebab Kegagalan Digitalisasi Pertanian
| Sabtu, 13 September 2025 | 07:00 WIB

Penyebab Kegagalan Digitalisasi Pertanian

Terjadinya kegagalan digitalisasi pertanian karena mereka menyalin sistem dari digitalisasi transportasi.

Limpahan Dana Pemerintah Rp 200 Triliun ke Bank Tak Berguna Bila Tak Jadi Kredit
| Sabtu, 13 September 2025 | 07:00 WIB

Limpahan Dana Pemerintah Rp 200 Triliun ke Bank Tak Berguna Bila Tak Jadi Kredit

Pemerintah mulai mengalihkan dana dari Bank Indonesia (BI) senilai Rp 200 triliun ke bank milik Danantara.​

Bunga Kredit Perbankan Mulai Turun
| Sabtu, 13 September 2025 | 06:35 WIB

Bunga Kredit Perbankan Mulai Turun

Sejumlah bank mengaku sudah mulai menurunkan bunga kredit, seiring penurunan suku bunga acuan yang sudah 1% tahun inii menjadi 5%. ​

INDEKS BERITA

Terpopuler