Berita Bisnis

Stagnan, Investasi Pertambangan 2019 Sekitar US$ 6,2 Miliar

Kamis, 10 Januari 2019 | 08:16 WIB
Stagnan, Investasi Pertambangan 2019 Sekitar US$ 6,2 Miliar

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tedy Gumilar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA

Nilai investasi di sektor mineral dan batubara (minerba) diperkirakan tak banyak berubah pada tahun ini. Direktorat Jenderal Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan investasi sepanjang tahun ini tak jauh berbeda dari target tahun lalu US$ 6,2 miliar.

Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan angka pasti target investasi belum ditetapkan. Sebab, pihaknya masih menunggu pembahasan Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB) yang baru selesai pada akhir Januari nanti. Namun, dia memastikan target tersebut tak jauh berbeda dari tahun lalu.

Alasannya, belum ada eksplorasi baru yang bernilai besar pada tahun ini. Dengan demikian, pola investasi masih sama seperti tahun sebelumnya yang mengandalkan replacement dari belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan. "Tahun ini mirip-mirip saja, karena belum ada eksplorasi baru yang besar-besaran," kata dia dalam paparan kinerja subsektor minerba di Kantor Ditjen Minerba, Rabu (9/1).

Adapun realisasi investasi minerba selama tahun lalu mencapai US$ 6,8 miliar, melampaui target yang sebesar US$ 6,2 miliar. Bambang mengatakan, investasi di subsektor minerba sangat ditentukan oleh rencana bisnis perusahaan minerba.

Faktor yang mempengaruhi, misalnya, jika terjadi perubahan RKAB atau ada penundaan operasional karena bermacam faktor seperti perizinan atau persoalan kontrak. "Ada beberapa variabel, seperti perubahan rencana atau perubahan karena izin atau kontrak," ujar Bambang.

Investasi minerba pada tahun ini bisa saja melonjak, misalnya, jika lelang wilayah tambang berhasil diselesaikan dan perusahaan bisa menggelar eksplorasi tambang baru. Namun, Bambang belum bisa memastikan kapan lelang wilayah tambang tersebut bisa rampung.

Kementerian ESDM juga belum bisa memastikan ada berapa jumlah wilayah tambang yang dilelang pada tahun ini. Yang jelas, pemerintah akan melanjutkan lelang empat Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) yang belum laku tahun lalu.

Keempat WIUPK itu adalah blok tambang nikel Latao di Kolaka Utara dengan luas 3.148 hektare, blok tambang nikel Suasua di Kolaka Utara seluas 5.899 ha, blok tambang nikel Kolonodale di Morowali Utara seluas 1.193 ha serta blok tambang batubara di Bungo seluas 826 ha.

Pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) juga menjadi faktor penting dalam mengerek investasi di sektor minerba. Tahun ini dua pembangunan smelter bisa tuntas.

Direktur Mineral Kementerian ESDM, Yunus Saifulhak menjelaskan, dari sejumlah proyek smelter baru yang bisa tuntas tahun ini di antaranya smelter milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Proyek ini berlokasi di Buli, Halmahera, Maluku Utara. Targetnya, smelter ini beroperasi sekitar Juni. Sementara smelter Antam di Wanatiara, Pulau Obi, ditargetken beroperasi pada akhir 2019. "Yang sudah pasti smelter Antam di Buli, beroperasi sekitar Juni, satu lagi mungkin bisa mepet Desember," kata dia.

Sepanjang tahun 2018, ada tambahan dua smelter nikel yang beroperasi, yakni milik PT Virtue Dragon (tahap 2) dan PT Bintang Smelter Indonesia (satu lini produksi). Hingga akhir tahun lalu, sudah ada 27 smelter yang beroperasi di wilayah Indonesia. Ketentuan pembangunan smelter mineral menjadi hal penting dalam kegiatan ekspor mineral mentah.

Terbaru