Penerapan B40, apalagi setelah subsidi bagi pengguna non-public service obligation (PSO) semakin membebani biaya operasional pertambangan

Biosolar memiliki spesifikasi di bawah bahan bakar minyak fosil murni, sehingga penggunaannya bisa berdampak negatif kepada mesin alat berat.

Gapki memprediksikan volume produksi minyak sawit mentah (CPO) pada tahun ini mencapai 53,60 juta ton.​

Insentif atau subsidi untuk program pencapuran minyak sawit atau B40 yang sudah disepakati mencapai Rp 35 triliun.

Kebutuhan minyak sawti untuk program B40 tersebut setara dengan 28% dari total produksi CPO pada tahun ini.

Volume impor solar dipastikan semakin menurun dengan implementasi biodiesel sebagai bahan campuran untuk bahan bakar melalui B40.

IMA berpendapat, penggunaan B40 (campuran biodiesel 40%) dalam alat pertambangan akan mempengaruhi biaya perawatan alat jangka panjang.

Ekspor CPO pada 2024 lalu diperkirakan mengalami penurunan sekitar 3 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

Program B40 akan mengerek  permintaan CPO di pasar domestik sehingga berpengaruh pada kenaikan harga.

Dengan kandungan FAME yang lebih tinggi, biaya perawatan mesin dan alat berat bisa meningkat sekitar 15%-20% dibandingkan B30.