Berita *Global

Bos ADB Menilai China Punya Perangkat Memadai untuk Kendalikan Masalah Evergrande

Selasa, 28 September 2021 | 15:07 WIB
Bos ADB Menilai China Punya Perangkat Memadai untuk Kendalikan Masalah Evergrande

ILUSTRASI. Mobil polisi berjaga di depan kantor Evergrande Group di Shanghai, China, 24 September 2021. REUTERS/Aly Song

Sumber: Reuters | Editor: Thomas Hadiwinata

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Tekanan yang membelit konglomerasi Evergrande Group tidak akan menyeret China jatuh. Demikian penilaian Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB), Masatsugu Asakawa, Selasa (28/9). Asakawa menyebut, China memiliki penyangga dan perangkat kebijakan yang memadai untuk mencegah masalah Evergrande melebar menjadi krisis keuangan. 

Namun masalah yang dialami Evergrande mencerminkan peran inflasi harga aset dalam pertumbuhan cepat China. Dan situasi itu mungkin membawa konsekuensi untuk keuangan dan konsumsi pemerintah daerah, kata Asakawa.

“Saya tidak berpikir satu episode perusahaan akan memicu krisis global seperti yang disebabkan oleh kejatuhan Lehman Brothers," kata Asakawa dalam briefing online.

Baca Juga: Investor Evergrande Menuntut Dana Kembali

Otoritas China menunjukkan kesiapan untuk menahan dampak dari potensi keruntuhan Evergrande dan bank sentral memompa likuiditas jangka pendek yang cukup ke pasar, imbuh dia.

Evergrande juga memiliki kepemilikan aset yang memadai untuk dieksekusi sebagai sumber dana darurat untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo, tambahnya.

Kesengsaraan pengembang menggarisbawahi ketergantungan besar ekonomi China pada pasar properti yang sangat panas yang menyerupai gelembung inflasi aset Jepang pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an.

Jatuhnya pasar properti dapat menghantam pemerintah daerah dan rumah tangga China yang mengandalkan kepemilikan real estat dalam pembiayaan utang.

Baca Juga: Pelarangan China terhadap aset kripto dinilai tidak memberi dampak signifikan

“Kita perlu memperhatikan perkembangan dengan hati-hati karena dampaknya terhadap keuangan pemerintah daerah dan pengeluaran rumah tangga China menjadi sumber kekhawatiran,” kata Asakawa, yang sebelumnya adalah diplomat top Jepang.

Dengan memikul total kewajiban senilai US$ 305 miliar, Evergrande telah memicu kekhawatiran bahwa masalahnya dapat menyebar melalui sistem keuangan China dan bergema di seluruh dunia. Sejauh ini, kerusakan yang membuntuti masalah Evergrande baru terlihat di sektor properti.

Asakawa mengatakan China kemungkinan akan melanjutkan pertumbuhan moderat mulai 2022 dengan masalah struktural seperti meningkatnya utang sektor swasta dan publik yang terlihat membebani ekonominya.

"Mulai tahun 2022 dan seterusnya, China akan menapaki tren pertumbuhan jangka panjang yang moderat. Tidak akan kembali ke laju ekspansi 7%-8% yang terlihat selama periode pertumbuhan tinggi," katanya.

Selanjutnya: Rambah Bisnis Ponsel, Geely dan Sang Pendiri Mengincar Segmen Premium

 

Terbaru