Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 9

Senin, 19 Desember 2022 | 07:00 WIB
Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 9
[]
Lukas Setia Atmaja | Founder HungryStock Community (www.hungrystock.com), IG: lukas_setiaatmaja

KONTAN.CO.ID - Nama Lo Kheng Hong (LKH) sudah tidak asing lagi di pasar saham dalam negeri. Lantaran dikenal mumpuni dalam berinvestasi saham, banyak orang penasaran dengan gaya investasi pria ini.

Artikel ini berisi tanya jawab dengan Lo Kheng Hong sekitar topik seni berinvestasi saham dengan gaya value investing. Materi diambil dari Kuliah Umum Lo Kheng Hong di Universitas Prasetiya Mulya yang dilaksanakan pada tahun 2021.

Investor: Berapa margin of safety yang Pak Lo patok saat membeli saham dan bagaimana Pak Lo menentukan kapan akan menjual saham? Sekalipun kita tahu kata Warren Buffett waktu yang terbaik untuk memegang saham adalah selamanya.

LKH: Benjamin Graham, gurunya Warren Buffett, mengatakan, kalau saham diperdagangkan dua pertiga dari nilai buku, beli saja. Itu diskon. Kalau lihat saya punya saham, itu kebanyakan price to book 0,3 kali. Lebih terdiskon dari patokan dari Warren Buffet.

Contohnya BMTR. Itu price to book hanya 0,3 kali. Jadi saham-saham saya itu punya margin of safety yang besar. Saham Clipan Finance, saat saya beli pun price to book-nya kurang dari 0,5 kali. Tapi ada orang yang begitu bangga membeli saham dengan price to book 9 kali. Dia begitu bangga bisa untung di saham yang price to book 9 kali, yang saya sentuh pun enggak berani. Itu bukan seorang investor saham, tapi spekulan.

Bagaimana dengan Warren Buffett yang bilang pegang saham selamanya? Saya pernah pegang saham Indika Energy yang saya beli di harga Rp 100. Ketika harga naik hingga Rp 4.000, ya saya jual. Harganya bagus banget. Saya ingin menikmati profit, saya jual. Saya pegang saham Indah Kiat, beli di Rp 1.000, waktu harga Rp 20.000 ya saya jual habis semuanya.

Baca Juga: Wake Up Call: Investor Bertanya, Lo Kheng Hong Menjawab Bagian 7

Saya juga tidak pegang selamanya. Saya ingin menikmati keuntungan juga. Saya jual saham saya yang sudah naik tinggi karena saya pikir sudah mendekati harga wajar. Saya take profit dan saya masukkan lagi ke saham-saham yang salah harga. Saya tidak sekuat Warren Buffett yang bisa pegang selamanya, saya tidak sekuat beliau. Itu memang untuk perusahaan yang luar biasa bagus.

Mungkin satu hari kalau saya punya saham yang luar biasa bagus, saya juga bisa seperti Warren Buffett. Ada satu saham yang di kepala saya, kepemilikan saya hampir 5%, juga perusahaan besar, saya pikir saham ini bisa saya simpan sampai seumur hidup karena perusahaan ini semakin disimpan akan semakin bagus. Lebih baik saya simpan selamanya, saya tidak jual. Ada pemikiran demikian.

Warren Buffett sudah lama pegang saham Coca-cola, yang mungkin dia akan pegang selamanya. Tapi dia pegang lama hanya untuk saham yang betul-betul bagus. Misalnya dia pernah pegang empat saham penerbangan, dia tidak pegang selamanya. Saat dia rugi besarpun dia cut-loss. Jadi lihat-lihat juga, bagi Warren Buffet saham yang dipegang selamanya harus perusahaan yang luar biasa bagus seperti Coca Cola. Tapi kalau dia pegang perusahaan jelek seperti empat perusahaan penerbangan, ketika pandemi dia buru-buru cut-loss. Kalau dia pegang terus-terusan khawatir ruginya akan tambah besar.

Investor: Kapan waktu yang tepat membeli saham?

LKH: Ketika saya lihat ini perusahaan bagus. Misalnya saat membeli saham BMTR. Saya tahu BMTR punya MNCN yang punya RCTI. Penghasilan iklannya mencapai Rp 8 triliun setahun dan labanya besar. Saat harga BMTR turun hingga Rp 200, saya pikir ini murah karena harga tertingginya pernah
Rp 2.800, Ya sudah saya langsung beli 6% dari kepemilikan saham BMTR sekaligus.

Baca Juga: Wake Up Call: Belajar Empat Jurus Bisnis dari TP Rachmat

Kalau ada orang pakai teori dollar cost averaging, beli saham yang sama tiap bulan dengan jumlah uang yang sama, misal tiap bulan Rp 2 miliar, bulan depan Rp 2 miliar lagi, ya keburu naik dong. Tiap bulan cost untuk membeli saham tersebut jadi tambah mahal. Bulan ini beli di harga Rp 200, bulan depan di Rp 220, bulan depannya Rp 240, lalu Rp 260, bulan depannya lagi di Rp 280, jadi mahal.

Saya enggak suka teori begitu. Saya kalau sudah ketemu Mercy yang dijual seharga Bajaj, langsung saya dorong semua dananya, karena saya takut harga Bajaj ini akan berubah jadi seharga Avanza, sehingga cost saya tambah mahal. Jadi kalau saya lihat ada Mercy yang dijual seharga Bajaj ya sudah saya beli saja segera, enggak berani saya beli bertahap-bertahap.

Investor: Apakah Pak Lo selalu menjual sahamnya ketika keuntungan sudah minimal 1 bagger? Apa ada kalanya keuntungan masih di bawah 100% Pak Lo sudah jual?

LKH: Kalau saya lihat perusahaan tersebut kinerjanya kurang bagus, bisa saya jual sebelum untung 100%. Jika saya kecewa lihat kinerjanya jelek, saya jual. Biar kecewa, tapi sudah untung 50%.

Warren Buffett juga demikian. Dia pegang selamanya kalau merasa kinerja perusahaannya bagus selamanya. Tapi ketika saham penerbangan yang dia pegang rugi besar, ya dia cut-loss. Jadi tergantung kinerja saham, kalau masih bagus, masih murah, enggak mungkin untung baru 50% sudah dijual.

Bagikan

Berita Terbaru

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik
| Rabu, 31 Desember 2025 | 17:27 WIB

IHSG Menguat 22,13%, Asing Net Sell Rp 17,34 Triliun Pada 2025, Prospek 2026 Membaik

IHSG menguat 22,13% di 2025, ditutup 8.646,94, didorong investor lokal. Asing net sell Rp 17,34 triliun.

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan
| Rabu, 31 Desember 2025 | 15:00 WIB

Saham ESSA Terkoreksi ke Area Support, Simak Prospek ke Depan

ESSA mulai menunjukkan sinyal yang semakin konstruktif dan menarik bagi investor dengan profil risiko lebih agresif.

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun
| Rabu, 31 Desember 2025 | 14:05 WIB

2025, Kesepakatan Merger Akuisisi Sektor Keuangan Indonesia Capai Rp 9,21 triliun

Kesepakatan merger dan akuisisi di sektor keuangan melesat 56,3% secara tahunan, di saat total aktivitas merger dan akuisisi turun

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:50 WIB

Saham-Saham Paling Cuan dan Paling Jeblok Saat IHSG Naik 22% pada 2025

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 22,13% sepanjang tahun 2025. IHSG ditutup pada level 8.646,94 pada perdagangan terakhir.

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:01 WIB

Nilai Kesepakatan Merger dan Akuisisi di Indonesia Merosot 72,1% di 2025

Nilai kesepakatan merger dan akuisisi yang terjadi sepanjang 2025 mencapai US$ 5,3 miliar, atau setara sekitar Rp 88,46 triliun

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)
| Rabu, 31 Desember 2025 | 13:00 WIB

Berhasil Breakout Resistance, Yuk Intip Prospek Saham Humpuss Maritim (HUMI)

Kombinasi pola pergerakan harga, indikator teknikal, serta strategi manajemen risiko menjadi faktor kunci yang kini diperhatikan pelaku pasar.

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 11:00 WIB

Pendapatan Ritel Diproyeksi Tumbuh 8,7% di Tahun 2026

Fokus pemerintah pada belanja sosial, program gizi, serta stabilisasi harga kebutuhan pokok diyakini dapat memperbaiki likuiditas masyarakat.

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol
| Rabu, 31 Desember 2025 | 09:01 WIB

Perketat Peredaran Minuman Beralkohol

Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 89 Tahun 2025                   

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:56 WIB

Target Gerai 2025 Tercapai, Aspirasi Hidup (ACES) Siap Geber Ekspansi di 2026

PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) telah merealisasikan pembukaan 27 toko baru di sepanjang tahun 2025.

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang
| Rabu, 31 Desember 2025 | 08:45 WIB

Akses Mineral Kritis untuk AS Belum Imbang

AS bakal mendapatkan keuntungan strategis sementara RI hanya mendapat pembebasan tarif              

INDEKS BERITA

Terpopuler