Sinyal Bakal Intervensi? BOJ dan Pemerintah Jepang Prihatin dengan Depresiasi Yen

Jumat, 10 Juni 2022 | 16:30 WIB
Sinyal Bakal Intervensi? BOJ dan Pemerintah Jepang Prihatin dengan Depresiasi Yen
[ILUSTRASI. FILE PHOTO: Uang kertas dolar AS dan yen Jepang. 22 Juni 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo]
Reporter: Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Pemerintah dan bank sentral Jepang pada Jumat menyatakan keprihatinan mereka atas penurunan nilai tukar yen yang drastis baru-baru ini. Pernyataan bersama tentang yen yang amat jarang itu merupakan peringatan terkuat bahwa Tokyo kemungkinan melakukan intervensi untuk menopang yen yang telah jatuh ke titik terendahnya selama 20 tahun terakhir. 

Setelah menggelar pertemuan dengan mitranya dari Bank of Japan (BOJ), pejabat pemerintah Jepang Masato Kanda mengatakan bahwa Tokyo akan "merespons secara fleksibel dengan semua opsi di atas meja."

Dia menolak mengatakan apakah Tokyo bisa bernegosiasi dengan negara lain untuk bersama-sama masuk ke pasar.

G7, di mana Jepang menjadi anggotanya, pernah memiliki kebijakan untuk melepas nilai tukar masing-masing ke pasar. Tetapi kelompok tersebut kerap melakukaan koordinasi dalam menanggapi pergerakan mata uang masing-masing. G7 menganggap pergerakan nilai tukar yang berlebihan dan tidak teratur dapat mengganggu pertumbuhan.

Baca Juga: Pasokan Berlimpah Saat Pasar Lesu, Margin Nafta Asia Rontok ke Titik Terendah

"Kami telah melihat penurunan tajam yen dan khawatir tentang pergerakan pasar mata uang baru-baru ini," demikian pernyataan bersama dari Kementerian Keuangan, BOJ dan Lembaga Jasa Keuangan yang dirilis setelah pertemuan eksekutif pada Jumat.

Pejabat yang mewakili ketiga institusi kadang-kadang bertemu untuk memberi sinyal kepada pasar bahwa mereka waspada terhadap pergerakan pasar yang tajam. Tetapi jarang bagi mereka untuk mengeluarkan pernyataan bersama dengan peringatan eksplisit atas pergerakan mata uang.

Nilai tukar dolar terhadap yen turun 0,70% menjadi 133,41 setelah pernyataan tersebut.

"Tokyo bisa melakukan intervensi jika yen merosot di bawah 135 terhadap dolar dan mulai jatuh bebas. Saat itulah Tokyo benar-benar perlu turun tangan," kata Atsushi Takeda, kepala ekonom di Itochu Economic Research Institute di Tokyo.

"Tapi Washington tidak akan bergabung jadi itu akan menjadi intervensi tunggal. Bagi Amerika Serikat, benar-benar tidak ada gunanya bergabung dengan Tokyo untuk intervensi."

Tidak seperti bank sentral di negara besar lain, BOJ berulang kali menyatakan komitmen untuk mempertahankan suku bunga rendah. Aset keuangan Jepang pun menjadi kurang menarik bagi investor.

Divergensi kebijakan yang meningkat itu mengirim yen turun ke kisaran 135,20 yang dicapai pada 31 Januari 2002. Penembusan melewati itu akan menjadi yang terendah sejak Oktober 1998.

Baca Juga: Tesla Membatalkan Acara Rekrutmen Online di China untuk Bulan Ini

"Apa yang berpotensi memperlambat laju depresiasi adalah perubahan kebijakan tetapi saat ini sepertinya tidak ada indikasi bahwa Bank of Japan mengkhawatirkan inflasi atau dampak dari pelemahan yen terhadap hal itu," kata Moh Siong Sim, seorang ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.

"Ini (pernyataan bersama) lebih merupakan intervensi verbal dan saya tidak yakin apakah itu akan menjadi tindakan apa pun dan tidak akan berdampak pada yen," katanya, menambahkan bar untuk intervensi aktual dalam valuta asing. pasar tetap sangat tinggi.

Mengingat ketergantungan ekonomi yang besar pada ekspor, Jepang secara historis berfokus pada menahan kenaikan tajam dalam yen dan mengambil pendekatan lepas tangan pada penurunan yen.

Intervensi pembelian yen sangat jarang terjadi. Terakhir kali Jepang melakukan intervensi untuk mendukung mata uangnya adalah pada tahun 1998, ketika krisis keuangan Asia memicu aksi jual yen dan arus keluar modal yang cepat dari wilayah tersebut. Sebelumnya, Tokyo melakukan intervensi untuk mengatasi penurunan yen pada 1991-1992.

Bagikan

Berita Terbaru

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen
| Sabtu, 08 November 2025 | 11:08 WIB

Strategi Investasi David Sutyanto : Pilih Saham yang Rajin Membagi Dividen

Ia melakukan averaging down ketika dirasa saham tersebut masih punya peluang untuk membagikan dividen yang besar.

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:15 WIB

Rupiah Sepekan Terakhir Tertekan Risk Off dan Penguatan USD

Nilai tukar rupiah cenderung tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, meski menguat tipis di akhir minggu.

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:07 WIB

Bidik Popok hingga Tisu Sebagai Barang Kena Cukai

Ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 Tahun 2025 yang baru diterbitkan Kementerian Keuangan

Mengingat Iklim
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Mengingat Iklim

Pemerintah harusmulai ambil ancang-ancang meneruskan upaya mengejar target emisi nol bersih dan memitigasi perubahan iklim.

Phising, Ancaman Transaksi Digital
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:05 WIB

Phising, Ancaman Transaksi Digital

Teknologi yang canggih sekalipun tidak bisa melindungi masyarakat banyak jika kewaspadaan masih lemah.​

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:01 WIB

BI Rilis Instrumen Pasar Uang Anyar

Jika tak ada aral melintang, instrumen baru BI bernama BI floating rate note (BI-FRN).bakal terbit pada 17 November 2025 mendatang.

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri
| Sabtu, 08 November 2025 | 07:00 WIB

Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) Gali Potensi Panas Bumi Industri

Kupas strategi dan upaya bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi perusahaan energi bersih 

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:52 WIB

Kelas Menengah Juga Butuh Stimulus

Stimulus ekonomi yang telah digelontorkan pemerintah, dinilai belum cukup mendongrak perekonomian dalam negeri

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:50 WIB

Superbank Dikabarkan Bidik Dana IPO Rp 5,3 Triliun

Rumor terkait rencana penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) Super Bank Indonesia (Superbank) semakin menguat. ​

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober
| Sabtu, 08 November 2025 | 06:39 WIB

Masih Bisa Tekor Setelah Melesat di Oktober

Bank Indonesia mencatat posisi cadangan devisa akhir Oktober sebesar US$ 149,9 miliar               

INDEKS BERITA

Terpopuler