Prospek Alam Sutera (ASRI) Dibayangi Ketidakpastian Penjualan Lahan

Rabu, 01 Mei 2019 | 06:30 WIB
Prospek Alam Sutera (ASRI) Dibayangi Ketidakpastian Penjualan Lahan
[]
Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investors Service kembali menegaskan peringkat PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) di B2. Peringkat ini sekaligus berlaku untuk obligasi global tanpa jaminan yang dikeluarkan oleh anak usaha perusahaan, Alam Synergy Pte Ltd. Prospek Alam Sutera juga masih tetap negatif. 

Menurut Moody's, peringkat ini mencerminkan kinerja pra penjualan Alam Sutera masih sehat. Namun, prospek Alam Sutera tetap negatif lantaran masih ada ketidakpastian atas penjualan lahan perusahaan ke China Fortune Land Development Co Ltd (CFLD). 

Seperti diketahui, emiten ini memiliki kontrak penjualan lahan seluas 500 hektare (ha) dengan CFLD sejak 2017 hingga 2021. "Terakhir kali, ada keterlambatan pembayaran sekitar Rp 500 miliar untuk lahan yang dibeli di tahun 2018," ujar Jachinta Poh, analis Moody's, Rabu (1/5).

Pada kuartal pertama tahun ini, Alam Sutera berhasil mencetak marketing sales sebesar Rp 850 miliar dan Rp 34 miliar dari penjualan tanah ke CFLD. Moody's berharap target marketing sales Alam Sutera di tahun ini bisa tercapai, dengan pra penjualan inti sebesar Rp 2,5 triliun dan sekitar Rp 500 miliar dari penjualan tanah ke CFLD. 

Jika target itu tercapai, maka utang/homebuilding EBITDA Alam Sutera akan mencapai 4,5 kali dan homebuilding EBIT/biaya bunga sekitar 2,5 kali. Angka itu masih masuk di ambang batas peringkat B2. Namun, sebaliknya, jika penjualan tanah ke CFLD gagal, maka, rasio ini akan melemah menjadi 5 kali pada 2019 dan 6 kali pada 2020.

Di sisi lain, risiko pembiayaan utang Alam Sutera dalam setahun ke depan, bisa diatasi dengan penerbitan obligasi. Namun, profil jatuh tempo utang tetap pendek, yakni sekitar 2,5 tahun. Perusahaan berencana menggunakan sebagian dana obligasi yang jatuh tempo pada 2022 untuk menebus obligasi tahun 2020 sebesar US$ 73 juta. 

Mengingat prospek Alam Sutera masih negatif, Moody's menilai peningkatan peringkat tidak mungkin terjadi dalam rentang 12-18 bulan ke depan.

Meski demikian, outlook Alam Sutera bisa kembali stabil jika perusahaan berhasil membiayai kembali obligasi tahun 2020 sebesar US$ 73 juta, terus menjalankan rencana bisnisnya, khususnya, penjualan tanah ke
CFLD. 

Selain itu, outlook bisa naik jika perusahaan bisa mempertahankan metrik keuangan yang stabil dengan utang/homebuilding EBITDA di bawah 5 kali dan adjusted homebuilding EBIT / beban bunga di atas 2 kali. 

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja
| Selasa, 04 November 2025 | 19:18 WIB

Berusaha Tetap Bertahan Kini Karyawan Indofarma (INAF) Hanya Tersisa 21 Orang Saja

Setelah anak usahanya, PT Indofarma Global Medika pailit, Indofarma (INAF) mencoba tetap bertahan dengan melaksanakan pengurangan karyawan.

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh
| Selasa, 04 November 2025 | 19:09 WIB

Era Keemasan Ekspor Batubara Indonesia ke Tiongkok Kian Menjauh

Industri batubara Indonesia kini perlu bersiap-siap dengan risiko bisnis besar sejalan dengan turunnya ekspor ke Tiongkok.

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain
| Selasa, 04 November 2025 | 16:38 WIB

Bitcoin Volatil Ekstrem, Berikut Alternatif Koin Crypto Lain

Ethereum (ETH) berada dalam watchlist karena dijadwalkan meluncurkan upgrade besar bernama Fusaka ke mainnet pada 3 Desember 2025.

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh
| Selasa, 04 November 2025 | 14:57 WIB

Prabowo Akan Siapkan Rp 1,2 Triliun Per Tahun Buat Bayar Utang Whoosh

Prabowo tekankan tidak ada masalah pembayaran utang Whoosh, namun belum jelas sumber dana dari APBN atau dari BPI Danantara.

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR
| Selasa, 04 November 2025 | 09:09 WIB

Faktor Biaya dan Kurs Rupiah Membebani Mayora, Begini Proyeksi Arah Saham MYOR

Hingga akhir 2025 MYOR menargetkan laba bersih sebesar Rp 3,1 triliun atau cuma naik sekitar 0,8% dibandingkan tahun lalu.​

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru
| Selasa, 04 November 2025 | 08:49 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) Meluncurkan Tiga Indeks Baru

Investor diharapkan bisa berinvestasi pada saham profit tinggi, valuasi harga dan volatilitas rendah.

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian
| Selasa, 04 November 2025 | 08:45 WIB

Investasi Saham dan Efek Buntung, Saratoga Investama Sedaya (SRTG) Cetak Kerugian

Saratoga juga mencatat kerugian bersih atas instrumen keuangan derivatif lainnya Rp 236 juta per 30 September 2025.

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah
| Selasa, 04 November 2025 | 08:16 WIB

Invesco dan Allianz Konsisten Borong Saham UNTR Hingga Oktober, Blackrock Beda Arah

Sepanjang Oktober 2025 investor asing institusi lebih banyak melakukan pembelian saham UNTR ketimbang mengambil posisi jual.

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit
| Selasa, 04 November 2025 | 08:02 WIB

Penjualan Nikel Melejit, Laba PAM Mineral (NICL) Tumbuh Tiga Digit

PT PAM Mineral Tbk (NICL) meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih per kuartal III-2025 di tengah tren melandainya harga nikel global.

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025
| Selasa, 04 November 2025 | 07:52 WIB

Laba Emiten Farmasi Masih Sehat Sampai Kuartal III-2025

Mayoritas emiten farmasi mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba di periode Januari hingga September 2025.

INDEKS BERITA

Terpopuler