Surya Semesta (SSIA) Merampingkan Utang Sebelum Melanjutkan Ekspansi

Kamis, 14 Maret 2019 | 06:51 WIB
Surya Semesta (SSIA) Merampingkan Utang Sebelum Melanjutkan Ekspansi
[]
Reporter: Auriga Agustina | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sukses menyusutkan utang Rp 1,35 triliun di 2018 lalu. Tahun ini, perusahaan properti dan konstruksi ini akan kembali merampingkan utang.

Berdasarkan keterbukaan informasi pada Bursa Efek Indonesia (BEI) awal pekan ini, SSIA menjelaskan, liabilitas perusahaan ini turun menjadi Rp 3,02 triliun di akhir 2018 dari Rp 4,37 triliun di tahun sebelumnya.

Penyebabnya karena ada penurunan di beberapa pos utang. Misalnya, pinjaman bank jangka pendek turun Rp 541 miliar karena ada pelunasan pinjaman. Lalu, utang pajak susut Rp 382 miliar, yang sebagian besar berasal dari pembayaran utang pajak 2017 anak usaha.

SSIA juga memangkas utang bank jangka panjang Rp 226 miliar dengan cara membayar pokok pinjaman milik anak usahanya. Tahun ini, SSIA menargetkan pelunasan sejumlah utang perbankan.

Targetnya, utang bisa ditekan Rp 1,4 triliun. "Utang lebih mengecil di tahun ini karena akan ada pelunasan utang bank, terutama dari lini perhotelan," kata Presiden Direktur SSIA Johannes Suriadjaja awal pekan ini.

Namun, dia memperkirakan, utang SSIA tahun depan akan meningkat lagi jika pembangunan kawasan industri di wilayah Subang dimulai. Pembangunan untuk lahan seluas 2.000 hektare (ha) ini akan dimulai pada kuartal III-2019. "Untuk membangun awal 250 ha saja sudah perlu Rp 600 miliar," kata Johannes.

Untuk dananya, SSIA berencana melakukan refinancing. Perusahaan ini berniat menerbitkan obligasi Rp 500 miliar secara bertahap.

Dengan pelunasan utang, SSIA berharap kinerja laba 2019 lebih baik. Namun, dia belum bisa memberikan targetnya. Tetapi, dia mematok target pertumbuhan 10% untuk SSIA.

Sekadar informasi, SSIA membukukan pendapatan Rp 3,27 triliun di akhir tahun lalu. "Kami merasa tahun ini kinerja bisa lebih baik dari sektor konstruksi dan industrial estate, dikarenakan minat investor masih baik untuk bikin pabrik di Indonesia," jelas Johannes.

Tahun ini, SSIA memulai proyek kawasan industri Subang, proyek perumahan kluster di Tanjung Mas Raya dan renovasi Glodok Plaza. Untuk mendorong kinerja, SSIA menargetkan kontrak baru Rp 3,4 triliun. Angka ini lebih tinggi dari pencapaian kontrak baru tahun 2018 yang sebesar Rp 2,7 triliun.

Analis Indo Premier Sekuritas Joey Faustian dalam risetnya memperkirakan, SSIA dapat meningkatkan pendapatan sebesar 13% pada tahun ini. Pelunasan utang membuat gerak ekspansi SSIA lebih baik. Lini bisnis seperti hotel dan konstruksi dari anak usahanya PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) masih diprediksi mampu memberi kontribusi baik di tahun ini.

Rekomendasi Joey, beli saham SSIA dengan target harga Rp 720 per saham. Kemarin, harga SSIA di Rp 580.

Bagikan

Berita Terkait

Berita Terbaru

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD
| Jumat, 22 November 2024 | 08:58 WIB

Upaya Dorong Ekonomi Akan Memperlebar CAD

Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2024 bisa melebar jadi 0,9% PDB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 08:52 WIB

WTON Memangkas Target Nilai Kontrak Baru Jadi Rp 6 Triliun

PT Wika Beton Tbk (WTON) memperkirakan, hingga akhir 2024 ini nilai kontrak baru hanya akan mencapai ke Rp 6 triliun.

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi
| Jumat, 22 November 2024 | 08:15 WIB

Nobel Ekonomi 2024 dan Pengendalian Inflasi

Keberadaan tiga BUMD pangan yang ada di Jakarta jadi kunci pengendalian inflasi di Provinsi DKI Jakarta

Mimpi ke Piala Dunia
| Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB

Mimpi ke Piala Dunia

Indonesia harus mulai membuat cetak biru pengembangan sepakbola nasional yang profesional agar mimpi ke Piala Dunia jadi kenyataan.

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN
| Jumat, 22 November 2024 | 07:30 WIB

Status Belum Jelas, Swasta Tunda Proyek Hotel IKN

Sampai saat ini, Presiden Prabowo Subianto belum juga menandatangani Keputusan Presiden (Kepres) soal pemindahan ibu kota.

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu
| Jumat, 22 November 2024 | 07:20 WIB

Daya Beli Lesu, Bisnis Sepeda Layu

Minat masyarakat untuk membeli sepeda tampak menyusut paska pandemi dan diperparah dengan pelemahan daya beli masyarakat.

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN
| Jumat, 22 November 2024 | 06:30 WIB

Persaingan Makin Seru Pasca Merger EXCL dan FREN

PT XL Axiata Tbk (EXCL) mulai memasukkan pendapatan dari akuisisi pelanggan LINK  di kuartal IV 2024

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Realisasi Kontrak Baru Wiajaya Karya Bangunan Gedung (WEGE) Rp 2,1 Triliun

Perolehan itu masih jauh di bawah target penerimaan kontrak baru tahun ini yang sebesar Rp 5 triliun.

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue
| Jumat, 22 November 2024 | 06:20 WIB

Tambah Modal, Lippo Cikarang (LPCK) Menggelar Rights Issue

Issue. Aksi korporasi ini dilakukan LPCK usai mengantongi restu pemegang saham dalam RUPSLB yang digelar pada Selasa lalu (19/11).

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun
| Jumat, 22 November 2024 | 06:16 WIB

Dian Swastatika (DSSA) Terbitkan Obligasi dan Sukuk Senilai Rp 3,5 Triliun

Emiten Grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika menerbitkan obligasi serta sukuk mudharabah senilai Rp 3,5 triliun.

INDEKS BERITA

Terpopuler