Terdongkrak Kenaikan Tarif, Ini Rekomendasi Analis untuk Sektor Telekomunikasi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah menanggung tekanan kinerja akibat kebijakan registrasi kartu subscriber identity module (SIM) di tahun lalu, para analis memprediksi kinerja emiten sektor telekomunikasi tahun ini bakal lebih baik. Bahkan, sinyal positif dari kinerja sektor halo-halo ini sudah terlihat dengan melonjaknya harga saham.
Hingga Jumat (5/4), secara year to date (ytd), harga saham PT Indosat Tbk (ISAT) naik cukup fantastik. Kenaikannya mencapai 55,49%. Kompak, PT Xl Axiata Tbk (EXCL) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga naik harga sahamnya masing-masing sebesar 32,83% dan 8% di periode yang sama.
Gani, analis Ciptadana Sekuritas Asia, menyebut, pelaku pasar mulai melirik saham halo-halo karena sentimen negatif kebijakan registrasi kartu perdana prabayar yang berlaku sejak akhir 2017 mulai mereda. Alhasil, perang tarif antaroperator pun diprediksi berangsur mereda.
Selama ini, kebijakan registrasi kartu SIM membuat emiten operator berlomba mendapatkan pelanggan dengan cara menurunkan tarif dan memperbanyak bonus pada paket nomor baru. "Sektor telekomunikasi di tahun ini akan recovery karena tarif data tidak mengalami penurunan, jadi harusnya pendapatan emiten operator bisa tumbuh," jelas dia.
Analis Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menambahkan, kini para operator telekomunikasi sudah berani menaikkan tarif paket datanya. Langkah tersebut mampu membuat kinerja perusahaan halo-halo menjadi lebih positif di akhir tahun ini.
Bisnis SMS
Contohnya, PT Indosat Tbk (ISAT) yang mengerek harga Paket Yellow sebesar 25% menjadi Rp 2.500 per gigabyte (GB). Sementara, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menaikkan tarif pada Oktober 2018. Harga paket kuota besar yang lebih dari 10 GB naik 2%–10%.
Selain margin yang bisa tumbuh karena kenaikan tarif, Gani menyebut, rencana pemerintah mendorong perusahaan telekomunikasi melakukan konsolidasi memberi sentimen positif. "Rencana merger diharapkan juga bisa menghapus masalah tarif data untuk mencegah predatory pricing antara perusahaan operator," kata dia.
Di sisi lain, Etta Rusdiana Putra, analis Kresna Sekuritas, menulis dalam risetnya, di tahun ini, pendapatan bisnis short message service (SMS) dan voice call masih mengalami penurunan. Tetapi hal ini akan digantikan oleh pertumbuhan pendapatan dari data, yang disumbang oleh konten video.
Etta menjagokan TLKM di sektor telekomunikasi dengan target harga Rp 4.270 per saham. Dia memprediksi pendapatan emiten pelat merah ini bisa tumbuh 4,2% ke Rp 136 triliun di akhir tahun ini. Sementara laba bersih naik menjadi Rp 19,41 triliun.
Senada, Gani juga menjagokan TLKM dengan target harga Rp 4.375 per saham. Ia menilai perusahaan pelat merah ini memiliki jaringan luas dan balance sheet yang baik dibanding kompetitor.
Niko juga menjagokan TLKM. Selain itu, ia juga melihat PT XL Axiata Tbk (EXCL) menarik. Mengingat volume permintaan data akan meningkat dengan cost behaviour yang mulai terkontrol. Niko merekomendasikan beli saham EXCL dengan target harga Rp 2.800 per saham.